Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mengungkapkan saat ini habitat penyu di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya mengalami ancaman yang serius sehingga populasinya terus menurun.
Dirjen Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K), DKP, Syamsul Maarif di Jakarta, Jumat menyatakan ancaman utama terhadap kelestarian penyu di dunia terutama karena ekploitasi berlebih (unsustainable exploitation), perusakan terhadap habitatnya khususnya tempat bertelur dan mencari makan.
"Selain itu juga kematian-kematian akibat penangkapan tak sengaja oleh nelayan," katanya ketika menjelaskan rencana Pertemuan V IOSEA, 18-23 Agustus 2008 di Bali, dan Konferensi Nasional (Konas) VI tentang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, 25-29 Agustus 2008 di Manado.
Salah satu tindakan yang mengancam kelestarian penyu di Indonesia yakni perdagangan telur penyu oleh masyarakat karena komoditas tersebut memiliki nilai jual yang tinggi yakni sekitar Rp10.000 per butir.
Tak hanya telur, namun juga binatang penyu yang turut diperdagangkan baik untuk hiasan maupun diambil dagingnya sebagai konsumsi.
Berdasarkan catatan DKP, dari tujuh spesies penyu yang tersisa di dunia saat ini enam diantaranya ada di Indonesia namun kondisinya sangat kritis baik jumlah populasi sehingga dimasukkan dalam spesies yang terancam menurut Appendix I Cites.
Oleh karena itu, tambahnya, sebagai wujud komitmen Indonesia dalam upaya konservasi laut serta pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara lestari DKP melalui Ditjen KP3K akan menyelenggarakan The Fifth Meeting of the Signatory State to the Memornadum on the Conservation and Management of Marine Turtles and Their Habitats of the India Ocean and South-East Asia (IOSEA).
IOESA merupakan kesepakatan negara-negara di wilayah Samudra Hindia dan Asia Tenggara yang konsern dalam melakukan konservasi dan mengurangi penurunan populasi penyu (turtle).
Saat ini, Rencana Aksi Konservasi dan Pengelolaan (The Conservation and Managemant Plan) dari IOSEA berisi 24 program dan 105 aktivitas spesifik yang fokus terhadap pengurangan ancaman, konservasi habitat kritis.
Selain itu, pertukaran data ilmiah/scientifik, peningkatan partisipasi dan penyadaran masyarakat (public awareness), promosi kerjasama secara regional, dan share dana untuk implementasi secara bersama.
Wilayah IOSEA mencakup Samudera Hindia dan perairan laut Asia Tenggara, yang diperluas sampai bagian timur dari Selat Torres (Torres Strait ).(*) Jakarta (ANTARA News).
jam

Kamis, 28 Agustus 2008
berita dari DKP
WADUK CIRATA TERCEMAR LOGAM BERAT
Air Waduk Cirata tercemar limbah logam berat jenis timbal dan tembaga hingga melebihi standar baku air. Kondisi itu menurunkan kualiatas ikan hasil budidaya, menambah ongkos pemeliharaan turbin akibat tingginya laju korosi, dan mengancam kesehatan manusia.
Hasil peneliian Badan Pengelolan Waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua 2008 menunjukkan kadar timbal di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 miligram (mg) perliter pada triwulan pertama dan 0,11 mg per liter pada triwulan kedua. Adapun kadar tembaga mencapai 0,03 mg perliter pada triwulan pertama. Padahal ambang batas ideal untuk nair baku minum, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa barat Nomor 39 Tahun 2000 tentang tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg perliter untuk tembaga dan 0,03 mg per liter untuk Timbal.
Yaya Hudaya, ahli ekologi dan lingkungan BPWC, jumat (15/8), mengatakan selain dua jenis logam berat itu 16 dari 44 parameter biologi, fisika, kimia yang diteliti sejak tahun 2005 sering melebihi ambang batas. Tiga parameter itu adalah kadar fosfat, amoniak dan nitrit yang selalu melebihi ambang batas dalam empat tahun terakhir.
Menurut Yaya, limbah logam berat dari sejumlah industri di daerah aliran Sungai Citarum dan Cisokan di Bandung, Cimahi, Bandung Barat, dan Cianjur ditengarai mengalir kedua sungai dan masuk ke Waduk Cirata.Ada pula limbah organic dari sisa pakann ikan, kotoram manusia, dan limbah rumah tangga yang ikut mencemari waduk.
Logam berat meningkatkan laju korosi sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan turbin. Biaya pemeliharaan turbin PLTA pembangkit Jawa-Bali di unit pembangkit Cirata Rp. 25 Miliar pertahun. Sebagian besar digunakan untuk Overhaul turbin.
Dampak negarif juga dirasakan pelaku usaha budidaya ikan keramba jarring apung. Tingginya kadar polutan, minimnya kadar oksigen terlarut dalam air, dan rendahnya suhu air, membuat virus lebih mudah berkembang. Kematian ikan secara masal makin terjadi. Hidayat (44) pembudidaya ikan diwaduk Cirata, Kecamatan mande menuturkan pembudidaya kini sering rugi akibat ikan terserang virus koi herpes. Kerugian di satu tambak bias mencapai sekitar Rp. 1 juta. Saat ini banyak kolam dibiarkan kosong oleh pemiliknya (AHA/MKN). (Cianjur Kompas 16 Agustus 2008).
Air Waduk Cirata tercemar limbah logam berat jenis timbal dan tembaga hingga melebihi standar baku air. Kondisi itu menurunkan kualiatas ikan hasil budidaya, menambah ongkos pemeliharaan turbin akibat tingginya laju korosi, dan mengancam kesehatan manusia.
Hasil peneliian Badan Pengelolan Waduk Cirata (BPWC) pada triwulan pertama dan kedua 2008 menunjukkan kadar timbal di sejumlah lokasi penelitian mencapai 0,04 miligram (mg) perliter pada triwulan pertama dan 0,11 mg per liter pada triwulan kedua. Adapun kadar tembaga mencapai 0,03 mg perliter pada triwulan pertama. Padahal ambang batas ideal untuk nair baku minum, perikanan dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa barat Nomor 39 Tahun 2000 tentang tentang Baku Mutu Air adalah 0,02 mg perliter untuk tembaga dan 0,03 mg per liter untuk Timbal.
Yaya Hudaya, ahli ekologi dan lingkungan BPWC, jumat (15/8), mengatakan selain dua jenis logam berat itu 16 dari 44 parameter biologi, fisika, kimia yang diteliti sejak tahun 2005 sering melebihi ambang batas. Tiga parameter itu adalah kadar fosfat, amoniak dan nitrit yang selalu melebihi ambang batas dalam empat tahun terakhir.
Menurut Yaya, limbah logam berat dari sejumlah industri di daerah aliran Sungai Citarum dan Cisokan di Bandung, Cimahi, Bandung Barat, dan Cianjur ditengarai mengalir kedua sungai dan masuk ke Waduk Cirata.Ada pula limbah organic dari sisa pakann ikan, kotoram manusia, dan limbah rumah tangga yang ikut mencemari waduk.
Logam berat meningkatkan laju korosi sehingga meningkatkan biaya pemeliharaan turbin. Biaya pemeliharaan turbin PLTA pembangkit Jawa-Bali di unit pembangkit Cirata Rp. 25 Miliar pertahun. Sebagian besar digunakan untuk Overhaul turbin.
Dampak negarif juga dirasakan pelaku usaha budidaya ikan keramba jarring apung. Tingginya kadar polutan, minimnya kadar oksigen terlarut dalam air, dan rendahnya suhu air, membuat virus lebih mudah berkembang. Kematian ikan secara masal makin terjadi. Hidayat (44) pembudidaya ikan diwaduk Cirata, Kecamatan mande menuturkan pembudidaya kini sering rugi akibat ikan terserang virus koi herpes. Kerugian di satu tambak bias mencapai sekitar Rp. 1 juta. Saat ini banyak kolam dibiarkan kosong oleh pemiliknya (AHA/MKN). (Cianjur Kompas 16 Agustus 2008).
Kamis, 14 Agustus 2008
etika bisnis
Asal kata:
Ethikos (moral)
Ethos (karakter)
Etika adalah nilai atau aturan tingkah laku yang dipegang oleh kelompok orang atau individu, mengenai apa yang baik dan yang buruk
Pendekatan Utilitarian
Sesuatu adalah baik kalau dinilai baik untuk sebagian besar orang
Pendekatan Individualisme
Optimalisasi kepentingan individu jangka panjang
Pendekatan Moral-Hak
Hak-hak stakeholders
Pendekatan Keadilan
Berdasarkan ketentuan dan standar
Tingkatan Norma Etika
Hukum
Standar perilaku yang minimal
Kebijakan dan prosedur organisasi
Aturan formal organisasi
Moral sikap dan mental individu
Dipengaruhi keluarga, agama, pendidikan dan lingkungan sosial
Karyawan internal membocorkan pelanggaran perusahaan
Pengkhianat perusahaan?
Pahlawan masyarakat?
Proteksi terhadap Whistleblower
Kewajiban organisasi untuk melakukan pelayanan
Kepentingan stakeholders
Kepentingan internal organisasi
Pandangan perusahaan
CSR = biaya
CSR = benefit
Reaksi Terhadap Etika
Obstructionist strategy (menghindar)
Defensive strategy (bertahan)
Memenuhi ketentuan minimal
Accommodative strategy (akomodatif)
Proactive strategy (proaktif)
Budaya Organisasi
Artifact (artefak)
Espoused value (nilai pendukung)
Basic underlying assumptions (asumsi dasar)
Ethikos (moral)
Ethos (karakter)
Etika adalah nilai atau aturan tingkah laku yang dipegang oleh kelompok orang atau individu, mengenai apa yang baik dan yang buruk
Pendekatan Utilitarian
Sesuatu adalah baik kalau dinilai baik untuk sebagian besar orang
Pendekatan Individualisme
Optimalisasi kepentingan individu jangka panjang
Pendekatan Moral-Hak
Hak-hak stakeholders
Pendekatan Keadilan
Berdasarkan ketentuan dan standar
Tingkatan Norma Etika
Hukum
Standar perilaku yang minimal
Kebijakan dan prosedur organisasi
Aturan formal organisasi
Moral sikap dan mental individu
Dipengaruhi keluarga, agama, pendidikan dan lingkungan sosial
Karyawan internal membocorkan pelanggaran perusahaan
Pengkhianat perusahaan?
Pahlawan masyarakat?
Proteksi terhadap Whistleblower
Kewajiban organisasi untuk melakukan pelayanan
Kepentingan stakeholders
Kepentingan internal organisasi
Pandangan perusahaan
CSR = biaya
CSR = benefit
Reaksi Terhadap Etika
Obstructionist strategy (menghindar)
Defensive strategy (bertahan)
Memenuhi ketentuan minimal
Accommodative strategy (akomodatif)
Proactive strategy (proaktif)
Budaya Organisasi
Artifact (artefak)
Espoused value (nilai pendukung)
Basic underlying assumptions (asumsi dasar)
lingkungan organisasi
Organisasi adalah kumpulan 2 atau lebih orang yang bekerja sama secara terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.
Jenis organisasi berdasarkan tujuannya:
Organisasi bisnis: perusahaan.
Organisasi politik: partai politik.
Organisasi sosial kemasyarakatan: yayasan.
Organisasi profesi: Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
dsb
Lingkungan eksternal (external environment) organisasi merupakan semua elemen diluar organisasi yang relevan dengan kegiatan operasional organisasi.
Terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Direct-action (lingkungan langsung)
Indirect-action (lingkungan tidak langsung).
Direct action environment atau stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) merupakan sekelompok atau individu yang berpengaruhkepada pencapaian tujuan organisasi.
Terdiri dari 2 jenis:
Internal stakeholders = anggota dari organisasi
Karyawan, pemegang saham dan dewan direksi
External stakeholders = bukan menjadi anggota organisasi, namun punya pengaruh.
Customers, suppliers, pemerintah, special-interest group, media, serikat pekerja, institusi keuangan dan pesaing.
Indirect-action environment merupakan elemen dari lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi iklim aktifitas organisasi, namun tidak berpengaruh secara langsung pada organisasi.
Politik.
Sosial budaya, dsb
Karyawan merupakan orang yang bekerja untuk organisasi.
Motivasi:
mencari nafkah,
mengejar status,
mengejar karir,
aktualisasi diri, dsb
Shareholders atau pemegang saham merupakan kelompok atau individu yang memiliki modal atau kapital dan diinvestasikan kepada organisasi bisnis.
Board of Directors (BOD) atau Dewan Direksi merupakan pihak yang dipercaya oleh pemegang saham untuk mengelola kapital yang telah diinvestasikan.
Customers adalah pengguna output dari perusahaan, baik berupa barang maupun jasa.
2 tipe konsumen, yaitu:
Konsumen institusi: institusi sekolah, rumah sakit, lembaga pemerintah, perusahaan lain.
Konsumen individu
Pensuplai merupakan pihak yang menyediakan input perusahaan, antara lain : penyedia bahan baku (raw materials), jasa, energi (PT. PLN, PT. Pertamina, dsb), peralatan kantor dan ATK dan tenaga kerja.
Peranan pemerintah:
Pembuat regulasi (ragulator),
Penentu kebijakan (policy maker),
Pengawas (”wacthdog”)
Pemberi sanksi (eksekutor)
Special Interested Groups adalah kelompok masyarakat yang terorganisasi dan menggunakan proses dan mekanisme politik untuk meningkatkan daya tawar atau posisi mereka pada isu-isu tertentu, misalnya LSM Gender, LSM tenaga kerja, dsb.
Consumer advocates (pembela konsumen), yang berperan untuk menampung aspirasi konsumen agar tetap loyal dengan produk dan layanan perusahaan.
Labor Union (Serikat Pekerja) merupakan organisasi yang dibentuk oleh internal karyawan maupun dibentuk secara independen oleh pihak di luar perusahaan, yang bertujuan menggalang kekuatan (collective bargaining) untuk menegosiasikan kesejahteraan karyawan, seperti gaji, kondisi lingkungan kerja (working conditions), jam kerja, dsb.
Sikap manajemen : antipati vs merangkul serikat pekerja.
Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan (Rahardja & Manurung, 2004).
Lembaga keuangan terbagi dalam 2 kelompok:
Lembaga keuangan formal: bank, perusahaan asuransi
Lembaga keuangan non formal. Tidak memiliki badan hukum, banyak di pedesaan.
UU No 7/1992 tentang Perbankan: bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya.
Economic variables adalah kondisi umum ekonomi yang berpengaruh pada aktivitas perusahaan,
Product domestic bruto (PDB),
Pendapatan per kapita,
Inflasi,
Suku bunga,
Pertumbuhan ekonomi,
Nilai tukar mata uang, dsb.
Technological variables adalah perkembangan teknologi yang mempengaruhi pengembangan produk, perubahan atau percepatan proses produksi dan bahan baku.
Penentuan desain suatu produk:
Pendekatan dorongan teknologi (technology push), terutama produk high tech: sofware, hand phone, dsb.
Pendekatan market pull (tarikan pasar), yaitu untuk memenuhi costumer need & want,
Pendekatan interfunctional view (kombinasi), yaitu kombinasi antara market pull dan technology push.
Jenis organisasi berdasarkan tujuannya:
Organisasi bisnis: perusahaan.
Organisasi politik: partai politik.
Organisasi sosial kemasyarakatan: yayasan.
Organisasi profesi: Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
dsb
Lingkungan eksternal (external environment) organisasi merupakan semua elemen diluar organisasi yang relevan dengan kegiatan operasional organisasi.
Terdiri dari 2 jenis, yaitu:
Direct-action (lingkungan langsung)
Indirect-action (lingkungan tidak langsung).
Direct action environment atau stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan) merupakan sekelompok atau individu yang berpengaruhkepada pencapaian tujuan organisasi.
Terdiri dari 2 jenis:
Internal stakeholders = anggota dari organisasi
Karyawan, pemegang saham dan dewan direksi
External stakeholders = bukan menjadi anggota organisasi, namun punya pengaruh.
Customers, suppliers, pemerintah, special-interest group, media, serikat pekerja, institusi keuangan dan pesaing.
Indirect-action environment merupakan elemen dari lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi iklim aktifitas organisasi, namun tidak berpengaruh secara langsung pada organisasi.
Politik.
Sosial budaya, dsb
Karyawan merupakan orang yang bekerja untuk organisasi.
Motivasi:
mencari nafkah,
mengejar status,
mengejar karir,
aktualisasi diri, dsb
Shareholders atau pemegang saham merupakan kelompok atau individu yang memiliki modal atau kapital dan diinvestasikan kepada organisasi bisnis.
Board of Directors (BOD) atau Dewan Direksi merupakan pihak yang dipercaya oleh pemegang saham untuk mengelola kapital yang telah diinvestasikan.
Customers adalah pengguna output dari perusahaan, baik berupa barang maupun jasa.
2 tipe konsumen, yaitu:
Konsumen institusi: institusi sekolah, rumah sakit, lembaga pemerintah, perusahaan lain.
Konsumen individu
Pensuplai merupakan pihak yang menyediakan input perusahaan, antara lain : penyedia bahan baku (raw materials), jasa, energi (PT. PLN, PT. Pertamina, dsb), peralatan kantor dan ATK dan tenaga kerja.
Peranan pemerintah:
Pembuat regulasi (ragulator),
Penentu kebijakan (policy maker),
Pengawas (”wacthdog”)
Pemberi sanksi (eksekutor)
Special Interested Groups adalah kelompok masyarakat yang terorganisasi dan menggunakan proses dan mekanisme politik untuk meningkatkan daya tawar atau posisi mereka pada isu-isu tertentu, misalnya LSM Gender, LSM tenaga kerja, dsb.
Consumer advocates (pembela konsumen), yang berperan untuk menampung aspirasi konsumen agar tetap loyal dengan produk dan layanan perusahaan.
Labor Union (Serikat Pekerja) merupakan organisasi yang dibentuk oleh internal karyawan maupun dibentuk secara independen oleh pihak di luar perusahaan, yang bertujuan menggalang kekuatan (collective bargaining) untuk menegosiasikan kesejahteraan karyawan, seperti gaji, kondisi lingkungan kerja (working conditions), jam kerja, dsb.
Sikap manajemen : antipati vs merangkul serikat pekerja.
Lembaga keuangan adalah lembaga yang kegiatan utamanya menghimpun dan menyalurkan dana, dengan motif mendapatkan keuntungan (Rahardja & Manurung, 2004).
Lembaga keuangan terbagi dalam 2 kelompok:
Lembaga keuangan formal: bank, perusahaan asuransi
Lembaga keuangan non formal. Tidak memiliki badan hukum, banyak di pedesaan.
UU No 7/1992 tentang Perbankan: bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya.
Economic variables adalah kondisi umum ekonomi yang berpengaruh pada aktivitas perusahaan,
Product domestic bruto (PDB),
Pendapatan per kapita,
Inflasi,
Suku bunga,
Pertumbuhan ekonomi,
Nilai tukar mata uang, dsb.
Technological variables adalah perkembangan teknologi yang mempengaruhi pengembangan produk, perubahan atau percepatan proses produksi dan bahan baku.
Penentuan desain suatu produk:
Pendekatan dorongan teknologi (technology push), terutama produk high tech: sofware, hand phone, dsb.
Pendekatan market pull (tarikan pasar), yaitu untuk memenuhi costumer need & want,
Pendekatan interfunctional view (kombinasi), yaitu kombinasi antara market pull dan technology push.
pengantar manajemen
Bidang Keuangan
Perencanaan keuangan
Manajemen modal kerja
Pengendalian keuangan
Audit keuangan
Bidang Pemasaran
Riset pemasaran
Product planning
Pricing
Distribusi
Promosi
Penjualan
Bidang Operasi
Tata letak operasi
Desain proses produksi
Pengadaan dan penyimpanan
Pengendalian kualitas
Bidang SDM
Rekrutmen & seleksi SDM
Pelatihan & pengembangan SDM
Penilaian kinerja
Imbal jasa
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner).
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Mary Parker Follet).
Manajer = pimpinan organisasi.
Mandor, supervisor, manajer maupun direktur.
Manajer = pihak yang bertanggungjawab mengarahkan berbagai upaya untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
Berdasarkan tingkatan:
First line managers:mandor, supervisor, dsb
Middle manager: Manajer Pemasaran, Manajer SDM, Manajer Keuangan, dsb.
Top managers: chief executive officer (CEO), president, vice president, dsb.
Berdasarkan jenis fungsi:
Manajer fungsional
General Manajer
Efisiensi (efficiency)
Kemampuan meminimalkan penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran organisasi.
Terminologi ”doing things right” & ”berdaya guna”.
Semakin efisien berarti semakin hemat.
Efektifitas (effectiveness)
Kemampuan untuk mencapai sasaran.
Terminologi ”doing the right thing” & ”berhasil guna”.
George R Terry : Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Henry Fayol: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Samuel C Certo: Planning, Influencing, Organizing, Controlling
Ricky W Griffin : Planning dan Decision Making, Organizing, Leading, Controlling
Louis A Allen: Leading, Planning, Organizing, Controlling
John Robert Beishline : Planning, Organizing, Commanding, Controlling
Technical skill: kemampuan mengaplikasikan pengetahuan & pengalaman yang bersifat teknis atau spesialis.
Human skill: kemampuan bekerja sama, memahami & memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok
Conceptual skill: kemampuan menganalisa & mendiagnosa permasalahan yang kompleks.
Perencanaan keuangan
Manajemen modal kerja
Pengendalian keuangan
Audit keuangan
Bidang Pemasaran
Riset pemasaran
Product planning
Pricing
Distribusi
Promosi
Penjualan
Bidang Operasi
Tata letak operasi
Desain proses produksi
Pengadaan dan penyimpanan
Pengendalian kualitas
Bidang SDM
Rekrutmen & seleksi SDM
Pelatihan & pengembangan SDM
Penilaian kinerja
Imbal jasa
Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner).
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Mary Parker Follet).
Manajer = pimpinan organisasi.
Mandor, supervisor, manajer maupun direktur.
Manajer = pihak yang bertanggungjawab mengarahkan berbagai upaya untuk membantu organisasi mencapai tujuannya.
Berdasarkan tingkatan:
First line managers:mandor, supervisor, dsb
Middle manager: Manajer Pemasaran, Manajer SDM, Manajer Keuangan, dsb.
Top managers: chief executive officer (CEO), president, vice president, dsb.
Berdasarkan jenis fungsi:
Manajer fungsional
General Manajer
Efisiensi (efficiency)
Kemampuan meminimalkan penggunaan sumber daya untuk mencapai sasaran organisasi.
Terminologi ”doing things right” & ”berdaya guna”.
Semakin efisien berarti semakin hemat.
Efektifitas (effectiveness)
Kemampuan untuk mencapai sasaran.
Terminologi ”doing the right thing” & ”berhasil guna”.
George R Terry : Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Henry Fayol: Planning, Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling
Samuel C Certo: Planning, Influencing, Organizing, Controlling
Ricky W Griffin : Planning dan Decision Making, Organizing, Leading, Controlling
Louis A Allen: Leading, Planning, Organizing, Controlling
John Robert Beishline : Planning, Organizing, Commanding, Controlling
Technical skill: kemampuan mengaplikasikan pengetahuan & pengalaman yang bersifat teknis atau spesialis.
Human skill: kemampuan bekerja sama, memahami & memotivasi orang lain, baik secara individu maupun kelompok
Conceptual skill: kemampuan menganalisa & mendiagnosa permasalahan yang kompleks.
kontrol
Kontrol adalah proses memastikan apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan yang direncanakan.Efektifitas pencapaian sasaran dan Efisiensi penggunaan sumber daya.
Menetapkan standar dan metode pengukuran kinerja.
Mengukur kinerja
Menentukan apakah kinerja sesuai dengan standar
Mengambil tindakan korektif.
Sistem kontrol = kumpulan prosedur (multistep procedure) yang diaplikasikan pada beberapa jenis kegiatan kontrol.
Key Performance Areas (KPA) atau Key Result Areas (KRA) = aspek-aspek dari unit organisasi maupun organisasi secara keseluruhan yang harus berfungsi atau berjalan secara efektif (tercapai) kalau unit organisasi atau organisasi tersebut ingin sukses.
Strategic control points merupakan titik kritis dalam sistem kontrol
Fungsional Standar Kinerja
Production Quality, Quantity, Cost, Individual Job Performance.
Marketing Sales Volume, Sales Expense, Advertising Expenditures, Individual Salesperson’s Performance.
Personnel Management Labor Relations, Labor Turnover, Labor Absenteeism.
Finance & Accounting Capital Expenditures, Inventories, Flow of Capital, Liquidity.
Neraca atau balance sheet
Deskripsi organisasi mengenai posisi aset (assets), kewajiban (liabilities) dan modal (net worth) pada waktu tertentu.
Laporan laba rugi atau income statement
Ringkasan kinerja keuangan organisasi dalam interval waktu tertentu.
Laporan aliran kas atau cash flow statement
Aliran dana masuk maupun aliran penggunaan dana: kegiatan operasi (cash from operations), kegiatan investasi (cash from investing) & pembiayaan (cash from financing).
Auditing merupakan proses penilaian untuk memverifikasi dan memvalidasi kejujuran dan keakuratan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan bagi pihak manajemen.
Terdapat dua jenis audit, yaitu:
External audit: penilai independen
Internal audit: internal organisasi
Bukan untuk mencari kesalahan karyawan, namun untuk menjaga & mengelola kinerja karyawan.
Pendekatan penilaian kinerja:
Result based (hasil), misalnya sales, kecepatan kerja, dsb
Process based (proses), misalnya kedisiplinan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, dsb
Meningkatkan kecepatan dan keakuratan proses kontrol
Prinsip:
The right information
The right people
The right time
Penunjang pembuatan keputusan
Menetapkan standar dan metode pengukuran kinerja.
Mengukur kinerja
Menentukan apakah kinerja sesuai dengan standar
Mengambil tindakan korektif.
Sistem kontrol = kumpulan prosedur (multistep procedure) yang diaplikasikan pada beberapa jenis kegiatan kontrol.
Key Performance Areas (KPA) atau Key Result Areas (KRA) = aspek-aspek dari unit organisasi maupun organisasi secara keseluruhan yang harus berfungsi atau berjalan secara efektif (tercapai) kalau unit organisasi atau organisasi tersebut ingin sukses.
Strategic control points merupakan titik kritis dalam sistem kontrol
Fungsional Standar Kinerja
Production Quality, Quantity, Cost, Individual Job Performance.
Marketing Sales Volume, Sales Expense, Advertising Expenditures, Individual Salesperson’s Performance.
Personnel Management Labor Relations, Labor Turnover, Labor Absenteeism.
Finance & Accounting Capital Expenditures, Inventories, Flow of Capital, Liquidity.
Neraca atau balance sheet
Deskripsi organisasi mengenai posisi aset (assets), kewajiban (liabilities) dan modal (net worth) pada waktu tertentu.
Laporan laba rugi atau income statement
Ringkasan kinerja keuangan organisasi dalam interval waktu tertentu.
Laporan aliran kas atau cash flow statement
Aliran dana masuk maupun aliran penggunaan dana: kegiatan operasi (cash from operations), kegiatan investasi (cash from investing) & pembiayaan (cash from financing).
Auditing merupakan proses penilaian untuk memverifikasi dan memvalidasi kejujuran dan keakuratan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar untuk pembuatan keputusan bagi pihak manajemen.
Terdapat dua jenis audit, yaitu:
External audit: penilai independen
Internal audit: internal organisasi
Bukan untuk mencari kesalahan karyawan, namun untuk menjaga & mengelola kinerja karyawan.
Pendekatan penilaian kinerja:
Result based (hasil), misalnya sales, kecepatan kerja, dsb
Process based (proses), misalnya kedisiplinan, kerjasama, inisiatif, kreatifitas, dsb
Meningkatkan kecepatan dan keakuratan proses kontrol
Prinsip:
The right information
The right people
The right time
Penunjang pembuatan keputusan
Selasa, 12 Agustus 2008
mahasiswa adalah aktif
KSI HEBAT, IBADAH KUAT, IP EMPAT
(Suatu Paradigma Pembentukan Mental Aktivis Kampus)
Oleh : Ridho Hudayana*
Tidak asing dalam pikiran kita tentang kata-kata aktivis kampus. Hampir setiap kita mendengar kata aktivis kampus yang tervisualkan dalam benak kita adalah mahasiswa yang aktiv di organisasi kampus atau mahasiswa yang aktif turun ke jalan untuk demonstrasi. Tapi sebenarnya apa dan siapakan aktivis kampus itu? Dan siapakah yang mendapatkan predikat aktivis kampus itu?
Kata aktivis berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu aktive yang artinya; aktip, gesit, giat dan bersemangat. Sedang kata aktivis itu sendiri adalah berasal dari kata benda dalam bahas inggris yaitu activist, yang menunjukkan pelakunya. Secara istilah definisi aktivis ini pun masih menjadi perbincangan yang hangat, dikarenakan dengan criteria-kriteria bagi status social aktivis kampus. Hanya saja dari definisi secara bahasa, aktivis kampus adalah mahasiswa yang aktip, gesit, giat dan bersemangat, yang terwadahi dalam organisasi. Dan diawal ada jargon yang penting sekaligus menjadi suatu syarat penting bagi aktivis kampus, yang terlepas dari definisi, adalah; Aksi Hebat, Ibadah Kuat, IP Empat. Jargon ini memiliki makna; pertama Aksi Hebat, memiliki makna sebagai suatu kompetensi berupa sikap atau behavior kepedulian yang baik terhadap bangsa, negara, masyarakat, keluarga, dan diri pribadinya. Kedua Ibadah Kuat, memiliki makna dari kompetensi ketatan terhadap Allah SWT. Yang memberikan energi untuk selalu komitmen dan konsistensi dalam menegakkan kalimatul haq, dan memberikan energi untuk memberangus segala bentuk kebathilan. Dan yang ke tiga IP Empat, adalah kempetensi intelektual mahasiswa sebagai modal atau supply keilmuan untuk dia;likasikan dalam interaksi dan aksinya di organisasi di kampus tentunya.
Jargon yang sekaligus kompetensi yang harus dimiliki oleh aktivis kampus itu terlihat cukup perfect. Sehingga kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimanakah untuk membentuk kompetensi-kompetensi itu dalam diri aktivis kampus ataupun mahasiswa yang tertarik dengan status aktivis kampus?
Ada beberapa hal yang harus dilakukan para aktivis kampus dan mahasiswa yang tertarik dengan status aktivis kampus. Adalah sebagai berikut;
1.Kenali Diri Anda
Aspek yang paling penting dan utama yang harus anda miliki adalah mengenali hakikat penciptaan diri anda dan dalam artian anda harus kenal dengan sisi kebaikan dan keburukan diri anda, kelebihan dan kekurangan anda dimana dibagian apa. Kemudian apa yang anda senangi dan apa yang anda tidak senangi, tentang apa yang anda inginkan dari hidup ini, tentang apa yang membuat anda marah gembira, resah, gelisah, dan lain sebagainya. Dan tentang bagaimana anda harus menjaga diri atau tubuh anda tetap sehat secara jasmani maupun secara rohani. Sehingga anda memiliki konsep diri yang utuh dari pengenalan diri anda yang sebenarnya. Untuk kemudian memberikan kontribusi yang maksimal dalam aktivitas anda. Dengan cara anda harus memngkhususkan diri anda untuk menginventarisir semua yang anda miliki dalam diri anda. Karena anda tidak mungkin bisa konsisten dalam menjalankan agama dan organisasi anda ketika anda tidakmengenal diri anda. Dan anda juga tdak akan bisa sukses dalam akademik ketika anda tidakmengenali diri anda. Yangkemudian dengan;
2.Akrabkan diri dengan diri anda
Mengakrabkan diri dengan diri anda adalah penting, setelah anda melakukan pengenalan terhadap diri anda. Maka anda harus lebih akrab dengan diri anda untuk mengkorelasikan semua yang ada dalamdiri anda. Karena ketika anda hanya kenal dan tidak berusaha lebih akrab dengan diri anda. Akan mungkinkan kita sulit dalam penerimaan terhadap diri anda ketika menghadapi masalah di organisasi atau deng yang lainnya. Anda juga akan mengalami kesulitan dalam memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anda. Karena ketika anda tidak akrab dengan diri anda, maka perpecahan dalam diri anda akan mungkin sekali terjadi dan aktivitas yang anda geluti dalam orgaisasi anda akan mudah anda tinggalkan. Sediakanlah waktu yang cukup dalam keseharian anda dengan diri anda. Selalu berdialoglah dengan diri anda.
3.Kenali orang dekat dan orang yang berada disekitar anda
Setalah anda mengenal diri anda anak-anak jalanan telah akrab dengan diri anda. Aka yang anda harus kenali adalah orang yang berada dekat dengan anda. Apakah orang dekat itu adalah bapak, ibu, kakak,adik dan yang lainnya, atau teman satu kamar yang berada di rumah atau di kos-kosan atau di kontrakan. Kenalilah kebaikan dan keburukannya, kenali kebiasannya. Kenali riwayat hidupnya, dan lain sebagainya.ini adalah dasar untuk membangun kompetensi kepedulian mahasiswa secara interpersonal.
4.Akrabkan diri anda dengan orang lain
Selanjutnya pilihlah diantara orang yang anda kenali untuk anda kenali lebih akrab. Terutama orang yang dapat memberikan atau anda berikan inspiraasi dan memberikan dukungan bagi kekuatan pribadi anda. Dengan cara anda mengalokasikan waktu untuk lebih dekat dengan orang itu. Baik dengan mengikutsertakan orang itu kedalam organisasi yang anda geluti maupun dengan menjadikannya partner dalam akademik anda.
5.Kenali Organisasi yang anda geluti dan organisasi diluarnya
Setelah anda mengenali diri dan orang dekat dan orang disekitar anda. Maka untuk membangun kompetensi yang wajib anda miliki setelah anda masuk ke dalam organisasi atau mungkin anda telah lama menjadi aktivis di organisasi yang saat ini anda geluti. Maka, wajib bagi anda untuk mengenal sebagaimana anda mengenal diri dan orang lain yang anda kenal. Anda harus mengenal kelebihan dan kekurangan, visi, misi, budaya kerja organisasi anda. Karena status aktivis secara istilah adalah orang yang aktiv dalam suatu organisasi. Dan organisasi yang ideal adalah apabila ketika anda merasakan bertambahnya keimanan anda kepada Allah SWT.Sehingga ketika organisasi itu tidak membuat keimanan anda bertambah, maka segeralah kembali kenali diri anda, oarang dekat dan disekitar anda, dan kembali anda kenali organisasi anda. Karena ketika organisasi itu tidak menambah keimanan anda kepada Allah SWT. Pada hakikatnya anda sedang menghancurkan diri anda dan organisasi, yang berujung pada tidak ada pengembangan diri, dan bagi organisasi anda yang berarti. Dan pengenalan terhadap organisasi diluar organisasi anda adalah bertujuan supya anda lebih mampu bersaing dalam rangka mengembangkan organisasi anda. Dan pengenalan terhadap Organisasi yang anda geluti dan organisasi diluarnya untuk membangun karakter aksi hebat.
6.Akrabkan diri anda dengan organisai yang anda geluti
Sebagai seorang aktivis tidak cukup hanya anda kenal dengan organisasi yang anda geluti saja tapi anda harus akrab dengan organisasi yang anda geluti dengan membangun pilar-pilar yang kokoh untuk mengusung organisasi, yang pada akhirnya organisasi itu membawa anda pada pemenuhan karakter-karakter yang menjadi jargon aktivis itu. Caranya anda tidak cukup hanya dengan sekedar menjadi aktivis saja. Tapi anda harus mulai belajar menjadi penggerak dan pemikir bagi organisasi anda.
Akhirnya, kita tidak hanya cukup dengan menjadi mahsiswa yang hanya sibuk dengan studi, tapi kita juga kemudian harus menjadi aktivis. Yang benar-benar memiliki mental aktivis yang mengenal dirinya, orang,dekat dan sekitarnya serta organisasinya secara utuh dan saling bersinergi antara satu dengan yang lainnya.
(Suatu Paradigma Pembentukan Mental Aktivis Kampus)
Oleh : Ridho Hudayana*
Tidak asing dalam pikiran kita tentang kata-kata aktivis kampus. Hampir setiap kita mendengar kata aktivis kampus yang tervisualkan dalam benak kita adalah mahasiswa yang aktiv di organisasi kampus atau mahasiswa yang aktif turun ke jalan untuk demonstrasi. Tapi sebenarnya apa dan siapakan aktivis kampus itu? Dan siapakah yang mendapatkan predikat aktivis kampus itu?
Kata aktivis berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu aktive yang artinya; aktip, gesit, giat dan bersemangat. Sedang kata aktivis itu sendiri adalah berasal dari kata benda dalam bahas inggris yaitu activist, yang menunjukkan pelakunya. Secara istilah definisi aktivis ini pun masih menjadi perbincangan yang hangat, dikarenakan dengan criteria-kriteria bagi status social aktivis kampus. Hanya saja dari definisi secara bahasa, aktivis kampus adalah mahasiswa yang aktip, gesit, giat dan bersemangat, yang terwadahi dalam organisasi. Dan diawal ada jargon yang penting sekaligus menjadi suatu syarat penting bagi aktivis kampus, yang terlepas dari definisi, adalah; Aksi Hebat, Ibadah Kuat, IP Empat. Jargon ini memiliki makna; pertama Aksi Hebat, memiliki makna sebagai suatu kompetensi berupa sikap atau behavior kepedulian yang baik terhadap bangsa, negara, masyarakat, keluarga, dan diri pribadinya. Kedua Ibadah Kuat, memiliki makna dari kompetensi ketatan terhadap Allah SWT. Yang memberikan energi untuk selalu komitmen dan konsistensi dalam menegakkan kalimatul haq, dan memberikan energi untuk memberangus segala bentuk kebathilan. Dan yang ke tiga IP Empat, adalah kempetensi intelektual mahasiswa sebagai modal atau supply keilmuan untuk dia;likasikan dalam interaksi dan aksinya di organisasi di kampus tentunya.
Jargon yang sekaligus kompetensi yang harus dimiliki oleh aktivis kampus itu terlihat cukup perfect. Sehingga kemudian menimbulkan pertanyaan bagaimanakah untuk membentuk kompetensi-kompetensi itu dalam diri aktivis kampus ataupun mahasiswa yang tertarik dengan status aktivis kampus?
Ada beberapa hal yang harus dilakukan para aktivis kampus dan mahasiswa yang tertarik dengan status aktivis kampus. Adalah sebagai berikut;
1.Kenali Diri Anda
Aspek yang paling penting dan utama yang harus anda miliki adalah mengenali hakikat penciptaan diri anda dan dalam artian anda harus kenal dengan sisi kebaikan dan keburukan diri anda, kelebihan dan kekurangan anda dimana dibagian apa. Kemudian apa yang anda senangi dan apa yang anda tidak senangi, tentang apa yang anda inginkan dari hidup ini, tentang apa yang membuat anda marah gembira, resah, gelisah, dan lain sebagainya. Dan tentang bagaimana anda harus menjaga diri atau tubuh anda tetap sehat secara jasmani maupun secara rohani. Sehingga anda memiliki konsep diri yang utuh dari pengenalan diri anda yang sebenarnya. Untuk kemudian memberikan kontribusi yang maksimal dalam aktivitas anda. Dengan cara anda harus memngkhususkan diri anda untuk menginventarisir semua yang anda miliki dalam diri anda. Karena anda tidak mungkin bisa konsisten dalam menjalankan agama dan organisasi anda ketika anda tidakmengenal diri anda. Dan anda juga tdak akan bisa sukses dalam akademik ketika anda tidakmengenali diri anda. Yangkemudian dengan;
2.Akrabkan diri dengan diri anda
Mengakrabkan diri dengan diri anda adalah penting, setelah anda melakukan pengenalan terhadap diri anda. Maka anda harus lebih akrab dengan diri anda untuk mengkorelasikan semua yang ada dalamdiri anda. Karena ketika anda hanya kenal dan tidak berusaha lebih akrab dengan diri anda. Akan mungkinkan kita sulit dalam penerimaan terhadap diri anda ketika menghadapi masalah di organisasi atau deng yang lainnya. Anda juga akan mengalami kesulitan dalam memaksimalkan potensi yang ada dalam diri anda. Karena ketika anda tidak akrab dengan diri anda, maka perpecahan dalam diri anda akan mungkin sekali terjadi dan aktivitas yang anda geluti dalam orgaisasi anda akan mudah anda tinggalkan. Sediakanlah waktu yang cukup dalam keseharian anda dengan diri anda. Selalu berdialoglah dengan diri anda.
3.Kenali orang dekat dan orang yang berada disekitar anda
Setalah anda mengenal diri anda anak-anak jalanan telah akrab dengan diri anda. Aka yang anda harus kenali adalah orang yang berada dekat dengan anda. Apakah orang dekat itu adalah bapak, ibu, kakak,adik dan yang lainnya, atau teman satu kamar yang berada di rumah atau di kos-kosan atau di kontrakan. Kenalilah kebaikan dan keburukannya, kenali kebiasannya. Kenali riwayat hidupnya, dan lain sebagainya.ini adalah dasar untuk membangun kompetensi kepedulian mahasiswa secara interpersonal.
4.Akrabkan diri anda dengan orang lain
Selanjutnya pilihlah diantara orang yang anda kenali untuk anda kenali lebih akrab. Terutama orang yang dapat memberikan atau anda berikan inspiraasi dan memberikan dukungan bagi kekuatan pribadi anda. Dengan cara anda mengalokasikan waktu untuk lebih dekat dengan orang itu. Baik dengan mengikutsertakan orang itu kedalam organisasi yang anda geluti maupun dengan menjadikannya partner dalam akademik anda.
5.Kenali Organisasi yang anda geluti dan organisasi diluarnya
Setelah anda mengenali diri dan orang dekat dan orang disekitar anda. Maka untuk membangun kompetensi yang wajib anda miliki setelah anda masuk ke dalam organisasi atau mungkin anda telah lama menjadi aktivis di organisasi yang saat ini anda geluti. Maka, wajib bagi anda untuk mengenal sebagaimana anda mengenal diri dan orang lain yang anda kenal. Anda harus mengenal kelebihan dan kekurangan, visi, misi, budaya kerja organisasi anda. Karena status aktivis secara istilah adalah orang yang aktiv dalam suatu organisasi. Dan organisasi yang ideal adalah apabila ketika anda merasakan bertambahnya keimanan anda kepada Allah SWT.Sehingga ketika organisasi itu tidak membuat keimanan anda bertambah, maka segeralah kembali kenali diri anda, oarang dekat dan disekitar anda, dan kembali anda kenali organisasi anda. Karena ketika organisasi itu tidak menambah keimanan anda kepada Allah SWT. Pada hakikatnya anda sedang menghancurkan diri anda dan organisasi, yang berujung pada tidak ada pengembangan diri, dan bagi organisasi anda yang berarti. Dan pengenalan terhadap organisasi diluar organisasi anda adalah bertujuan supya anda lebih mampu bersaing dalam rangka mengembangkan organisasi anda. Dan pengenalan terhadap Organisasi yang anda geluti dan organisasi diluarnya untuk membangun karakter aksi hebat.
6.Akrabkan diri anda dengan organisai yang anda geluti
Sebagai seorang aktivis tidak cukup hanya anda kenal dengan organisasi yang anda geluti saja tapi anda harus akrab dengan organisasi yang anda geluti dengan membangun pilar-pilar yang kokoh untuk mengusung organisasi, yang pada akhirnya organisasi itu membawa anda pada pemenuhan karakter-karakter yang menjadi jargon aktivis itu. Caranya anda tidak cukup hanya dengan sekedar menjadi aktivis saja. Tapi anda harus mulai belajar menjadi penggerak dan pemikir bagi organisasi anda.
Akhirnya, kita tidak hanya cukup dengan menjadi mahsiswa yang hanya sibuk dengan studi, tapi kita juga kemudian harus menjadi aktivis. Yang benar-benar memiliki mental aktivis yang mengenal dirinya, orang,dekat dan sekitarnya serta organisasinya secara utuh dan saling bersinergi antara satu dengan yang lainnya.
mahasiswa dan narkoba
Antara Mahasiswa dan Narkoba
Oleh
Hugo Warami*)
Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa pilar mahasiswalah yang sukses menjemput bola emas yang digulirkan di era reformasi dengan mengalirkan nurani rakyat serta menghembuskan nafas segar di seluruh nusantara. Pilar ini mampu mengangkat semua yang terpuruk dan menjadikannya sebuah energi baru dalam semua sendi kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa pun mendapat sambutan hangat dan simpati dari seluruh rakyat, dan bangsa ini pun masuk tercatat dalam sederetan bangsa-bangsa yang maju dan beradab di era reformasi.
Akan tetapi, jeda yang dialami dalam menikmati hasil perjuangannya belum tuntas, keburu pil pahit di telannya. Nilai setitik, rusak susu sebelanga; Panas setahun dihapuskan hujan sehari, atau siapa makan nangka, yang lain kena getahnya. Mungkin ungkapan-ungkapan ini bisa dialamatkan kepada pilar ini, dengan asumsi bahwa ditengah rimbunnya gerakan sosial mahasiswa, ada sekian mahasiswa yang terhanyut dalam layanan NARKOBA (Narkotika, dan Obat Terlarang). Apakah yang terlarut dalam larutan NAKOBA adalah betul-betul mahasiswa dengan identitas KPM (Kartu Pengenal Mahsiswa) yang jelas, atau mahasiswa gadungan yang demi kepentingan politik tertentu, menyangkut popularitas institusi pendidikan, kelompok (komunitas) dan individu sebagai insan kampus. Pada level ini sulit untuk diprediksi siapa mahasiswa yang sebenar terlibat dalam skandal NARKOBA ini.
Ketika popularitas dan akreditasi institusi tertentu yang unggul, kadang membuat pihak lain kebakaran jenggot untuk terlibat dalam proses pemberian label atau Stigma "Mahasiswa NARKOBA". Belum lagi, ketika proyeksi dan promosi untuk mendapatkan pangkat atau jabatan baru pada institusi tertentu, maka skenario penangkapan "Mahasiswa Narkoba" pun dilakukan, dan skandal lainnya. Walaupun, diakui bahwa satu dari antara sekian yang terlibat dalam gerakan-gerakan moral mahasiwa itu sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai. Sulit untuk kita pungkir bahwa hal ini benar terjadi. Tetapi, apakah ini menjadi ukuran untuk memberi label "Mahasiswa NARKOBA"?
Di manakah posisi mahasiswa dalam klasifikasi strata Narkoba dewasa ini? Apakah sebagai pengedar, pemakai, pemilik, atau penadah. Di satu pihak, mahasiswa tidak bekerja. Ia sepenuhnya hidup dari keringat orang tua, saudara, orang lain, atau orang tua asuh yang setiap saat menggajinya ala seorang pegawai negeri atau pegawai swasta. Di pihak lain, mahasiswa juga tidak memegang lesensi terhadap penyuplai biaya hidup selama berpredikat sebagai mahasiwa, sehingga kadang-kadang mencoba-coba segala sesuatu termasuk "NARKOBA". Mahasiswa bukanlah apa-apa, dia hanya bagian dari kehidupan sosial yang tergabung dalam kumpulan anak-anak terdidik dari berbagai golongan pendapatan orang tua yang berbeda. Posisi mahasiswa belum bisa ditentukan dan tidak tahu kapan akan berakhir, karena mereka belum memasuki kehidupan ekonomi yang sesungguhnya sebagai proses akhir dari belajar.
Kedudukan yang mengambang itu membuat mahasiswa menjadi sasaran empuk bagi semua pihak yang memiliki kepentingan dengan penyedia jasa layanan NARKOBA, baik sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai. Beragam pendapat yang akan muncul bila melihat kehidupan kaum terpelajar seperti ini.
Pilar mahasiswa yang getol mengkritisi berbagai fenomena yang timbul disekitarnya, kadang-kadang terbuai oleh penyedia jasa layanan NARKOBA. Organisasi mahasiswa ini sering impoten ketika berurusan dengan persoalan-persoalan seperti ini. Ketika bergerak maju, berhadapan dengan sesama aktivis mahasiswa, ketika bergerak mundur berhadapan dengan sesama aktivis dan masyarakat. Harus diakui bahwa dunia kampus bukanlah sebuah industri jasa yang menyediakan mahasiswanya sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai, namun rantai layanan NARKOBA ini telah masuk dan merajut dalam sendi-sendi pendidikan.
Pada tataran kondisi yang redup ini? Kaum intelektual sedang dimana? apakah yang dapat diperbuat sebagai bemper terdepan di era reformasi ini? Pilar mahasiswa harus mengkritisi tanpa ampun sikap tiap pribadi mahasiswa yang enggan menggabungkan diri dengan gerakannya lagi. Pilar mahasiswa harus menggunakan segala macam cara yang dikuasainya untuk memohon pengertian atau mengungkapkan peringatan-peringatan keras-lunak, tajam-lembut, agar pemahaman itu dapat menancap dalam-dalam di kepala dan hati mahasiswa bahwa hanya ada satu tekad "Berantas NARKOBA".
Pilar mahasiswa harus sanggup mengangkat semua persoalan menyangkut kepentingan rakyat secara umum dan harus terus diperkenalkan kepada kelompok mahasiswa di dalam kampus. Mahasiswa juga haruslah menjadi kelompok yang terdepan mempropagandakan dan melancarkan aksi-aksi massa pada setiap kesempatan, walau sekecil apapun, yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan watak sejati dalam membendung bandar-bandar NARKOBA. Dan harus pula menjadi yang pertama untuk mempromosikan bahwa "Kampus Bebas Narkoba" kepada gerakan mahasiswa di kampus-kampus lain, dan mendorong terbentuknya satu penyatuan konsep di tingkatan yang lebih luas. Singkat kata, mahasiswa haruslah menjadi pelopor sejati dalam memberantas NARKOBA, dan bukan hanya sebagai penonton tanda kutip: "pemilik, penadah, pengedar atau pemakai".
Oleh
Hugo Warami*)
Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa pilar mahasiswalah yang sukses menjemput bola emas yang digulirkan di era reformasi dengan mengalirkan nurani rakyat serta menghembuskan nafas segar di seluruh nusantara. Pilar ini mampu mengangkat semua yang terpuruk dan menjadikannya sebuah energi baru dalam semua sendi kehidupan bermasyarakat. Mahasiswa pun mendapat sambutan hangat dan simpati dari seluruh rakyat, dan bangsa ini pun masuk tercatat dalam sederetan bangsa-bangsa yang maju dan beradab di era reformasi.
Akan tetapi, jeda yang dialami dalam menikmati hasil perjuangannya belum tuntas, keburu pil pahit di telannya. Nilai setitik, rusak susu sebelanga; Panas setahun dihapuskan hujan sehari, atau siapa makan nangka, yang lain kena getahnya. Mungkin ungkapan-ungkapan ini bisa dialamatkan kepada pilar ini, dengan asumsi bahwa ditengah rimbunnya gerakan sosial mahasiswa, ada sekian mahasiswa yang terhanyut dalam layanan NARKOBA (Narkotika, dan Obat Terlarang). Apakah yang terlarut dalam larutan NAKOBA adalah betul-betul mahasiswa dengan identitas KPM (Kartu Pengenal Mahsiswa) yang jelas, atau mahasiswa gadungan yang demi kepentingan politik tertentu, menyangkut popularitas institusi pendidikan, kelompok (komunitas) dan individu sebagai insan kampus. Pada level ini sulit untuk diprediksi siapa mahasiswa yang sebenar terlibat dalam skandal NARKOBA ini.
Ketika popularitas dan akreditasi institusi tertentu yang unggul, kadang membuat pihak lain kebakaran jenggot untuk terlibat dalam proses pemberian label atau Stigma "Mahasiswa NARKOBA". Belum lagi, ketika proyeksi dan promosi untuk mendapatkan pangkat atau jabatan baru pada institusi tertentu, maka skenario penangkapan "Mahasiswa Narkoba" pun dilakukan, dan skandal lainnya. Walaupun, diakui bahwa satu dari antara sekian yang terlibat dalam gerakan-gerakan moral mahasiwa itu sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai. Sulit untuk kita pungkir bahwa hal ini benar terjadi. Tetapi, apakah ini menjadi ukuran untuk memberi label "Mahasiswa NARKOBA"?
Di manakah posisi mahasiswa dalam klasifikasi strata Narkoba dewasa ini? Apakah sebagai pengedar, pemakai, pemilik, atau penadah. Di satu pihak, mahasiswa tidak bekerja. Ia sepenuhnya hidup dari keringat orang tua, saudara, orang lain, atau orang tua asuh yang setiap saat menggajinya ala seorang pegawai negeri atau pegawai swasta. Di pihak lain, mahasiswa juga tidak memegang lesensi terhadap penyuplai biaya hidup selama berpredikat sebagai mahasiwa, sehingga kadang-kadang mencoba-coba segala sesuatu termasuk "NARKOBA". Mahasiswa bukanlah apa-apa, dia hanya bagian dari kehidupan sosial yang tergabung dalam kumpulan anak-anak terdidik dari berbagai golongan pendapatan orang tua yang berbeda. Posisi mahasiswa belum bisa ditentukan dan tidak tahu kapan akan berakhir, karena mereka belum memasuki kehidupan ekonomi yang sesungguhnya sebagai proses akhir dari belajar.
Kedudukan yang mengambang itu membuat mahasiswa menjadi sasaran empuk bagi semua pihak yang memiliki kepentingan dengan penyedia jasa layanan NARKOBA, baik sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai. Beragam pendapat yang akan muncul bila melihat kehidupan kaum terpelajar seperti ini.
Pilar mahasiswa yang getol mengkritisi berbagai fenomena yang timbul disekitarnya, kadang-kadang terbuai oleh penyedia jasa layanan NARKOBA. Organisasi mahasiswa ini sering impoten ketika berurusan dengan persoalan-persoalan seperti ini. Ketika bergerak maju, berhadapan dengan sesama aktivis mahasiswa, ketika bergerak mundur berhadapan dengan sesama aktivis dan masyarakat. Harus diakui bahwa dunia kampus bukanlah sebuah industri jasa yang menyediakan mahasiswanya sebagai pemilik, penadah, pengedar atau pemakai, namun rantai layanan NARKOBA ini telah masuk dan merajut dalam sendi-sendi pendidikan.
Pada tataran kondisi yang redup ini? Kaum intelektual sedang dimana? apakah yang dapat diperbuat sebagai bemper terdepan di era reformasi ini? Pilar mahasiswa harus mengkritisi tanpa ampun sikap tiap pribadi mahasiswa yang enggan menggabungkan diri dengan gerakannya lagi. Pilar mahasiswa harus menggunakan segala macam cara yang dikuasainya untuk memohon pengertian atau mengungkapkan peringatan-peringatan keras-lunak, tajam-lembut, agar pemahaman itu dapat menancap dalam-dalam di kepala dan hati mahasiswa bahwa hanya ada satu tekad "Berantas NARKOBA".
Pilar mahasiswa harus sanggup mengangkat semua persoalan menyangkut kepentingan rakyat secara umum dan harus terus diperkenalkan kepada kelompok mahasiswa di dalam kampus. Mahasiswa juga haruslah menjadi kelompok yang terdepan mempropagandakan dan melancarkan aksi-aksi massa pada setiap kesempatan, walau sekecil apapun, yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan watak sejati dalam membendung bandar-bandar NARKOBA. Dan harus pula menjadi yang pertama untuk mempromosikan bahwa "Kampus Bebas Narkoba" kepada gerakan mahasiswa di kampus-kampus lain, dan mendorong terbentuknya satu penyatuan konsep di tingkatan yang lebih luas. Singkat kata, mahasiswa haruslah menjadi pelopor sejati dalam memberantas NARKOBA, dan bukan hanya sebagai penonton tanda kutip: "pemilik, penadah, pengedar atau pemakai".
mahasiswa 2???
Ingatlah sahabat..Mahasiswa bukan lagi murid SD, SMP, SMA kemarin sore yang hanya bisa belajar untuk terus menerima tanpa harus mencerna..Tapi seorang Mahasiswa adalah makhluk ciptaan Allah yang penuh dengan lika-liku dan intrik sosial. Mereka terus bergerak penuh dengan superioritas idealilitas. Mencancangkan tekad yang mengharu biru, tak kenal kata jenuh…memang sejatinya begitulah seorang mahasiswa.
Secara etimologis mahasiswa berasal dari 2 suku kata Maha dan Siswa, “Maha” sendiri artinya besar, luar biasa dan punya kelebihan sedangkan “siswa” adalah seseorang yang sedang menimba ilmu di suatu institusi pendidikan formal maupun non formal. Berangkat dari itulah maka saya coba mendefinisikan bahwa seorang Mahasiswa adalah sosok manusia yang giat menimba ilmu, punya keinginan terus untuk belajar dengan segala kemampuan yang luar biasa dan penuh tanggung jawab. Dia tidak lagi berfikir untuk sekedar menerima tapi bagaimana untuk bisa memberi. Dia tak lagi berpandangan hanya untuk sekarang tapi lebih kepada jangka panjang. Dia tak lagi berprinsip ” bagaimana nanti?” , tapi lebih kepada “ nanti bagaimana ?” Dia tak lagi bergerak pasif tapi harus lebih aktif. Dia tak lagi sekedar mendengar tapi harus bisa berbicara.
Dengan segala kelebihan tersebut maka seorang mahasiswa dituntut dapat menjadi sosok ideal disegala sektoral. Punya visi dan misi yang besar dengan semangat yang terus berkobar. Akan tetapi, kenyataannya ketika kita melihat potret dunia kemahasiswaan saat ini adalah jauh dari harapan. Mahasiswa tidak lagi mencerminkan figure yang pantas untuk jadi teladan. Mereka egois dan dan sangat bengis. Tindak-tanduk mereka tidak lagi merefleksikan sebagai soko guru peradaban. Stigma yang berkembang justru mahasiswa sebagai sosok pemberontak yang tak kenal sopan. Lihat saja.. Mahasiswa kok harus menjadi tokoh utama video porno, terjerumus dalam lembah narkoba dan terlibat pembunuhan dalam tawuran serta tak ayal pemerkosaanpun dijadikan sebagai peran. Artinya nilai-nilai moral tak lagi menjadi standart cultural melainkan sebagai polesan untuk mempermudah urusan. Sikap mahasiswa kini bukan lagi representasi dari gerakan kaum intelektual yang sangat menjujung tinggi nilai-nilal moral. Tetapi melainkan sikap apatis yang tak sama sekali kritis. Mereka tak lagi bergerak secara sistematis tapi lebih kepada gerakan sporadis. Urgensi gerakan yang mereka bawa bukan lagi untuk kepentingan rakyat tetapi melainkan untuk keuntungan privat. Genre mahasiswa sebagai agent of change tidak terlukis dari potret kemahasiswaan saat ini.. Seolah-olah mahasiwa kehilangan indentitas diri yang tak memiliki visi. Mereka loyo untuk bergerak dan bertindak. Wajar kalau sekarang pengangguran Intelektual semakin bertambah karena boleh jadi ini akibat dari minimnya kompetensi personal seorang mahasiswa ketika mereka lulus. Mereka dicetak bukan untuk menjadi generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, tapi dibuat untuk menjadi buruh sampingan sebuah perusahaan. Miris memang, tapi itulah sebuah kenyataan..., kenyataan yang harus dicari jalan keluar. So..Pertanyaannya..Mampukan bangsa Ini maju dengan generasi yang kemayu........??
Secara etimologis mahasiswa berasal dari 2 suku kata Maha dan Siswa, “Maha” sendiri artinya besar, luar biasa dan punya kelebihan sedangkan “siswa” adalah seseorang yang sedang menimba ilmu di suatu institusi pendidikan formal maupun non formal. Berangkat dari itulah maka saya coba mendefinisikan bahwa seorang Mahasiswa adalah sosok manusia yang giat menimba ilmu, punya keinginan terus untuk belajar dengan segala kemampuan yang luar biasa dan penuh tanggung jawab. Dia tidak lagi berfikir untuk sekedar menerima tapi bagaimana untuk bisa memberi. Dia tak lagi berpandangan hanya untuk sekarang tapi lebih kepada jangka panjang. Dia tak lagi berprinsip ” bagaimana nanti?” , tapi lebih kepada “ nanti bagaimana ?” Dia tak lagi bergerak pasif tapi harus lebih aktif. Dia tak lagi sekedar mendengar tapi harus bisa berbicara.
Dengan segala kelebihan tersebut maka seorang mahasiswa dituntut dapat menjadi sosok ideal disegala sektoral. Punya visi dan misi yang besar dengan semangat yang terus berkobar. Akan tetapi, kenyataannya ketika kita melihat potret dunia kemahasiswaan saat ini adalah jauh dari harapan. Mahasiswa tidak lagi mencerminkan figure yang pantas untuk jadi teladan. Mereka egois dan dan sangat bengis. Tindak-tanduk mereka tidak lagi merefleksikan sebagai soko guru peradaban. Stigma yang berkembang justru mahasiswa sebagai sosok pemberontak yang tak kenal sopan. Lihat saja.. Mahasiswa kok harus menjadi tokoh utama video porno, terjerumus dalam lembah narkoba dan terlibat pembunuhan dalam tawuran serta tak ayal pemerkosaanpun dijadikan sebagai peran. Artinya nilai-nilai moral tak lagi menjadi standart cultural melainkan sebagai polesan untuk mempermudah urusan. Sikap mahasiswa kini bukan lagi representasi dari gerakan kaum intelektual yang sangat menjujung tinggi nilai-nilal moral. Tetapi melainkan sikap apatis yang tak sama sekali kritis. Mereka tak lagi bergerak secara sistematis tapi lebih kepada gerakan sporadis. Urgensi gerakan yang mereka bawa bukan lagi untuk kepentingan rakyat tetapi melainkan untuk keuntungan privat. Genre mahasiswa sebagai agent of change tidak terlukis dari potret kemahasiswaan saat ini.. Seolah-olah mahasiwa kehilangan indentitas diri yang tak memiliki visi. Mereka loyo untuk bergerak dan bertindak. Wajar kalau sekarang pengangguran Intelektual semakin bertambah karena boleh jadi ini akibat dari minimnya kompetensi personal seorang mahasiswa ketika mereka lulus. Mereka dicetak bukan untuk menjadi generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, tapi dibuat untuk menjadi buruh sampingan sebuah perusahaan. Miris memang, tapi itulah sebuah kenyataan..., kenyataan yang harus dicari jalan keluar. So..Pertanyaannya..Mampukan bangsa Ini maju dengan generasi yang kemayu........??
mahasiswa 2???
Ingatlah sahabat..Mahasiswa bukan lagi murid SD, SMP, SMA kemarin sore yang hanya bisa belajar untuk terus menerima tanpa harus mencerna..Tapi seorang Mahasiswa adalah makhluk ciptaan Allah yang penuh dengan lika-liku dan intrik sosial. Mereka terus bergerak penuh dengan superioritas idealilitas. Mencancangkan tekad yang mengharu biru, tak kenal kata jenuh…memang sejatinya begitulah seorang mahasiswa.
Secara etimologis mahasiswa berasal dari 2 suku kata Maha dan Siswa, “Maha” sendiri artinya besar, luar biasa dan punya kelebihan sedangkan “siswa” adalah seseorang yang sedang menimba ilmu di suatu institusi pendidikan formal maupun non formal. Berangkat dari itulah maka saya coba mendefinisikan bahwa seorang Mahasiswa adalah sosok manusia yang giat menimba ilmu, punya keinginan terus untuk belajar dengan segala kemampuan yang luar biasa dan penuh tanggung jawab. Dia tidak lagi berfikir untuk sekedar menerima tapi bagaimana untuk bisa memberi. Dia tak lagi berpandangan hanya untuk sekarang tapi lebih kepada jangka panjang. Dia tak lagi berprinsip ” bagaimana nanti?” , tapi lebih kepada “ nanti bagaimana ?” Dia tak lagi bergerak pasif tapi harus lebih aktif. Dia tak lagi sekedar mendengar tapi harus bisa berbicara.
Dengan segala kelebihan tersebut maka seorang mahasiswa dituntut dapat menjadi sosok ideal disegala sektoral. Punya visi dan misi yang besar dengan semangat yang terus berkobar. Akan tetapi, kenyataannya ketika kita melihat potret dunia kemahasiswaan saat ini adalah jauh dari harapan. Mahasiswa tidak lagi mencerminkan figure yang pantas untuk jadi teladan. Mereka egois dan dan sangat bengis. Tindak-tanduk mereka tidak lagi merefleksikan sebagai soko guru peradaban. Stigma yang berkembang justru mahasiswa sebagai sosok pemberontak yang tak kenal sopan. Lihat saja.. Mahasiswa kok harus menjadi tokoh utama video porno, terjerumus dalam lembah narkoba dan terlibat pembunuhan dalam tawuran serta tak ayal pemerkosaanpun dijadikan sebagai peran. Artinya nilai-nilai moral tak lagi menjadi standart cultural melainkan sebagai polesan untuk mempermudah urusan. Sikap mahasiswa kini bukan lagi representasi dari gerakan kaum intelektual yang sangat menjujung tinggi nilai-nilal moral. Tetapi melainkan sikap apatis yang tak sama sekali kritis. Mereka tak lagi bergerak secara sistematis tapi lebih kepada gerakan sporadis. Urgensi gerakan yang mereka bawa bukan lagi untuk kepentingan rakyat tetapi melainkan untuk keuntungan privat. Genre mahasiswa sebagai agent of change tidak terlukis dari potret kemahasiswaan saat ini.. Seolah-olah mahasiwa kehilangan indentitas diri yang tak memiliki visi. Mereka loyo untuk bergerak dan bertindak. Wajar kalau sekarang pengangguran Intelektual semakin bertambah karena boleh jadi ini akibat dari minimnya kompetensi personal seorang mahasiswa ketika mereka lulus. Mereka dicetak bukan untuk menjadi generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, tapi dibuat untuk menjadi buruh sampingan sebuah perusahaan. Miris memang, tapi itulah sebuah kenyataan..., kenyataan yang harus dicari jalan keluar. So..Pertanyaannya..Mampukan bangsa Ini maju dengan generasi yang kemayu........??
Secara etimologis mahasiswa berasal dari 2 suku kata Maha dan Siswa, “Maha” sendiri artinya besar, luar biasa dan punya kelebihan sedangkan “siswa” adalah seseorang yang sedang menimba ilmu di suatu institusi pendidikan formal maupun non formal. Berangkat dari itulah maka saya coba mendefinisikan bahwa seorang Mahasiswa adalah sosok manusia yang giat menimba ilmu, punya keinginan terus untuk belajar dengan segala kemampuan yang luar biasa dan penuh tanggung jawab. Dia tidak lagi berfikir untuk sekedar menerima tapi bagaimana untuk bisa memberi. Dia tak lagi berpandangan hanya untuk sekarang tapi lebih kepada jangka panjang. Dia tak lagi berprinsip ” bagaimana nanti?” , tapi lebih kepada “ nanti bagaimana ?” Dia tak lagi bergerak pasif tapi harus lebih aktif. Dia tak lagi sekedar mendengar tapi harus bisa berbicara.
Dengan segala kelebihan tersebut maka seorang mahasiswa dituntut dapat menjadi sosok ideal disegala sektoral. Punya visi dan misi yang besar dengan semangat yang terus berkobar. Akan tetapi, kenyataannya ketika kita melihat potret dunia kemahasiswaan saat ini adalah jauh dari harapan. Mahasiswa tidak lagi mencerminkan figure yang pantas untuk jadi teladan. Mereka egois dan dan sangat bengis. Tindak-tanduk mereka tidak lagi merefleksikan sebagai soko guru peradaban. Stigma yang berkembang justru mahasiswa sebagai sosok pemberontak yang tak kenal sopan. Lihat saja.. Mahasiswa kok harus menjadi tokoh utama video porno, terjerumus dalam lembah narkoba dan terlibat pembunuhan dalam tawuran serta tak ayal pemerkosaanpun dijadikan sebagai peran. Artinya nilai-nilai moral tak lagi menjadi standart cultural melainkan sebagai polesan untuk mempermudah urusan. Sikap mahasiswa kini bukan lagi representasi dari gerakan kaum intelektual yang sangat menjujung tinggi nilai-nilal moral. Tetapi melainkan sikap apatis yang tak sama sekali kritis. Mereka tak lagi bergerak secara sistematis tapi lebih kepada gerakan sporadis. Urgensi gerakan yang mereka bawa bukan lagi untuk kepentingan rakyat tetapi melainkan untuk keuntungan privat. Genre mahasiswa sebagai agent of change tidak terlukis dari potret kemahasiswaan saat ini.. Seolah-olah mahasiwa kehilangan indentitas diri yang tak memiliki visi. Mereka loyo untuk bergerak dan bertindak. Wajar kalau sekarang pengangguran Intelektual semakin bertambah karena boleh jadi ini akibat dari minimnya kompetensi personal seorang mahasiswa ketika mereka lulus. Mereka dicetak bukan untuk menjadi generasi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan, tapi dibuat untuk menjadi buruh sampingan sebuah perusahaan. Miris memang, tapi itulah sebuah kenyataan..., kenyataan yang harus dicari jalan keluar. So..Pertanyaannya..Mampukan bangsa Ini maju dengan generasi yang kemayu........??
mahasiswa??
SETIAP momentum perubahan di berbagai belahan dunia selalu menempatkan mahasiswa sebagai sumber energi, pelaku dan pendukung utama. Sebut saja, Revolusi Rusia tahun 1905 dan 1917, Revolusi Jerman 1918-1923, Revolusi Spanyol 1936, Revolusi Hongaria 1919 dan 1956, Revolusi China 1925-1927, Revolusi Aljazair 1954, Revolusi Turki 1960, Revolusi Korea Selatan 1960, Revolusi Yunani 1965, Revolusi Portugal 1974, hingga Revolusi Islam Iran 1979, semuanya melibatkan partisipasi aktif mahasiswa, baik sebagai penggagas, perekayasa, aktor atau sekadar penyokongnya.
Begitu pula momentum kebangkitan di Indonesia, seperti kelahiran Budi Utomo 20 Mei 1908 sebagai fundamen pertama kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kemunculan Orde Baru 1966, serta Reformasi Mei 1998, semuanya dimotori oleh mahasiswa. Fakta sejarah inilah yang menjadikan mahasiswa sering dijuluki sebagai agent of change (agen perubahan) atau motor kebangkitan.
Hal serupa juga terungkap manakala kita membedah fenomena kebangkitan Islam di berbagai negara sejak abad ke-20 Masehi. Kebangkitan Islam di Mesir, Turki, Aljazair, Yaman, Yordania, Malaysia atau Indonesia, yang ditandai dengan menguatnya posisi umat Islam di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan lainnya, tak bisa dilepaskan dari kiprah mahasiswa. Para pengamat dunia Islam, seperti Fazlur Rahman, John Esposito dan Bruce Lawrence sewaktu berkunjung ke Indonesia menemukan bahwa kebangkitan Islam di Indonesia yang cukup progresif sejak era 1980-an itu ditandai tumbuhnya semangat keislaman, maraknya syiar Islam dan hadirnya berbagai aliran pemikiran, khususnya di kampus-kampus.
Di sinilah, tulisan Aminullah Yunus berjudul "Memahami Kebangkitan Gerakan Islam Kampus" (SM, 8/10) menarik untuk ditanggapi. Ada dua hal yang penulis garisbawahi dari artikel Aminullah. Pertama, geliat kebangkitan Islam di kampus sebagai resistansi terhadap dampak negatif modernisasi. Kedua, kiprah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai representasi generasi Islam baru, yang banyak mengambil peran dalam berbagai momentum dan dinamika kampus selama lima tahun belakangan.
Jatidiri Mahasiswa
Kenapa mahasiswa selalu menjadi aktor penting dalam setiap perubahan bangsa? Tak lain karena mahasiswa memiliki sifat mendasar dan jatidiri yang unik. Sifat mendasar mahasiswa terletak pada jiwa mudanya yang idealis, dinamis, kreatif, antikemapanan, serta resah terhadap ketidakberesan. Sifat mendasar ini sinergis dengan jatidiri mahasiswa sebagai anak didik dan anak bangsa.
Sebagai anak didik, mahasiswa harus tekun belajar, rajin membaca, berpikir dan berdiskusi, suka meneliti, serta aktif dalam banyak forum ilmiah, sehingga menguasai disiplin ilmunya dan berwawasan luas. Namun jiwa mudanya protes dan memberontak begitu melihat kenyataan di masyarakat tak sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Apalagi mahasiswa juga anak bangsa, yang harus peduli terhadap nasib bangsanya. Mahasiswa sejati akan selalu resah bila melihat kezaliman dan ketidakadilan. Karena itulah, mahasiswa sampai kapan pun akan selalu menjadi pemain penting dalam setiap perubahan masyarakat.
Keresahan dan kepedulian seperti itulah yang melandasi para aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Indonesia membentuk KAMMI di Malang, 28 Maret 1998. Kelahiran KAMMI lewat Deklarasi Malang tak bisa dipisahkan dari konteks sejarah Indonesia saat itu yang tengah dilanda krisis kepemimpinan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan, menjelang kejatuhan rezim Soeharto. Aktivis LDK yang disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan Islam di kampus terpanggil untuk mengarahkan dan mengamankan proses perubahan Indonesia, dan sepakat membentuk KAMMI sebagai wadah perjuangannya. Hingga kemudian KAMMI tercatat sebagai salah satu motor gerakan reformasi Mei 1998.
Kutub Kebangkitan
Perjuangan KAMMI berangkat dari tiga kutub kebangkitan. Pertama, kutub revivalisasi. Revivalisasi lahir dari semangat ingin mengambil ajaran Islam secara murni dengan merujuk langsung kepada orisinalitas dan integralitas Islam generasi pertama. Revivalisasi adalah upaya membangun kembali Islam secara kaffah sebagaimana diajarkan dan diteladankan Nabi Muhammad SAW.
Semangat kembali kepada ajaran salaf (generasi awal Islam) ini merupakan perlawanan atas sekularisasi yang telah menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya serta memunculkan pemikiran dan praktik keislaman yang parsialistik. Karena itulah, revivalisasi KAMMI ingin membangun Islam secara utuh mencakup seluruh aspek kehidupan.
Kedua, kutub adaptasi. Islam di mata KAMMI bukanlah dogma beku, kolot, antiperubahan atau kontra-modernisme. Islama adalah ideologi dinamis yang menyeimbangkan antara hal-hal yang tetap (ats-tsawabit) dan fleksibel (mutaghayyirat) , karena Islam pada dasarnya idealita yang hanya bermakna bila direalisasikan di alam nyata. Jalaludin Rakhmat (1991) berpendapat, kekuatan kaum muslim terletak pada tindakan mereka, bukan pada teks-teks suci yang mereka yakini. Di mata Sayyid Quthb (Lee, 2000), kesejatian seorang muslim bukanlah pada apa yang mereka pikirkan atau percayai, melainkan apa yang mereka perbuat di dunia ini. Pada kenyataannya, penerapan Islam di alam realita ini membutuhkan adaptasi-adaptasi.
Karena itu, semangat kembali kepada ajaran salaf yang didakwahkan KAMMI sangat welcome terhadap dinamika zaman di era khalaf (mutakhir). KAMMI sependapat dengan ulama kontemporer Syekh Yusuf Qordhowi bahwa pembumian Islam dari ranah idealita ke ranah realita di era modern harus memperhatikan tiga konsepsi pemahaman: fiqhul waqi'i (pemahaman atas realitas), fiqhul aulawiyat (pemahaman atas prioritas kebutuhan) dan fiqhul muwazanat (pemahaman atas perkembangan zaman). Ketiga pemahaman tersebut menjadikan dakwah Islam tampil rasional dan realistis, selaras dengan esensi modernisasi yang dikemukakan Nurcholish Madjid, yakni rasionalisasi.
Masyarakat Islam
Kutub ketiga adalah visi. Visi KAMMI adalah membentuk masyarakat Islami di Indonesia. Umat Islam memang mayoritas di Indonesia, tapi hanya mayoritas statistik, bukan mayoritas substantif. Dua islamicist Barat, Van Leur dan Hefner, pernah melakukan studi Islam di Indonesia. Van Leur (Azra, 1999) berkesimpulan, Islam Indonesia hanyalah "lapisan tipis di atas permukaan budaya Jawa". Kesimpulan Hefner (2000) lebih menyindir lagi, bahwa Islam di Indonesia adalah satu lapisan budaya yang tipis atau sesuatu yang terletak di atas sedimen lebih tebal dari Hindu, Buddha dan animisme. Tidakkah umat Islam negeri ini malu dengan "sindiran" itu? Bila umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar di dunia ini tidak segera bangkit, bagaimana mungkin bisa memimpin kebangkitan Islam di dunia, seperti harapan umat Islam di banyak negara?
Obsesi masyarakat Islami akan KAMMI wujudkan secara gradual dan sistematis dengan merealisasikan misi-misi KAMMI sebagai pelopor, perekat dan pemercepat perubahan, memberikan pelayanan sosial, serta memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Visi-misi tersebut kembali dikokohkan dalam Muktamar Nasional KAMMI Ke-4 di Samarinda, 26 September-2 Oktober 2004 lalu, dalam rumusan rencana strategis pengejawantahan selama lima tahun ke depan.
Sinergi kutub revivalisasi-adaptasi-visi merupakan harmoni kesadaran kolektif akan sejarah masa lalu, realita masa kini dan obsesi masa depan. Dari perpaduan sinergis itulah, KAMMI bangkit untuk membangkitkan umat Islam Indonesia dari tidurnya yang panjang, dan bersama seluruh elemen umat Islam menjadikan Islam mewujud-merahmati kehidupan dan kembali memimpin peradaban. Insya Allah.[]
(dimuat di Suara Merdeka, 26 Oktober 2004)
Begitu pula momentum kebangkitan di Indonesia, seperti kelahiran Budi Utomo 20 Mei 1908 sebagai fundamen pertama kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, kemunculan Orde Baru 1966, serta Reformasi Mei 1998, semuanya dimotori oleh mahasiswa. Fakta sejarah inilah yang menjadikan mahasiswa sering dijuluki sebagai agent of change (agen perubahan) atau motor kebangkitan.
Hal serupa juga terungkap manakala kita membedah fenomena kebangkitan Islam di berbagai negara sejak abad ke-20 Masehi. Kebangkitan Islam di Mesir, Turki, Aljazair, Yaman, Yordania, Malaysia atau Indonesia, yang ditandai dengan menguatnya posisi umat Islam di bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan lainnya, tak bisa dilepaskan dari kiprah mahasiswa. Para pengamat dunia Islam, seperti Fazlur Rahman, John Esposito dan Bruce Lawrence sewaktu berkunjung ke Indonesia menemukan bahwa kebangkitan Islam di Indonesia yang cukup progresif sejak era 1980-an itu ditandai tumbuhnya semangat keislaman, maraknya syiar Islam dan hadirnya berbagai aliran pemikiran, khususnya di kampus-kampus.
Di sinilah, tulisan Aminullah Yunus berjudul "Memahami Kebangkitan Gerakan Islam Kampus" (SM, 8/10) menarik untuk ditanggapi. Ada dua hal yang penulis garisbawahi dari artikel Aminullah. Pertama, geliat kebangkitan Islam di kampus sebagai resistansi terhadap dampak negatif modernisasi. Kedua, kiprah Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai representasi generasi Islam baru, yang banyak mengambil peran dalam berbagai momentum dan dinamika kampus selama lima tahun belakangan.
Jatidiri Mahasiswa
Kenapa mahasiswa selalu menjadi aktor penting dalam setiap perubahan bangsa? Tak lain karena mahasiswa memiliki sifat mendasar dan jatidiri yang unik. Sifat mendasar mahasiswa terletak pada jiwa mudanya yang idealis, dinamis, kreatif, antikemapanan, serta resah terhadap ketidakberesan. Sifat mendasar ini sinergis dengan jatidiri mahasiswa sebagai anak didik dan anak bangsa.
Sebagai anak didik, mahasiswa harus tekun belajar, rajin membaca, berpikir dan berdiskusi, suka meneliti, serta aktif dalam banyak forum ilmiah, sehingga menguasai disiplin ilmunya dan berwawasan luas. Namun jiwa mudanya protes dan memberontak begitu melihat kenyataan di masyarakat tak sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Apalagi mahasiswa juga anak bangsa, yang harus peduli terhadap nasib bangsanya. Mahasiswa sejati akan selalu resah bila melihat kezaliman dan ketidakadilan. Karena itulah, mahasiswa sampai kapan pun akan selalu menjadi pemain penting dalam setiap perubahan masyarakat.
Keresahan dan kepedulian seperti itulah yang melandasi para aktivis Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Indonesia membentuk KAMMI di Malang, 28 Maret 1998. Kelahiran KAMMI lewat Deklarasi Malang tak bisa dipisahkan dari konteks sejarah Indonesia saat itu yang tengah dilanda krisis kepemimpinan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan, menjelang kejatuhan rezim Soeharto. Aktivis LDK yang disebut-sebut sebagai ikon kebangkitan Islam di kampus terpanggil untuk mengarahkan dan mengamankan proses perubahan Indonesia, dan sepakat membentuk KAMMI sebagai wadah perjuangannya. Hingga kemudian KAMMI tercatat sebagai salah satu motor gerakan reformasi Mei 1998.
Kutub Kebangkitan
Perjuangan KAMMI berangkat dari tiga kutub kebangkitan. Pertama, kutub revivalisasi. Revivalisasi lahir dari semangat ingin mengambil ajaran Islam secara murni dengan merujuk langsung kepada orisinalitas dan integralitas Islam generasi pertama. Revivalisasi adalah upaya membangun kembali Islam secara kaffah sebagaimana diajarkan dan diteladankan Nabi Muhammad SAW.
Semangat kembali kepada ajaran salaf (generasi awal Islam) ini merupakan perlawanan atas sekularisasi yang telah menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya serta memunculkan pemikiran dan praktik keislaman yang parsialistik. Karena itulah, revivalisasi KAMMI ingin membangun Islam secara utuh mencakup seluruh aspek kehidupan.
Kedua, kutub adaptasi. Islam di mata KAMMI bukanlah dogma beku, kolot, antiperubahan atau kontra-modernisme. Islama adalah ideologi dinamis yang menyeimbangkan antara hal-hal yang tetap (ats-tsawabit) dan fleksibel (mutaghayyirat) , karena Islam pada dasarnya idealita yang hanya bermakna bila direalisasikan di alam nyata. Jalaludin Rakhmat (1991) berpendapat, kekuatan kaum muslim terletak pada tindakan mereka, bukan pada teks-teks suci yang mereka yakini. Di mata Sayyid Quthb (Lee, 2000), kesejatian seorang muslim bukanlah pada apa yang mereka pikirkan atau percayai, melainkan apa yang mereka perbuat di dunia ini. Pada kenyataannya, penerapan Islam di alam realita ini membutuhkan adaptasi-adaptasi.
Karena itu, semangat kembali kepada ajaran salaf yang didakwahkan KAMMI sangat welcome terhadap dinamika zaman di era khalaf (mutakhir). KAMMI sependapat dengan ulama kontemporer Syekh Yusuf Qordhowi bahwa pembumian Islam dari ranah idealita ke ranah realita di era modern harus memperhatikan tiga konsepsi pemahaman: fiqhul waqi'i (pemahaman atas realitas), fiqhul aulawiyat (pemahaman atas prioritas kebutuhan) dan fiqhul muwazanat (pemahaman atas perkembangan zaman). Ketiga pemahaman tersebut menjadikan dakwah Islam tampil rasional dan realistis, selaras dengan esensi modernisasi yang dikemukakan Nurcholish Madjid, yakni rasionalisasi.
Masyarakat Islam
Kutub ketiga adalah visi. Visi KAMMI adalah membentuk masyarakat Islami di Indonesia. Umat Islam memang mayoritas di Indonesia, tapi hanya mayoritas statistik, bukan mayoritas substantif. Dua islamicist Barat, Van Leur dan Hefner, pernah melakukan studi Islam di Indonesia. Van Leur (Azra, 1999) berkesimpulan, Islam Indonesia hanyalah "lapisan tipis di atas permukaan budaya Jawa". Kesimpulan Hefner (2000) lebih menyindir lagi, bahwa Islam di Indonesia adalah satu lapisan budaya yang tipis atau sesuatu yang terletak di atas sedimen lebih tebal dari Hindu, Buddha dan animisme. Tidakkah umat Islam negeri ini malu dengan "sindiran" itu? Bila umat Islam Indonesia yang jumlahnya terbesar di dunia ini tidak segera bangkit, bagaimana mungkin bisa memimpin kebangkitan Islam di dunia, seperti harapan umat Islam di banyak negara?
Obsesi masyarakat Islami akan KAMMI wujudkan secara gradual dan sistematis dengan merealisasikan misi-misi KAMMI sebagai pelopor, perekat dan pemercepat perubahan, memberikan pelayanan sosial, serta memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Visi-misi tersebut kembali dikokohkan dalam Muktamar Nasional KAMMI Ke-4 di Samarinda, 26 September-2 Oktober 2004 lalu, dalam rumusan rencana strategis pengejawantahan selama lima tahun ke depan.
Sinergi kutub revivalisasi-adaptasi-visi merupakan harmoni kesadaran kolektif akan sejarah masa lalu, realita masa kini dan obsesi masa depan. Dari perpaduan sinergis itulah, KAMMI bangkit untuk membangkitkan umat Islam Indonesia dari tidurnya yang panjang, dan bersama seluruh elemen umat Islam menjadikan Islam mewujud-merahmati kehidupan dan kembali memimpin peradaban. Insya Allah.[]
(dimuat di Suara Merdeka, 26 Oktober 2004)
Kamis, 07 Agustus 2008
terumbu karang punah...????
Ratusan Spesies Terumbu Karang Terancam Punah
Sedikitnya 600 atau 75 persen dari sekitar 800 spesies terumbu karang dunia berada di perairan Indonesia. Namun, lebih dari separuh spesies di Indonesia terancam punah akibat kerusakan terumbu karang yang mencapai 65 persen di kawasan seluas 51.000 meter persegi di seluruh Nusantara.
Di Bali, lokasi yang mengalami kerusakan berdasarkan penelitian The Nature Conservancy adalah Pantai Sanur (Denpasar). Adapun terumbu karang di lokasi lain, seperti Pantai Amed (Karangasem), Nusa Penida (Klungkung), Tejakula (Buleleng), dan Serangan (Denpasar), berangsur membaik.
Senior Advisor Marine Science Indonesia Marine Program Office Conservation International, Mark Erdmann, di Denpasar, Senin (28/7), mengatakan, perlu ada gerakan untuk mengingatkan para pelaku industri pariwisata yang mulai membahayakan biota laut.
Kebakaran
Semak belukar seluas 5 hektar di petak 36 K, juga semak belukar dan 10 pohon pinus di petak 36 H seluas 0,35 hektar di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terbakar. Kawasan itu merupakan wilayah penambangan pasir dan batu Jurangjero.
Api mulai tampak hari Minggu (27/7) pukul 17.00 dan berhasil dipadamkan pada Senin pukul 11.00. Kepala TNGM Tri Prasetyo mengatakan, pihaknya masih berjaga-jaga untuk mengantisipasi timbulnya kebakaran kembali di area itu dan mencari penyebabnya.
Kawasan lereng Gunung Merbabu di Kabupaten Magelang juga terbakar. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu Wilayah II Anggit Haryoso mengatakan, kebakaran terjadi pada Senin petang. Hingga pukul 20.00, api belum dapat dipadamkan. Belum diketahui luas area yang terbakar. (AYS/EGI) Denpasar, Kompas.
Sedikitnya 600 atau 75 persen dari sekitar 800 spesies terumbu karang dunia berada di perairan Indonesia. Namun, lebih dari separuh spesies di Indonesia terancam punah akibat kerusakan terumbu karang yang mencapai 65 persen di kawasan seluas 51.000 meter persegi di seluruh Nusantara.
Di Bali, lokasi yang mengalami kerusakan berdasarkan penelitian The Nature Conservancy adalah Pantai Sanur (Denpasar). Adapun terumbu karang di lokasi lain, seperti Pantai Amed (Karangasem), Nusa Penida (Klungkung), Tejakula (Buleleng), dan Serangan (Denpasar), berangsur membaik.
Senior Advisor Marine Science Indonesia Marine Program Office Conservation International, Mark Erdmann, di Denpasar, Senin (28/7), mengatakan, perlu ada gerakan untuk mengingatkan para pelaku industri pariwisata yang mulai membahayakan biota laut.
Kebakaran
Semak belukar seluas 5 hektar di petak 36 K, juga semak belukar dan 10 pohon pinus di petak 36 H seluas 0,35 hektar di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terbakar. Kawasan itu merupakan wilayah penambangan pasir dan batu Jurangjero.
Api mulai tampak hari Minggu (27/7) pukul 17.00 dan berhasil dipadamkan pada Senin pukul 11.00. Kepala TNGM Tri Prasetyo mengatakan, pihaknya masih berjaga-jaga untuk mengantisipasi timbulnya kebakaran kembali di area itu dan mencari penyebabnya.
Kawasan lereng Gunung Merbabu di Kabupaten Magelang juga terbakar. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu Wilayah II Anggit Haryoso mengatakan, kebakaran terjadi pada Senin petang. Hingga pukul 20.00, api belum dapat dipadamkan. Belum diketahui luas area yang terbakar. (AYS/EGI) Denpasar, Kompas.
JALAN MENUJU KEBANGKITAN KAUM MUSLIMIN
Oleh
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah kaum muslimin dewasa ini terbelakang ? Kenapa ? Dan bagaimana dapat membuat mereka bangkit ?
Jawaban
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tidak seorang mukmin pun yang rela terhadap kondisi kaum muslimin dewasa ini. Mereka benar-benar terkebelakang akibat keteledoran mereka mengemban tanggung jawab yang telah diwajibkan Allah diatas pundak mereka. Mereka telah teledor dari sisi penyampaian dien ini kepada seluruh dunia dan berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka juga telah teledor di dalam mempersiapkan kekuatan yang telah Allah perintahkan melalui firman-firmanNya.
“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu” [Al-Anfal : 60]
“Artinya : Dan siap siagalah kamu” [An-Nisa : 102]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil mejadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu” [Ali-Imran : 118]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain” [Al-Maidah : 51]
Hal-hal yang mereka teledor terhadapnya inilah yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan yang kita berharap kepada Allah agar dapat menghilangkannya dari mereka. Yaitu, dengan jalan kembalinya mereka ke jalan yang benar sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Aku telah meninggalkan kalian dalam kondisi putih bersih, yang malamnya seperti siangnya” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, Al-Muqaddimah 43, Ahmad Jilid IV. No. 1374]
Dan dalam sabdanya yang lain.
“Artinya : Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya ; Kitabullah dan Sunnah NabiNya” [Hadits Riwayat Malik di dalam Al-Muwaththa’, Al-Qadar, hal 899]
Jadi sebab ketertinggalan kaum muslimin adalah bahwa mereka belum mengamalkan wasiat Allah kepada mereka, demikian pula wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berpegang teguh kepada dien mereka, Kitab Rabb dan Sunnah Nabi mereka. Juga karena mereka tidak mengambil sikap hati-hati agar aman dari makar musuh mereka akan tetapi sekalipun demikian, kita tidak hendak mengatakan bahwa kebaikan sudah tidak ada dan kesempatan sudah habis. Kebaikan masih ada pada umat ini selemah apapun kondisinya, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Masih akan tetap ada sebuah golongan dari umatku yang membela Al-Haq, mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang-orang yang menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah (Kiamat)” [Hadits Riwayat Muslim, Al-Imarah 1920 dari hadits yang diriwayatkan Tsauban. Demikian pula terdapat riwayat semisalnya dari lebih dari seorang sahabat]
Maka, selemah apapun kondisi yang tengah dihadapi umat namun kebaikan tidaklah hilang padanya dan pasti akan ada orang yang menegakkan Dienullah sekalipun dalam lingkup yang sempit. Kebaikan akan tetap ada pada umat ini manakala para pemeluknya telah kembali kepadaNya.
[Kitab Ad-Da’wah, No. 7, Dari Fatwa Syaikh Al-Fauzan, Jilid II, hal.166-167]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 179-181 Darul Haq]
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Pertanyaan.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Apakah kaum muslimin dewasa ini terbelakang ? Kenapa ? Dan bagaimana dapat membuat mereka bangkit ?
Jawaban
Tidak dapat diragukan lagi bahwa tidak seorang mukmin pun yang rela terhadap kondisi kaum muslimin dewasa ini. Mereka benar-benar terkebelakang akibat keteledoran mereka mengemban tanggung jawab yang telah diwajibkan Allah diatas pundak mereka. Mereka telah teledor dari sisi penyampaian dien ini kepada seluruh dunia dan berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka juga telah teledor di dalam mempersiapkan kekuatan yang telah Allah perintahkan melalui firman-firmanNya.
“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu” [Al-Anfal : 60]
“Artinya : Dan siap siagalah kamu” [An-Nisa : 102]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil mejadi teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu” [Ali-Imran : 118]
“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ; sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain” [Al-Maidah : 51]
Hal-hal yang mereka teledor terhadapnya inilah yang menyebabkan mereka mengalami ketertinggalan yang kita berharap kepada Allah agar dapat menghilangkannya dari mereka. Yaitu, dengan jalan kembalinya mereka ke jalan yang benar sebagaimana yang telah digariskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Aku telah meninggalkan kalian dalam kondisi putih bersih, yang malamnya seperti siangnya” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, Al-Muqaddimah 43, Ahmad Jilid IV. No. 1374]
Dan dalam sabdanya yang lain.
“Artinya : Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, yang kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya ; Kitabullah dan Sunnah NabiNya” [Hadits Riwayat Malik di dalam Al-Muwaththa’, Al-Qadar, hal 899]
Jadi sebab ketertinggalan kaum muslimin adalah bahwa mereka belum mengamalkan wasiat Allah kepada mereka, demikian pula wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berpegang teguh kepada dien mereka, Kitab Rabb dan Sunnah Nabi mereka. Juga karena mereka tidak mengambil sikap hati-hati agar aman dari makar musuh mereka akan tetapi sekalipun demikian, kita tidak hendak mengatakan bahwa kebaikan sudah tidak ada dan kesempatan sudah habis. Kebaikan masih ada pada umat ini selemah apapun kondisinya, sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Masih akan tetap ada sebuah golongan dari umatku yang membela Al-Haq, mereka tidak akan dapat dicelakai oleh orang-orang yang menghinakan mereka hingga datangnya urusan Allah (Kiamat)” [Hadits Riwayat Muslim, Al-Imarah 1920 dari hadits yang diriwayatkan Tsauban. Demikian pula terdapat riwayat semisalnya dari lebih dari seorang sahabat]
Maka, selemah apapun kondisi yang tengah dihadapi umat namun kebaikan tidaklah hilang padanya dan pasti akan ada orang yang menegakkan Dienullah sekalipun dalam lingkup yang sempit. Kebaikan akan tetap ada pada umat ini manakala para pemeluknya telah kembali kepadaNya.
[Kitab Ad-Da’wah, No. 7, Dari Fatwa Syaikh Al-Fauzan, Jilid II, hal.166-167]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-2, hal 179-181 Darul Haq]
Langganan:
Postingan (Atom)