jam

Senin, 14 Juli 2008

3 landasan utama 1

TIGA LANDASAN UTAMA MANHAJ SALAF


Oleh
Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani
Bagian Pertama dari Dua Tulisan [1/2]



Sebagaimana telah dimaklumi bersama bahwa dakwah salafiyah berdiri tegak di atas tiga landasan.

Pertama : Al-Qur'anul Karim
Kedua : Sunnah shahihah (hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang shahih)

Para Salafiyin di seluruh penjuru negeri memusatkan pada hadits-hadits shahih, (mengapa demikian) karena di dalam sunnah (dengan kesepakatan para ulama) terdapat hadits-hadits palsu (maudhu) atau hadits-hadits lemah (dhaif), (yang bercampur dengan hadits shahih) semenjak sepuluh abad yang lalu, dan hal ini adalah perkara yang tidak ada perselisihan. Para ulama juga bersepakat perlunya ditasfiyah (penyeleksian) mana yang hadits dan mana yang bukan hadits. Oleh karena itu para Salafiyyin "bersepakat" bahwa dasar yang kedua ini (yaitu Sunnah), tidak sepatutnya diambil apa adanya (tanpa melihat shahih atau tidaknya), karena dalam hadits-hadits tersebut terdapat hadits dhaif maupun maudhu yang tidak boleh diamalkan sekalipun dalam fadhailul amal. Inilah dasar yang kedua.

Ketiga : Al-Qur'an dan Sunnah wajib dipahami dengan pemahaman sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in serta tabiut tabi'in.

Inilah keistimewaan dakwah Salafiyyah atas seluruh dakwah-dakwah yang berdiri di muka bumi di zaman ini, dalam dakwah-dakwah itu, ada ajaran Islam dan ada juga ajaran-ajaran yang bukan berasal dari Islam.

Dakwah Salafiyyah mempunyai keistimewaan dengan dasar yang ketiga ini yaitu Al-Qur'an dan sunnah wajib dipahami sejalan dengan manhaj Salafus Shalih dari kalangan para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in (orang yang berguru kepada tabi'in), yaitu pada tiga masa yang pertama (100H-300H) yang telah diberi persaksian oleh hadits-hadits yang telah dimaklumi, bahwa masa itu adalah masa sebaik-baik umat. Semua ini berdasarkan pada dalil-dalil yang cukup sehingga menjadikan kita mengatakan dengan pasti bahwa setiap orang yang memahami Islam dan Al-Qur'an dan hadits tanpa disertai landasan yang ketiga ini, pasti akan "datang" dengan membawa ajaran Islam yang baru.

Bukti terbesar dari hal ini, adanya kelompok-kelompok Islam yang (semakin) bertambah tiap hari. Penyebabnya karena tidak berpegang teguh pada tiga landasan ini, yaitu Al-Qur'an, Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alihi wa sallam dan Pemahaman Salafus Shalih. Oleh sebab itu kita dapati sekarang di negeri-negeri Islam, satu kelompok yang belum lama munculnya di Mesir (yaitu Jama'ah Takfir wal Hijrah). Kelompok ini menyebarkan pemikiran-pemikiran dan racun-racunnya di berbagai negeri Islam dan mendakwakan berada di atas Al-Qur'an dan Sunnah. Alangkah serupanya dakwaan mereka itu dengan dakwaan kelompok Khawarij. Karena kelompok khawarij juga mengajak kepada Al-Qur'an dan Sunnah, akan tetapi mereka menafsirkan Al-Qur'an dengan hawa nafsu mereka dengan tanpa melihat pemahaman Salafus Shalih khususnya sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan saya banyak bertemu dengan anggota mereka serta berdebat dengan salah seorang pemimpin mereka, yang mengatakan bahwa ia tidak menerima tafsir ayat walaupun datang dari puluhan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia tidak menerima tafsir itu jika tidak sesuai dengan pendapatnya. Dan orang yang mengatakan perkataan ini tidak mampu membaca ayat Al-Qur'an dengan (lancar) tanpa kesalahan. Inilah sebab penyelewangan khawarij terdahulu yang mereka adalah orang-orang Arab asli, maka apa yang dapat kita katakan pada orang khawarij masa kini yang mereka itu jika bukan orang-orang non Arab secara nyata tetapi mereka adalah orang-orang Arab yang tidak fasih, dan bukan orang-orang Ajam yang fasih berbahasa Arab ?

Inilah realita mereka, dengan berterus terang mengatakan bahwa mereka tidak menerima tafsir nash secara mutlak kecuali jika Salafush Shalih bersepakat atasnya, demikianlah yang dikatakan salah seorang di antara mereka (sebagai usaha penyesatan dan pengkaburan). Maka aku (Al-Albani) katakan padanya : "Apakah kamu meyakini kemungkinan terjadinya kesepakatan Salafus Shalih dalam penafsiran satu nash dari Al-Qur'an ?" dia berkata : "Tidak, ini adalah sesuatu yang mustahil" maka kukatakan : "Jika demikian, apakah engkau ingin berpegang pada yang mustahil ataukah engkau bersembunyi dibalik sesuatu ?" lalu diapun mundur dan diam.

Inti masalahnya, bahwa penyebab kesesatan seluruh kelompok-kelompok sejak masa lampau maupun sekarang, adalah tidak berpegang pada landasan yang ketiga in, yaitu memahani Al-Qur'an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman (manhaj) Salafus Shalih.

Mu'tazilah, Murji'ah, Qadariyyah, Asy'ariyyah, Maturidiyyah dan seluruh penyelewengan yang terdapat pada kelompok-kelompok itu penyebabnya adalah karena mereka tidak berpegang teguh pada pemahaman Salafus Shalih, oleh karena itu para ulama' peneliti berkata.

"Segala kebaikan tertumpu dalam mengikuti Salafush Shalih"

"Segala kejahatan tertumpu pada bid'ah para Khalaf (generasi sesudah Salaf)"

Ini bukan sya'ir, ini adalah perkataan yang disimpulkan dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Allah berfirman.

"Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" [An-Nisa' : 115]

Mengapa Allah Jalla Jalaluhu mampu untuk berfirman.

"Artinya : Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min"

Padahal Allah Jalla Jalaluhu mampu untuk berfirman.

"Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali".

Megapa Allah berfirman ?

"Artinya : Dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min"

Yaitu agar seseorang tidak menunggangi kepalanya sendiri dengan mengatakan : "Beginilah saya memahami Al-Qur'an dan beginilah saya memahami Hadits". Maka dikatakan kepadanya : "Wajib bagi kamu memahami Al-Qur'an sesuai dengan pemahaman orang-orang yang pertama kali beriman (Salafush Shalih). Nash Al-Qur'an ini didukung oleh hadits-hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menguatkannya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang perpecahan yang terjadi pada umatnya, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : 'Semuanya di neraka kecuali satu kelompok' para sahabat bertanya siapa kelompok itu ya Rasulullah ? beliau bersabda : "Al-Jama'ah". Dalam riwayat yang lain : "Sesuatu (ajaran dan pemahaman) yang mana aku dan para sahabatku berpijak padanya".

Mengapa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan kelompok yang selamat itu berada di atas pemahaman jama'ah, yaitu jama'ah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ? (Yang demikian itu) agar tertutup jalan bagi orang-orang ahli ta'wil dan orang-orang yang mempermainkan dalil-dalil dan nash-nash Al-Qur'an dan hadits.

Sebagai contoh, firman Allah Jalla Jalaluhu.

"Artinya : Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat" [Al-Qiyamah : 19-20]

Ayat ini adalah nash yang jelas dalam Al-Qur'an bahwa Allah Jalla Jalaluhu memberikan karuniaNya kepada hamba-hambaNya yang beriman pada hari kiamat, mereka akan melihat wajah Allah Jalla Jalaluhu yang mulia, sebagaimana dikatakan oleh seorang faqih ahli syair yang beraqidah salaf. "Kaum mu'min melihat Allah tanpa takyif (menanyakan bagaimana), tidak pula tasybih (menyerupakan) dan memisalkan"

Mu'tazilah berkata : "Tidak mungkin seorang hamba bisa melihat Rabbnya di dunia maupun di akhirat", (Jika ditanyakan kepadanya): "Akan tetapi kemana kamu membawa makna ayat itu ?" dia berkata : "Ayat itu bermakna : wajah orang-orang mukmin melihat pada kenikmatan Rabbnya". Jika ditanyakan kepadanya : "Anda menakwilkan makna melihat Allah dengan arti (melihat kenikmatan Rabbnya) sedang Allah Jalla Jalaluhu berfirman : "Kepada Rabnyallah mereka melihat?" darimana kamu datangkan kata kenikmatan ? ia berkata : Ini adalah majas (kiasan).

Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah mengingkari adanya majaz di dalam Al-Qur'an. Karena ia merupakan salah satu pegangan terkuat dan terbesar yang telah merobohkan aqidah Islam. Ayat diatas, menetapkan suatu karunia dari Allah Jalla Jalaluhu kepada hambaNya yaitu mereka akan melihat wajah Allah Jalla Jalaluhu pada hari kiamat, tetapi orang-orang Mu'tazilah mengatakan ini tidak mungkin.


[Disalin dari Majalah : Al Ashalah, diterjemahkan oleh Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. I/No. 03/ 2003 - 14124H,Terbitan Ma'had Ali Al-Irsyad Surabaya]

aqidah

CIRI-CIRI AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA'AH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd



Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah memiliki ciri-ciri khusus. Adapun ciri-ciri itu dapat dijelaskan sebagai berikut.

[1] Sumber pengambilannya bersih dan akurat. Hal ini karena aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah berdasarkan Kitab dan Sunnah serta Ijma' para Salafush Shalih, yang jauh dari keruhnya hawa nafsu dan syubhat.

[2] Ia adalah aqidah yang berlandaskan penyerahan total kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebab aqidah ini adalah iman kepada sesuatu yang ghaib. Karena itu, beriman kepada yang ghaib merupakan sifat orang-orang mukmin yang paling agung, sehingga Allah memuji mereka : " Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya ; petunjuk bagi orang yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib". [Al-Baqarah : 2-3]. Hal itu karena akal tidak mampu mengetahui hal yang ghaib, juga tidak dapat berdiri sendiri dalam memahami syari'at, karena akal itu lemah dan terbatas. Sebagaimana pendengaran, penglihatan dan kekuatan manusia itu terbatas, demikian pula dengan akalnya. Maka beriman kepada yang ghaib dan menyerah sepenuhnya kepada Allah adalah sesuatu yang niscaya.

[3] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah aqidah yang sejalan dengan fithrah dan logika yang benar, bebas dari syahwat dan syubhat.

[4] Sanadnya bersambung kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sahabat, tabi'in dan para imam, baik dalam ucapan, perbuatan maupun keyakinan. Ciri ini banyak diakui oleh para penentangnya. Dan memang -Alhamdulillah- tidak ada suatu prinsip pun dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang tidak memiliki dasar Al-Qur'an dan As-Sunnah atau dari Salafus Shalih. Ini tentu berbeda dengan aqidah-aqidah bid'ah lainnya.

[5] Ia adalah aqidah yang mudah dan terang, seterang matahari di siang bolong. Tidak ada yang rancu, masih samar-samar maupun yang sulit. Semua lafazh-lafazh dan maknanya jelas, bisa dipahami oleh orang alim maupun awam, anak kecil maupun dewasa. Ia adalah aqidah yang berdasar kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sedangkan dalil-dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah laksana makanan yang bermanfaat bagi segenap manusia. Bahkan seperti air yang bermanfaat bagi bayi yang menyusu, anak-anak, orang kuat maupun lemah.

[6] Selamat dari kekacauan, kontradiksi dan kerancuan. Betapa tidak, ia adalah bersumber kepada wahyu yang tak mungkin datang kepadanya kebatilan, dari manapun datangnya. Dan kebenaran tidak mungkin kacau, rancu dan mengandung kontradiksi. Sebaliknya, sebagiannya membenarkan sebagian yang lain. Allah berfirman : "Kalau sekiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya" [An-Nisaa : 82]

[7] Mungkin di dalamnya terdapat sesuatu yang mengandung perdebatan, tetapi tidak mungkin mengandung sesuatu yang mustahil. Dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah ada hal-hal yang di luar jangkauan akal, atau tidak mampu dipahami. Seperti seluruh masalah ghaib, adzab dan nikmat kubur, shirath, haudh (telaga), surga dan neraka, serta kaifiyah (penggambaran) sifat-sifat Allah. Akal manusia tidak mampu memahami atau mencapai berbagai persoalan di atas, tetapi tidak menganggapnya mustahil. Sebaliknya ia menyerah, patuh dan tunduk kepadanya. Sebab semuanya datang dari wahyu, yang tidak mungkin berdasarkan hawa nafsu.

[8] Ia adalah aqidah yang universal, lengkap dan sesuai dengan setiap zaman, tempat, keadaan dan umat. Bahkan kehidupan ini tidak akan lurus kecuali dengannya.

[9] Ia adalah aqidah yang stabil, tetap dan kekal. Ia tetap teguh menghadapi berbagai benturan yang terus menerus dilancarkan musuh-musuh Islam, baik dari Yahudi, Nashrani, Majusi maupun yang lainnya. Ia adalah akidah yang kekal hingga hari kiamat. Ia akan dijaga oleh Allah sepanjang generasi. Tak akan terjadi penyimpangan, penambahan, pengurangan atau penggantian. Betapa tidak, karena Allah-lah yang menjamin penjagaan dan kekalannya. Ia tidak menyerahkan penjagaan itu kepada seorangpun dari mahluk-Nya, Alah berfirman : "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan Kamilah yang akan menjaganya". [Al-Hijr : 9]

[10] Ia adalah sebab adanya pertolongan, kemenangan dan keteguhan. Hal itu karena ia adalah aqidah yang benar. Maka orang yang berpegang teguh kepadanya akan menang, berhasil dan ditolong. Hal itu sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang membela kebenaran, yang tidak akan membahayakan mereka orang yang merendahkan mereka sampai datangnya keputusan Allah, dan mereka dalam keadaan demikian". [Hadits Riwayat Muslim 3/1524]. Maka barangsiapa mengambil aqidah tersebut, niscaya Allah akan memuliakannya dan barangsiapa meninggalkannya, niscaya Allah akan menghinakannya. Hal itu telah diketahui oleh setiap orang yang membaca sejarah. Sehingga, ketika umat Islam menjauhi agamanya, terjadilah apa yang terjadi, sebagaimana yang menimpa Andalusia (Spanyol) dan yang lain.

[11] Ia mengangkat derajat para pengikutnya. Barangsiapa memegang teguh aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, semakin mendalami ilmu tentangnya, mengamalkan segala konsekwensinya, serta mendakwahkannya kepada manusia, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya, meluaskan kemasyhuranya serta keutamaannya akan tersebar, baik sebagai pribadi maupun jama'ah. Hal itu karena akidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah akidah terbaik yang sesuai dengan segenap hati dan sebaik-baik yang diketahui akal. Ia menghasilkan berbagai pengetahuan yang bermanfaat dan akhlak yang tinggi.

[12] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah kapal keselamatan. Maka barangsiapa berpegang teguh dengannya, niscaya akan selamat. Sebaliknya barangsiapa meninggalkannya, niscaya tenggelam dan binasa.

[13] Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah aqidah kasih sayang dan persatuan. Karena, tidaklah umat Islam itu bersatu dalam kalimat yang sama di berbagai masa dan tempat kecuali karena mereka berpegang teguh dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Sebaliknya, mereka akan berpecah belah dan saling berselisih pendapat jika menjauh darinya.

[14] Aqidah Ahlus Suannah wal Jama'ah adalah aqidah istimewa. Para pengikutnya adalah orang-orang istimewa, jalan mereka lurus dan tujuan-tujuannya jelas.

[15] Ia menjaga para pengikutnya dari bertindak tanpa petunjuk, mengacau dan sikap sia-sia. Manhaj mereka satu, prinsip mereka jelas, tetap dan tidak berubah. Karena itu para pengikutnya selamat dari mengikuti hawa nafsu, selamat dari bertindak tanpa petunjuk dalam soal wala' wal bara' (setia dan berlepas diri dari orang lain), kecintaan dan kebencian kepada orang lain. Sebaliknya, ia memberikan ukuran yang jelas, sehingga tidak akan keliru selamanya. Dengan demikian ia akan selamat dari perpecahan, bercerai berai dan kesia-siaan. Ia akan tahu kepada siapa harus membenci, dan mengetahui pula hak serta kewajibannya.

[16] Ia akan memberikan ketenangan jiwa dan pikiran kepada pengikutnya. Jiwa tidak akan gelisah, tidak akan ada kekacauan dalam pikirannya. Sebab akidah ini menghubungkan antara orang mukmin dengan Tuhannya. Ia akan rela Allah sebagai Tuhan, Pencipta, Hakim dan Pembuat Syari'at. Maka hatinya akan merasa aman dengan takdir-Nya, dadanya akan lapang atas ketentuan-ketentuan hukum-Nya, dan pikirannya akan jernih dengan mengetahui-Nya.

[17] Tujuan dan amal pengikut aqidah ini mejadi selamat. Yakni selamat dari penyimpangan dalam beribadah. Ia tidak akan menyembah selain Allah dan akan mengharapkan kepada selain-Nya.

[18] Ia akan mempengaruhi prilaku, akhlak dan mua'malah. Aqidah ini memerintahkan pengikutnya melakukan setiap kebaikan dan mencegah mereka melakukan setiap kejahatan. Ia memerintahkan keadilan dan berlaku lurus serta mencegah mereka dari kezhaliman dan penyimpangan.

[19] Ia mendorong setiap pengikutnya bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam segala sesuatu.

[20] Ia membangkitkan jiwa mukmin agar mengagungkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sebab ia mengetahui bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah adalah haq, petunjuk dan rahmat, karena itu mereka mengagungkan dan berpegang teguh pada keduanya.

[21] Ia menjamin kehidupan yang mulia bagi pengikutnya. Di bawah naungan aqidah ini akan terwujud keamanan dan hidup mulia. Sebab ia tegak atas dasar iman kepada Allah dan kewajiban beribadah kepada-Nya, dan tidak kepada yang lain. Dan hal itu -dengan tidak diragukan lagi- menjadi sebab keamanan, kebaikan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Keamanan adalah sesuatu yang mengiringi iman. Maka, barangsiapa kehilangan iman, ia akan kehilangan keamanan. Allah berfirman : "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [Al-An'am : 82]. Jadi orang-orang yang bertakwa dan beriman adalah mereka yang memiliki kemanan yang sempurna dan petunjuk yang sempurna pula, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, orang-orang musyrik dan pelaku maksiat adalah orang-orang yang selalu ketakutan. Mereka senantiasa diancam dengan berbagai siksaan di setiap saat.

[22] Aqidah ini menghimpun semua kebutuhan ruh, hati dan jasmani.

[23] Mengakui akal, tetapi membatasi perannya. Ia adalah aqidah yang menghormati akal yang lurus dan tidak mengingkari perannya. Jadi, Islam justru tidak rela jika seorang muslim memadamkan cahaya akalnya, lalu hanya bertaklid buta dalam persoalan aqidah dan lainnya. Meskipun begitu, peran akal tetaplah terbatas.

[24] Mengakui perasaan manusia dan membimbingnya pada jalan yang benar. Perasaan adalah sesuatu yang alami pada diri manusia dan tak seorangpun manusia yang tidak memilikinya. Aqidah ini adalah aqidah yang dinamis, tidak kaku dan beku, ia mengaku adanya perasaan manusia serta menghormatinya, tetapi bukan berarti ia mengumbarnya. Sebaliknya ia meluruskan dan membimbingnya sehingga menjadi sarana perbaikan dan pembangunan, tidak sebagai alat perusak dan penghancur.

[25] Ia menjamin untuk memberi jalan keluar setiap persoalan, baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan atau persoalan lainnya.

Dengan aqidah ini, Allah telah menyatukan hati umat Islam yang berpecah belah, hawa nafsu yang bercerai berai, mencukupkan setelah kemiskinan, mengajari ilmu setelah kebodohan, memberi penglihatan setelah buta, memberi makan dari kelaparan dan memberi mereka keamanan dari ketakutan.


[Tasharrufan (saduran) dari Mukhtasar Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama'ah, Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Buletin AN NUR Thn. IV/No. 139/Jum'at I/R.Awal 1419H]

Jumat, 11 Juli 2008

tauhid asma' wa shifat

TAUHID AL-ASMA' WASH-SHIFAT


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas






Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dan tidak boleh dita¡'wil.

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza¡'iy, al-Laits bin Sa¡'ad dan Sufyan ats-Tsaury tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:

"Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat Allah) sebagaimana datangnya dan janganlah kamu persoalkan (jangan kamu tanya tentang bagaimana sifat itu)."[1]

Imam Asy-Syafi' Rahimahullah berkata:

"Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah¡¨[2]

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah: "Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mereka mengimani Tauhid al-Asma' wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah tetapkan atas diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam untuk-Nya, tanpa tahrif[3] dan ta'thil[4] serta tanpa takyif[5] dan tamtsil[6]. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta'thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya"

Firman Allah Subhanahu wa Ta¡'ala:

"Artinya : Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat¡¨ [Asy-Syuura':11]

Lafazh ayat : "Tidak ada yang serupa dengan-Nya" merupakan bantahan kepada golongan yang menyamakan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.

Sedangkan lafazh ayat : "Dan Dia Mahamen-dengar lagi Mahamelihat" adalah bantahan kepada orang-orang yang menafikan/mengingkari Sifat-Sifat Allah.

'Itiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah Subhanhu wa Ta'ala didasari atas dua prinsip:

Pertama.
Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala wajib disucikan dari semua sifat-sifat kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya.

Kedua.
Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah.[7]

Ahlus Sunnah wal Jama¡'ah tidak menolak sifat-sifat yang disebutkan Allah untuk Diri-Nya, tidak menyelewengkan kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari tentang Asma' (Nama-Nama) dan ayat-ayatNya, tidak menanyakan tentang bagaimana Sifat Allah, serta tidak pula mempersamakan Sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya Azza wa Jalla, serta Allah tidak dapat diqiaskan dengan makhluk-Nya.

Yang demikian itu dikarenakan hanya Allah Azza wa Jalla sajalah yang lebih tahu akan Diri-Nya dan selain Diri-Nya. Dialah yang lebih benar firman-Nya, dan lebih baik Kalam-Nya daripada seluruh makhluk-Nya, kemudian para Rasul-Nya adalah orang-orang yang benar, jujur, dan juga yang dibenarkan sabdanya. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan terhadap Allah Azza wa Jalla apa yang tidak mereka ketahui, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Mahasuci Rabb-mu, yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam.¡¨ [Ash-Shaffat: 180-182]

Allah Jalla Jalaluhu dalam ayat ini mensucikan diri-Nya, dari apa yang disifatkan untuk-Nya oleh penentang-penentang para Rasul-Nya. Kemudian Allah Azza wa jalla melimpahkan salam sejahtera kepada para Rasul, karena bersihnya perkataan mereka dari hal-hal yang mengurangi dan menodai keagungan Sifat Allah.[8]

Allah Subhanahu wa Ta¡¦ala dalam menuturkan Sifat dan Asma'Nya, memadukan antara an-Nafyu wal Itsbat (menolak dan menetapkan)[9] Maka Ahlus Sunnah wal Jama¡¦ah tidak menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh para Rasul, karena itu adalah jalan yang lurus (ash-Shiraathal Mustaqiim), jalan orang-orang yang Allah karuniai nikmat, yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin[10]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar al-Khallal dalam Kitabus Sunnah, al-Laalikai (no. 930). Lihat Fatwa Hamawiyah Kubra (hal. 303, cet. I, 1419 H) oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Hamd bin Abdil Muhsin at-Tuwaijiry, Mukhtashar al-Uluw lil Aliyil Ghaffar (hal. 142 no. 134). Sanadnya shahih.
[2]. Lihat Lum¡'atul I'tiqaad oleh Imam Ibnul Qudamah al-Maqdisy, syarah oleh Syaikh Muhammad Shalih bin al-Utsaimin (hal. 36).
[3]. Tahrif atau ta'wil yaitu merubah lafazh Nama dan Sifat, atau merubah maknanya, atau menyelewengkan dari makna yang sebenarnya.
[4]. Ta'thil yaitu menghilangkan dan menafikan Sifat-Sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Perbedaan antara tahrif dan ta'thil ialah, bahwa ta'thil itu mengingkari atau menafikan makna yang sebenarnya yang dikandung oleh suatu nash dari al-Qur'an atau hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan tahrif ialah, merubah lafazh atau makna, dari makna yang sebenarnya yang terkandung dalam nash tersebut.
[5]. Takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada padanya sifat atau mempertanyakan: "Bagaimana Sifat Allah itu?". Atau menentukan bahwa Sifat Allah itu hakekatnya begini, seperti menanyakan: "Bagaimana Allah bersemayam?" Dan yang sepertinya, karena berbicara tentang sifat sama juga berbicara tentang dzat. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla mempunyai Dzat yang kita tidak mengetahui kaifiyatnya. Dan hanya Allah Azza wa Jalla yang mengetahui dan kita wajib mengimani tentang hakikat maknanya.
[6]. Tamtsil sama dengan Tasybih, yaitu mempersamakan atau menyerupakan Sifat Allah Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Lihat Syarah Aqidah al-Wasithiyah (I/86-100) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Aqidah al-Wasithiyah (hal 66-69) oleh Syaikh Muhammad Khalil Hirras, Tahqiq Alawiy as-Saqqaf, at-Tanbiihat al-Lathifah ala Mahtawat alaihil Aqidah al-Wasithiyah (hal 15-18) oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, tahqiq Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, al-Kawaasyif al-Jaliyyah an Ma'anil Wasithiyah oleh Syaikh Abdul Aziz as-Salman.
[7]. Lihat Minhajus Sunnah (II/111, 523), tahqiq Dr. Muhammad Rasyad Salim.
[8]. Lihat at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 15-16.
[9]. Maksudnya, Allah memadukan kedua hal ini ketika menjelaskan Sifat-Sifat-Nya dalam al-Qur-an. Tidak hanya menggunakan Nafyu saja atau Itsbat saja.
Nafyu (penolakan) dalam al-Qur'an secara garis besarnya menolak adanya kesamaan atau keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya, baik dalam Dzat maupun sifat, serta menolak adanya sifat tercela dan tidak sempurna bagi Allah. Dan nafyu bukanlah semata-mata menolak, tetapi penolakan yang di dalamnya terkandung suatu penetapan sifat kesempurnaan bagi Allah, misalnya disebutkan dalam al-Qur'an bahwa Allah tidak mengantuk dan tidak tidur, maka ini menunjukkan sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Itsbat (penetapan), yaitu menetapkan Sifat Allah yang mujmal (global), seperti pujian dan kesempurnaan yang mutlak bagi Allah dan juga menetapkan Sifat-Sifat Allah yang rinci seperti ilmu-Nya, kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya dan yang seperti itu. (Lihat Syarh al-Aqiidah al-Wasithiyyah oleh Khalil Hirras, tahqiq Alwiy as-Saqqaf, hal. 76-78).
[10]. Lihat QS. An-Nisaa¡' 69 dan at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 19-20.

tauhid

TAUHID ULUHIYYAH


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas






Artinya, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighotsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan tidak boleh ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah.

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. [Lihat An-Nisaa: 48, 116] [1]

Al-Ilah artinya al-Ma’luh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sesem-bahan yang haq melainkan Dia. Yang Mahapemurah lagi Maha-penyayang” [Al-Baqarah: 163]

Berkata Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah (wafat th. 1376 H): “Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Tidak boleh Dia disekutukan dengan seorang pun dari makhluk-Nya[2]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Allah menyatakan bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada yang berhak disembah dengan benar selain-Nya, Yang Maha-perkasa lagi Mahabijaksana” [Ali ‘Imran: 18]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai Lata, Uzza dan Manat yang disebut sebagai tuhan, namun tidak diberi hak Uluhiyah:

“Artinya : Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya...”[An-Najm: 23]

Setiap sesuatu yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bathil, dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla.

“Artinya : (Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang bathil, dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar” [Al-Hajj: 62]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi Yusuf “alaihis Sallam yang berkata kepada kedua temannya di penjara:

“Artinya : Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa? Kamu tidak menyembah selain Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu…”[Yusuf: 39-40]

Oleh karena itu para Rasul ‘Alaihimus Salam berkata kepada kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah saja[3]

“Artinya : Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada sesem-bahan yang haq selain daripada-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)” [ Al-Mukminuun: 32]

Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada tuhan-tuhan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua bukti.

Pertama.
Tuhan-tuhan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan Uluhiyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik kemanfaatan, tidak dapat menolak bahaya, tidak dapat menghidupkan dan mematikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya :Mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengam-bil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al-Fur-qaan: 3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit. Dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’ Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat..” [Saba’: 22-23]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” [Al-A’raaf: 191-192]

Apabila keadaan tuhan-tuhan itu demikian, maka sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila menjadikan mereka sebagai ilah dan tempat meminta pertolongan.

Kedua:
Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga mengakui bahwa hanya Dia-lah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat melin-dungi-Nya. Ini mengharuskan pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan Rububiyah (ketuhanan) Allah. Tauhid Rububiyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk me-laksanakan Tauhid Uluhiyah (beribadah hanya kepada Allah saja).

“Artinya : Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”[Al-Baqarah: 21-22]


[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_________
Foote Note
[1]. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Atha’, Ikrimah, asy-Sya’bi, Qatadah dan lainnya. Lihat Fat-hul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid (hal. 39-40) tahqiq Dr. Walid bin ‘Abdirrahman bin Muhammad al-Furaiyan.
[2]. Lihat Min Ushuuli ‘Aqiidah Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah dan Aqidatut Tauhiid (hal. 36) oleh Dr. Shalih al-Fauzan, Fat-hul Majiid Syarah Kitabut Tauhiid dan al-Ushuul ats-Tsalaatsah (Tiga Landasan Utama).
[3]. Lihat Taisirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri Kalaamil Mannaan (hal. 63, cet. Mak-tabah al-Ma’arif , 1420 H).

Minggu, 06 Juli 2008

crustacean

CRUSTACEAN
- OVER 30,000 SPECIES, INCLUDING PRAWNS, SHRIMPS, LOBSTERS AND CRABS.
- MOST VALUABLE FISHERIES: NATANTIAN DECAPODS (PRAWNS AND SHRIMPS) & REPTANTIAN DECAPODS.

1. NATANTIAN DECAPOD (Swimming decapods)
- MOST EXPLOITED: CARIDEA AND PENAEIDEA
1.1. CARIDEANS
- CARIDEANS DIFFER FROM PENAEIDS IN THAT THE PLEURON (COVERING SHELL) OF THE 2nd ABDOMINAL OVERLAPS THE PLEURA OF BOTH 1st AND 3rd SEGMENTS. THEY CARRY FERTILIZED EGGS EXTERNALLY BENEATH THEIR ABDOMEN
- MOST COMMERCIALLY IMPORTANT SPECIES BELONG TO FAMILY PANDALIDS; INCLUDING THE COLD AND TEMPERATE WATER SHRIMPS OF THE GENUS Pandalus, Heterocarpus (DEEP-WATER PANDALIDS) AND Macrobrachium.
- IMPORTANT SPECIES: Pandalus borealis, P. platyceros, and P. jordani, Macrobrachium rosenbergii.


Macrobrachium rosenbergii




Litopenaeus vannamei

1.2. PENAEID PRAWNS
- THE DISTRIBUTION IS GENERALLY RESTRICTED IN TROPICAL AND SUBTROPICAL WATERS.
- BECAUSE REQUIRING BRACKISHWATER, THEY ARE FOUND IN AREAS WITH SUFFICIENT RAINFALL
- THE PRICES ARE VERY EXPENSIVE
- PREVIOUSLY 2 GENERA: Penaeus AND Metapenaeus
- CURRENTLY PENAEUS IS DIVIDED INTO 6 GENERA, I.E. Penaeus, Metapenaeus, Plesiopenaeus, Metapenaeopsis, Xiphopenaeus and Trachypenaeus
- MOST PENAEID PRAWNS CAN BE IDENTIFIED BY THE NUMBER OF “TEETH” ON THE ROSTRUM AND THE SCULPTURING OF THE CARAPACE
- ALL COMMERCIALLY IMPORTANT PENAEID PRAWNS HAVE SEPARATE SEXES, AND THE FEMALE, WHICH IS USUALLY LARGER THAN MALE, PRODUCED SEVERAL HUNDRED THOUSAND EGGS IN OVARIES
- MOST IMPORTANT SPECIES OF PENAEID SHRIMP: Penaeus monodon (Tiger prawn), Marsupenaeus japonicus (Kuruma prawn), Litopenaeus vannamei (Pacific white shrimp), Penaeus semisulcatus (Flower prawn), Fenneropenaeus merguiensis (Banana prawn)
- Find the pictures of those species

2. REPTANTIAN DECAPODS (Walking decapods)
- INCLUDE LOBSTER AND CRABS
- GENERALLY ADAPTED FOR A BENTHIC HABIT, SOME COULD SWIM, E.G. SWIMMING CRABS (fam. Portunidae) AND SLIPPER LOBSTER (fam. Scyllaridae).

2.1. ASTACURA
- INCLUDE LARGE CLAWED LOBSTER OF THE GENUS Homarus (H. gammarus & H. americanus), Norway lobster (fam. Nephropsidae)
- MALE ARE HEAVIER AND HAVE LARGER CLAW THAN FEMALE



Homarus gammarus

Panulirus ornatus

2.2. PALINURA
- DIVIDED INTO 2 DISTINC TYPES: (1) SLIPPER OR SHOVEL-NOSED LOBSTERS, (2) SPINY LOBSTER
- IMPORTANT FISHERIES IN WESTERN EUROPE AND THE MEDITERRANEAN
- GENUS Panulirus ARE MORE TROPICAL THAN Palinurus AND Jasus
- DISTRIBUTION RANGE of Panulirus, FROM NORTHERN LATITUDE, i.e. Panulirus interruptus and P. argus TO SOUTHERN LATITUDE, I.E. P. cygnus, P. ornatus, and P. penicillatus (INDO-PACIFIC REGION).



Slipper lobster (Parribacus japonicus)



Panulirus pennicilatus

2.3. BRACHYURA
- APPROX. 4500 SPECIES, INCLUDING TRUE CRABS.
- DISTRIBUTED OVER LARGE RANGE OF LATITUDES AND DEPTH.
- INCLUDING THE WORLD LARGEST CRUSTACEAN JAPANESE SPIDER CRAB Macrocheira kaempferi, WITH MAX. LENGTH FROM CLAW TO CLAW EXCEEDING 4 M.
- CANCER CRAB IS TYPICAL CRAB FAMOUS IN EUROPEAN AND AMERICAN MARKET (European crab Cancer pagurus, jonah crab C. borealis, rock crab C. irroratus, Dungenese crab C. magister)
- PRIMITIVE GROUP OF BURROWING CRAB, FROG CRAB Ranina ranina.

- MEMBERS OF FAMILY PORTUNIDAE ARE ECONOMICALLY VERY IMPORTANT, I.E. BLUE CRAB Callinectes sapidus (in Atlantic coast of America), mangrove crab Scylla serrata, swimming crab Portunus pelagicus.
- A GOURMET MARKET FOR SOFT-SHELLED BLUE CRABS IS MET BY CATCHING PREMOLT CRABS, WHICH ARE HELD IN FLOATING CAGES UNTIL JUST AFTER ECDYISIS.
- THE WORLD DEMAND FOR CRAB MEAT IS HIGH AND PREVIOUSLY UNEXPLOITED STOCKS ARE NOW FISHED HEAVILY.



Cancer pagurus

Portunus pelagicus

Scylla serrata

2.4. ANOMURA
- THE INFRA-ORDER ANOMURA CONTAINS SPECIES COMMONLY CALLED HERMIT CRABS.
- THE CRABS USE EMPTY SHELLS FOR SHELTER, NEVER KILLING THE ORIGINAL OCCUPANTS, AND SEEK LARGER SHELL TO ACCOMMODATE THEIR GROWTH.
- TWO GROUPS, I.E. LITHODID OR STONE CRABS AND THE COCONUT CRABS, HAVE EVOLVED AND NO LONGER DEPENDENT ON GASTROPOD SHELLS.
- LITHODID CRABS INCLUDE KING CRAB Paralithodes camtschatica, WHICH OCCURS FROM KOREA TO THE COAST OF CANADA. IT CAN REACH A MAX. OF 12 KG.

- THE FISHERY OF THIS SPECIES IS A MAJOR SOURCE OF CANNED AND FROZEN CRAB MEAT.
- THE COCONUT OR ROBBER CRAB Birgus latro, WHICH SPENDS MOST OF ITS LIFE CYCLE ON LAND, REACHES WEIGHT OF OVER 4 KG.
- THE ADULTS POSSESS MASSIVE CRUSHING CLAWS, AND LONG LEG TO CLIMB TREES, AND LARGE ADULTS ARE CAPABLE OF HUSKING AND BREAKING THROUGH THE SHELL OF FALLEN COCONUT.
- THIS SPECIES IS A HIGHLY VALUED FOOD ITEM IN MANY PARTS OF ITS RANGE, FROM INDIAN OCEAN TO PACIFIC OCEAN.


hermit crab


spider crab




Birgus latro

udang di indonesia

UDANG DI INDONESIA

UDANG PENAEID
- Ada sekitar 11 jenis udang Penaeid di Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis penting; umumnya dari genera Penaeus dan Metapenaeus
- Beberapa spesies telah dibudidayakan di tambak, yaitu: udang windu (Penaeus monodon), udang putih/jerbung (Penaeus/Fenneropenaeus merguiensis dan F. indicus), udang api-api/dogol (Metapenaeus monoceros dan Metapenaeus ensis), udang cendana (Metapenaeus brevicornis) dan udang krosok (Metapenaeus burkenroad).
- Secara komersial yang memiliki nilai pasaran yang tinggi adalah P. monodon dan P. merguiensis.
SIKLUS HIDUP
- Udang penaeid mempunyai dua fase kehidupan, yaitu fase di tengah laut dan di perairan muara
- Induk P. monodon mampu menghasilkan telur sebanyak 450.000 butir sekali bertelur, P. merguiensis 100.000 dan P. semisulcatus 300.000 butir.
- Telur menetas menjadi larva yang disebut dengan nauplius
- Setelah molting beberapa kali nauplius akan berubah menjadi zoea;
- Zoea akan mengalami molting beberapa kali dan berubah menjadi mysis
- Mysis akan bermetamorfosis menjadi Post larva (PL)
DAERAH PENANGKAPAN
- Daerah penangkapan udang mempunyai persamaan dengan daerah sebaran hutan mangrove
- Penangkapan udang laut di beberapa lokasi telah berjalan dengan sangat intensif sehingga telah melebihi produksi lestari (MSY), misalnya di beberapa tempat di pantai utara Jawa, pesisir Kalimantan, Sumatra dan Irian Jaya.
- Penangkapan biasanya dilakukan dengan menggunakan jaring arad, yang merupakan modifikasi dari trawl, yang sebenarnya dilarang oleh pemerintah.
UDANG PALINURID
- Disebut juga dengan udang karang atau udang barong
- Perikanan ini kurang berkembang di Indonesia, padahal potensinya cukup besar
- Di Indonesia terdapat sedikitnya 6 jenis udang karang dari Palinurid, yaitu: udang pantung (Panulirus homarus), udang bunga (Panulirus longipes), udang welang (Panulirus ornatus), udang jaka (Panulirus penicillatus), udang manis/barong (Panulirus versicolor), dan Panulirus polyphagus.
- Siklus hidupnya sangat kompleks, dengan beberapa stadium larva yang berbeda pada tiap jenis. Bentuk larvanya sangat berbeda dengan udang dewasa.
- Udang karang dewasa mempunyai ukuran total lebih dari 20 cm.



DAERAH PENANGKAPAN
- Udang karang ditangkap pada daerah yang mempunyai terumbu karang
- Penangkapan dilakukan dengan cara pasif (bubu), jaring atau dengan penyelaman; namun banyak nelayan yang menangkap dengan racun (sianida), sehingga merusak lingkungan
- Panulirus versicolor dijual dalam bentuk dikeringkan sebagai hiasan karena keindahan warnanya.
UDANG LAIN
- Beberapa spesies udang selain penaeid dan palinurid yang bernilai ekonomis penting adalah udang pasir (Thenus orientalis) dan udang lumpur (Thalassina anomala)
- Udang pasir hidup di daerah berpasir dan sering tertangkap dalam pukat oleh nelayan.
- Udang lumpur banyak terdapat di daerah mangrove, di sekitar batas tertinggi pasut.
- Selain itu ada ketam kenari (Birgus latro) mempunyai ukuran besar, bisa sampai 50 cm atau lebih (hanya terdapat di Kepulauan Togian sampai Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara, Maluku, Irian, dan bagian timur NTT).
- Ketam kenari rasanya enak, hingga banyak diburu orang, akibatnya populasinya semakin menyusut; ketam ini telah dipertimbangkan sebagai hewan yang dilindungi.
- Udang stomatopoda, misalnya pengko atau udang ronggeng (mantis shrimp)
- Di Indonesia diperkirakan ada 90 jenis stomatopoda, namun hanya sedikit yang dimanfaatkan sebagai sumber pangan.
- Beberapa jenis berukuran besar yang sering ditangkap: Harpiosquilla raphidea dan Lysiosquilla maculata (lebih dari 100 g)
- Oratosquilla nepa dan Harpiosquilla harpax sering tertangkap dengan pukat dasar, dan mencapai 10% dari seluruh tangkapan crustacea.
- Jenis-jenis tersebut terdapat pada perairan pantai Paparan Sunda.

ikan karang

IKAN KARANG

A. Non-edible/ornamental fish (tidak dapat dimakan/ikan hias)
1. Anemonfishes
• Termasuk dalam famili Pomacentridae, dan terdapat 28 spesies ikan anemonfish yang hampir semuanya termasuk dalam genus Amphiprion, kecuali Spinecheek Anemonfish (Premnas biaculeatus)
• Ikan ini selalu hidup bersama dengan anemone yang menyediakan perlindungan dgn adanya tentakel beracun.
• Anemonfish tidak terluka dgn sengatan anemone karena mempunyai lapisan mucus yg khusus.
• Larva ikan berenang bebas selama 1-2 minggu dan harus menemukan anemone atau mati.
2. Angelfish
• Termasuk dalam family Pomacanthidae
• Terdapat 85 spesies yang terdapat pada perairan tropis di Samudera Hindia dan Pasifik Barat bag tengah
• Panjang total berkisar antara 7 – 50 cm.
• Dibedakan dari butterfly fish dgn adanya duri besar yang mengarah ke belakang pada opperculum
• Warna ikan dewasa yang cerah digunakan untuk menarik pasangan (reproduksi)
3. Lionfish
• Termasuk dalam famili Scorpaenidae
• Terdapat 12 spesies lionfish di perairan karang pada area Indo-Pacific
• Ciri khas ikan ini adalah sirip dada yang panjang seperti bulu dan mengandung racun.
• Semua sirip (dorsal, anal dan pelvic) mengandung racun yg gunanya utk pertahanan
• Bila tersengat sirip ikan ini, luka harus direndam dalam air yg sangat panas
B. EDIBLE FISH
1. Grouper
• Ikan grouper (kerapu) termasuk dalam famili Serranidae dan merupakan komunitas dominant pada terumbu karang di daerah Indo-Pacific.
• Giant grouper (Epinephelus lanceolatus) (Kerapu kertang) merupakan ikan bonyfish terbesar di terumbu karang; berat hingga 400 kg dan panjang total 3 meter); sangat berbahaya bila berenang terlalu dekat
• Coral grouper dgn warna tubuh yang merah cerah dan totol biru merupakan spesies yang paling colorful di terumbu karang; panjang mencapai 41 cm dan hidup pada kedalaman 150 m.
2. Trevalies
• Termasuk dalam famili Carangidae
• Ikan ini termasuk predator yang terdapat pada perairan tropis maupun subtropics
• Merupakan ikan konsumsi paling banyak diminati shg menjadi target penangkapan
• Bigeye trevally (Caranx sexfasciatus) dapat mencapai 78 cm dan hidup pada tepi coral reef dlm kelompok besar (ratusan individu)
3. Fusilier
• Termasuk dalam famili Caesionidae dan meliputi 20 spesies.
• Terkenal dengan nama ekor kuning (Ind), blue gold fusilier (Eng); warna tubuh biru dengan warna kuning pada sirip ekor
• Membentuk kelompok yg sangat rapat (swarm) untuk membingungkan predator; kemungkinan ikan ini tertangkap predator sangat kecil
• Dapat mencapai 30 cm
4. Wrasse
• Termasuk dalam famili Labridae dan merupakan famili terbesar kedua di coral reef; setelah famili goby
• Terdapat 500 spesies dan Giant Wrasse merupakan yang terbanyak
• Disebut pula ikan Napoleon atau Humphead fish, panjang mencapai 230 cm dan berat 190 kg.
• Ikan ini biasa hidup sendiri pada kedalaman 10-100 m.
C. DANGEROUS FISHES
1. Silvertip shark
• Termasuk dlm Charcharhinidae; kisaran geografisnya meliputi Afrika Timur dan Red Sea hingga pantai Pasifik pada Amerika Tengah
• Termasuk ikan yang menyerang manusia
• Hampir mirip dgn whitetip shark, namun yg spesies ini tidak berbahaya
• Ukuran maksimal hiu ini sekitar 200 cm
2. Scalloped Hammerhead Shark
• Termasuk dalam Sphyrnidae dan meliputi 9 spesies; scalloped merupakan spesies yang paling umum dijumpai dan tersebar luas.
• Hidup pada laut tropis dan subtropics.
• Ikan ini cukup bahaya dgn panjang mencapai 400 cm.
• Hidup dalam kelompok (ratusan ekor) pada sekitar pulau offshore.
• Kepalanya berbentuk hammer (martil) yang berfungsi meningkatkan kemampuan sensorik (mendeteksi perubahan tekanan dan medan electromagnet) dan kemudahan bermanuver. Kedua mata yg terpisah meningkatkan penglihatan binocular.

fishes

Introduction
- Almost half of all species of animals with backbones (vertebrates) are fish
- Over 21,000 species from warm water of coral reefs to the cold waters of Antartica
- The diversity and abundance of fishes vary with latitude and longitude: from east to west, the greatest diversity is found in the south-eastern Asian region of Indo-Pacific (centre of evolution)
- Along a north to south axis, the greatest diversity is generally found in low tropical latitudes and decreases towards Polar Regions.
- Temperate water fisheries are based on a single species; whereas in tropical waters fisheries are made up of many different species

Clupeid fish
- Consist of sardines, herrings, sprats and anchovies.
- Pelagic fish typical of upwelling areas
- Eaten fresh, canned and pickled, most is ground into fishmeal.
- Example of single species-fisheries:
- Japanese pilchard (Sardinops melanostictus)
- Peruvian anchovy (Engraulis ringens)
- Atlantic herring (Clupea harengus)

Temperate water demersal fishes
- Catches about 15% of the world total from North Atlantic
- Mostly distributed in cool waters of the northern hemisphere
- Cod (Gadus morhua) and the haddock (Melanogrammus aeglefinus) occur across North Atlantic from Europe to North America
- Hakes (fam. Merlucciidae) have wider temperature distribution
Tropical inshore fishes
- Several species are adapted to take advantage of the inshore productivity
- Flathead mullets (Mugil spp) and ponyfish (Leiognathus spp) have mouth suited for feeding on diatoms, filamentous algae and detritus.
- Goatfish (Mullidae) have sensitive barbells which aid in locating food
- Others: garfish (Hemiramphus spp), rabbitfish Siganus spp.
- Provide an easily accessible source of protein for subsistence fishers.
Deep-water fishes
- Snappers are caught by hook and line and by traps in depths of about 200 m
- Main species caught: genera Etelis sp., Pristipomoides sp and Apharus sp.
- Particularly valuable in tropical areas.
Open-Sea Fishes
- The best known open sea fish are tuna  fast swimming, pelagic fish.
- Warm-blooded and keep their body temperature higher than surrounding environment.
- Catches of tunas amount over 5% of the world catch
- Distant water fishing vessels fish for tuna using longlines to catch albacore, big-eye tuna and adult yellowfin tuna.
- Pole and line and purse seine are used to catch skipjack tuna and juvenile yellowfin tuna.
- Large stocks are found in upwelling area
- In Japan blue fin tuna (kuro maguro) is sold at the same price as new BMW or Mercedez-benz; eaten raw as sashimi.