Pemanfaatan total produksi perikanan di Indonesia sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk segar (43,1%), beku (30,4%), pengalengan (13,7%) dan dalam bentuk olahan lain (12,8%). Pemanfaatan dalam bentuk olahan ini dapat berupa ikan asin, produk fermentasi (terasi, peda dll.), dan ikan asap. Pengasapan ikan sampai saat ini masih belum mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah daerah maupun kalangan industri perikanan di Jawa Tengah. Padahal pengembangan produk ikan asap mempunyai prospek yang cukup bagus di masa mendatang, mengingat bahwa ikan asap tidak hanya disukai oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga di Asia bahkan di beberapa negara maju seperti Jerman, Canada, Inggris dan Jepang, tingkat konsumsi produk ikan asap cukup tinggi. Dengan demikian produksi ikan asap sesungguhnya sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Pada kenyataannya produk olahan ikan asap mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, karena rasanya yang khas, gurih, dan enak. Pada tahun 2000, produk olahan ikan asap di Jawa Tengah mencapai 2.203, 680 ton dengan nilai produksi Rp. 10.935.273,00 milyar. Tahun 2001, jumlah produksi 2.222,000 ton dengan nilai produksi Rp. 33.330.000,00 milyar. Tahun 2002, jumlah produksi 2.874,000 ton dengan nilai produksi Rp. 37.362.000,00 milyar. Sedangkan pada tahun 2003, jumlah produksi 2.875,400 ton dengan nilai produksi Rp. 37.380.200,00 milyar Namun peningkatan volume produksi tersebut belum diikuti dengan peningkatan mutu produk. Bila mutu produk dapat ditingkatkan, maka nilai produksi akan dapat meningkat. Hal ini disebabkan harga satuan produk dapat lebih tinggi dan segmen pasar dapat diperluas (diekspor). Produk ikan asap dapat menjadi andalan dan dijadikan produk unggulan Jawa Tengah seperti halnya bandeng presto, sehingga dapat meningkatkan penghasilan pengusaha ikan asap dan pada saatnya mereka akan terhindar dari kemiskinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar