PERIKANAN SEBAGAI PILAR KETAHANAN PANGAN
Permintaan Indonesia agar peran sektor perikanan dapat dimasukan ke dalam draft deklarasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ketahanan Pangan atau World Summit on Food Security (WSFS) tersebut, disampaikan dalam pertemuan ke-137 Dewan Food and Agriculture Organization (FAO) awal Oktober lalu. Permintaan tersebut didasari atas pentingnya sektor perikanan sebagai salah satu pilar untuk meningkatkan ketahanan pangan dunia. Dalam pertemuan tersebut Indonesia juga menekankan agar pembahasan dalam WSFS tidak saja menitikberatkan pada pemenuhan ketahanan pangan secara kualitatif tetapi juga harus fokus pada pentingnya pemenuhan kualitas gizi yang dikonsumsi.
Pemenuhan gizi sebagaimana yang ditekankan Delegasi RI (Delri) dalam pertemuan ke-137 Dewan FAO tersebut dapat diperoleh dari sektor perikanan sebagai salah satu sumber pemenuhan gizi dan protein. Selain itu Indonesia juga menekankan mengenai eratnya keterkaitan antara konsep ketahanan pangan dengan program pencapaian Millennium Development Goals (MDGs), khususnya mengenai pengentasan kemiskinan dan kelaparan.
Peran sektor perikanan bagi ketahanan pangan, karena ikan sebagai protein hewani yang universal, tidak menimbulkan penyakit (flu babi, flu burung, atau anthrax), mencerdaskan dan menyehatkan. Berdasarkan statistik antara tahun 2005 hingga 2008, produksi perikanan Indonesia mengalami kenaikan rata-rata pertahun sebesar 8,24% dari 6,87 juta ton pada tahun 2005 menjadi 8,71 juta ton pada tahun 2008. Produksi perikanan tersebut sebagian besar digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan telah diolah menjadi produk olahan. Sedangkan penyediaan ikan untuk konsumsi meningkat rata-rata pertahun 7,78% dari 23,95 kg/kapita/tahun pada tahun 2005 menjadi 29,98 kg/kapita/tahun pada tahun 2008. Diharapkan penyediaan ikan untuk konsumsi dapat sejajar dengan negara asia lainnya , seperti Jepang sebesar 110 kg/kapita/tahun, Korea Selatan sebesar 85 kg/kapita/tahun dan Thailand sebesar 35 kg/kapita/tahun.
Sebelumnya, dalam Workshop D-8 Working Group on Marine and Fisheries (WGMF) yang dilaksanakan pertengahan Mei 2009 lalu, masuknya sektor kelautan dan perikanan dalam bahasan ketahanan pangan didasari atas kaitan erat dengan dominannya ikan sebagai bahan pakan ternak (animal feed). Selain itu, ketahanan pangan juga ditafsirkan tidak hanya beras. Guna meningkatkan gizi masyarakat dibutuhkan cukup banyak asupan protein, dengan demikian peran perikanan sangatlah dominan. Pemahaman ketahanan pangan tidak bisa ditafsirkan secara kuantitatif saja, namun juga harus diartikan pemenuhan kualitas gizi yang dikonsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar