jam

Senin, 31 Desember 2007

sejarah singkat mengenai syaikh Albani (my first syaikh)

Muhammad Nashiruddin Al Bani
Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini

KELAHIRANYA:
Pada tahun 1333 H. Di kota Ashqodar ibu kota Albania lama, Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Albani di lahirkan, di besarkan di tengah keluarga yang tidak berpunya, wara', lantaran kecintaannya terhadap ilmu dan Ahli ilmu.
ketika Raja Ahmad Zagho naik tahta di Albania dan mengubah sistem pemerintahan menjadi pemerintah sekuler. Maka Syaikh Nuh (ayah Albani) menghawatirkan keamanan keluarganya, akhirnya Syaikh Nuh memutuskan untuk berimigrasi ke Damaskus Syam, guna menjaga agamanya, keluarganya, dan takut terkena fitnah.
Setiba di Damaskus, Syeikh Albani tekun belajar bahasa arab dan menamatkan sokolah Ibtida'iyah di madrasah Al Is'af Khairiyah. Di madrasah ini Syaihk Albani belajar Al Quran, tajuwid, nahwu, sharaf, fiqih madzhab Hanafi. Dan menghafal al-Qur'an Riwayat Hafshin an Ashim dari Ayahnya sampai selesai. Selanjutnya Syaikh Albani meneruskan belajarnya langsung kepada para Masyaikh, seperti belajar kepada Syaikh Sa'id Burhany Maraaqi Fallah, fiqih Hanafi dan sebagian kitab bahasa dan balaghah.
Tak luput juga Syeikh Albani belajar memperbaiki jam dari ayahnya sampai mahir, sehingga beliau menjadi seorang ahli yang terkenal. Dari Ketrampilan ini kemudian menjadi salah satu mata pencahariannya.

KECENDERUNGANNYA TERHADAP ILMU HADITS:
Sebelum mempelajari Ilmu Hadist, Ayah Syaikh Albani mengingatkan dengan sangat supaya tidak menekuni Ilmu Hadist, seraya berkata: "Sesungguhnya ilmu hadits adalah pekerjaan orang-orang pailit".
tetapi Syaikh Albani tetap untuk mempelajari Ilmu Hadits, pada umur 20 tahun, Syaikh Albani mulai mendalami ilmu hadits, lantaran tertarik dengan pembahasan-pembahsan yang ada dalam majalah al-Manar, majalah yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Rasyid Ridha. Kegiatan pertama di bidang ini ialah menyalin sebuah kitab berjudul "Al-Mughni 'an Hamli al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya' min al-Akhbar". Sebuah kitab karya al-Iraqi, berupa takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat pada Ihya' Ulumuddin al-Ghazali.
Pada perkembangan selanjutnya Syeikh Albani justru semakin cinta terhadap dunia hadits, sehingga terkenal di tengah-tengah kota Damaskus, sampai akhirnya kepala kantor perpustakaan Dhahiriyah di Damaskus memberikan ruangan khusus kepada Syaikh Albani untuk belajar dan menulis bahas yang bermanfaat, dan bahkan diberi wewenang untuk membawa kunci perpustakaan, sehingga beliau menjadi leluasa dan datang sebelum yang lainnya datang, begitu juga sebaliknya, ketika orang lain pada pulang waktu dhuhur, Syaikh pulang setelah sholat isya', kegiatan ini berjalan bertahun-tahun, karena terlalu sibuk di dunia hadits, akhirnya Syaikh Albani menutup kios praktek memperbaiki jamnya, Beliau malah lebih senang dan betah berlama-lama di dalam perpustakaan. Begitulah, hadits menjadi kesibukan rutinnya, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mengkaji kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, Syaikh membawa dari rumahnya sedikit makanan untuk bekal di perpustakaan.
Tidak hanya sibuk belajar, Syaikh juga menyampaikan Ilmunya kepada masyarakat melalui tulisan dan lisannya. Tampa rasa putus asa. Di samping itu juga Syaikh Albani pernah mengajar di Jami'ah Islamiyah Madinah, selama tiga tahun, 1381-1383 H, mengajar hadits dan ilmu-ilmu hadits. Tahun 1388 H, Syaikh Albani pindah ke Yordania. Tahun 1395 H hingga 1398 H, Syaikh Albani kembali ke Madinah untuk menjabat sebagai anggota Majelis Tinggi Jam'iyah Islamiyah. Dan mandapat penghargaan dari kerajaan Saudi Arabia berupa King Faisal Fundation tanggal 14 Dzulka' dah 1419 H.

KATA MEREKA TENTANG SYAIKH:
1. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah mengatakan, “Saya tidak pernah mengetahui seorang pun di atas bumi ini yang lebih alim dalam bidang hadits pada masa kini yang mengungguli Syaikh Albani Rahimahullah” (Majalah ash Shalah, Yordania th. 4 Edisi 23/Sya'ban/th. 1420 H., hal. 76)
Syaikh bin Baz juga mengatakan, “Syaikh Albani adalah mujaddid zaman ini dalam dugaanku, WallaHu A'lam”
2. Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Rahimahullah berkata: mensifati Syaikh Albani, “Ahli hadits negeri Syam, pemilik ilmu yang sangat luas tentang hadits secara riwayah dan dirayah. Allah Ta'ala menganugerahkan manfaat yang banyak kepada manusia melalui karya-karya ilmiahnya berupa ilmu dan semangat mempelajari ilmu hadits” (Hayatul Albani II/543 oleh Muhammad bin Ibrahim ays Syaibani(
Syaikh Utsaimin juga berkata, “Imam ahli hadits. Saya belum mendapati seorang pun yang menandinginya di zaman ini” (Kaset Majalis Huda wa Nur Aljazair no. 4 tanggal 9/Rabi'ul Awal 1420 H)
3. Syaikh al 'Allaamah 'Abdul Muhsin bin Hamd al 'Abbad berkata, “Syaikh Al 'Allamah Al Muhaddits Muhammad Nashiruddin al Albani. Saya tidak menjumpai orang pada abad ini yang menandingi kedalaman penelitian haditsnya” (Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah hal. 35-36)
5. Dr. Muhammad Mushthafa A'zhami, pendekar hadits asal India mengatakan: “Bila Syaikh (Albani) berbeda hukum denganku dalam masalah shahih dan dha'ifnya hadits, maka saya menetapkan pendapatnya, karena saya percaya kepadanya, baik dari segi ilmu dan agama” Muqadimah Dr. Musthafa al A'zhami dalam Shahiih Ibni Khuzaimah I/6, 32)
6. Syaikh al Muhaddits Abdush Shamad Syarafuddin, pengedit Kitab Sunan Kubra karya Imam an Nasai telah menulis surat kepada al Albani rahimahullah sebagai berikut, “Telah sampai sepucuk surat kepada Syaikh 'Ubaidullah ar Rahmani, ketua Jami'ah as Salafiyah dan penulis Mir'aah al Mafaatih Syarah Misykah al Mashahib sebuah pertanyaan dari lembaga fatwa Riyadh Saudi Arabia tentang hadits yang sangat aneh lafaznya, agung maknanya dan memiliki korelasi erat dengan zaman kita. Maka, seluruh ulama di sini semua bersepakat untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada seorang ahli hadits yang paling besar abad ini, yaitu Syaikh al Albani rahimahullah, 'alim Rabbani” (Hayatul Albani I/67, Majalah at Tauhid, Mesir th. 28 Edisi 8/Sya'ban/th. 1420 H, hal 45 )
7. Syaikh Dr. Bakr bin 'Abdillah Abu Zaid, anggota komisi fatwa Saudi Arabia mengatakan dalam membantah ucapan Muhammad Ali ash Shabuni, “Ini merupakan kejahilan yang sangat dan pelecehan yang keterlaluan, karena kehebatan ilmu al Albani dan perjuangannya membela sunnah dan 'aqidah salaf sangat populer dalam hati para ahli imu. Tidak ada yang mengingkari hal itu kecuali musuh yang jahil” (at Tahdzir min Mukhtasharat as Shabuni fi Tafsir hal. 41)

PRIBADI yang RENDAH HATI:
1.Syaikh Albani berkata, “Bumi ini tidak pernah sepi dari para ulama, tetapi pada zaman ini saya tidak mengetahui mereka kecuali hanya sedikit. Saya sebut secara khusus diantara mereka adalah al 'Allaamah 'Abdul Aziz bin Baz dan al Allamah Muhammad bin Shalih al Utsaimin” (Fatawa Ulama Akabir hal. 6 oleh Syaikh Abdul Malik ar Ramadhani(
.2 Pada akhir sebuah dialog dengan orang-orang yang membencinya Syaikh al Albani berkata, “Bagaimanapun, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan. Saya meminta maaf kepadamu bila saya berbuat salah dan saya mohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang saya perbuat kepada seorang muslim” (Muhaddits 'Ashr Muhammad Nashiruddin al Albani hal. 44-45 oleh Samir bin Amin az Zuhairi)
3. Syaikh al Albani berkata, “Saya mengambil faidah hal ini dari saudara yang mulia 'Abdullah ash Shalih dalam risalahnya at Ta'aqqubat al Malihah 'alas Silsilah ash Shahihah. Sungguh dia telah mendapatkan taufiq dalam kebanyakan kritikannya itu” (Silsilah ash Shahihah I/655)

WAFATNYA:
Hari Jum'at malam Sabtu tanggal 22 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 2 Oktober 1999 M, Syaikh di panggil oleh Allah, di Yoradania. Setelah sholat isya.

“Wallahu A'lam Bi Shawab”

Tidak ada komentar: