
jam

Kamis, 28 Februari 2008
Selasa, 19 Februari 2008
Minggu, 17 Februari 2008
Emansipasi Wanita
oleh : DR. Shalih bin Abdullah bin Humaid
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang berhak atas segala pujian dan sanjungan. Saya memuji dan bersyukur, bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Saya mohon kepada Allah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan saya berlindung kepada Allah dari keburukan orang-orang yang hidup sengsara. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan tiada sekutu bagi rububiyah, uluhiyah dan asma dan sifat-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wasallam adalah hamba dan utusan Allah, dialah nabi terakhir dan rasul terbaik di antara para nabi dan rasul, semoga shalawat dan salam serta limpahan berkah tetap tercurah kepada beliau, keluarga, para sahabat yang mulia lagi bertakwa dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Pembalasan.
Banyak orang mengira bahwa faktor kemunduran umat berasal dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi. Artinya, bila mereka menguasai semua itu maka akan menjadi umat terdepan dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa. Tetapi bila kita renungkan secara seksama pernyataan di atas sangat keliru dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang mengeluarkan pandangan tersebut, sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang sebenarnya adalah karena umat mengalami krisis moral dan kualitas sebagai sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar kemampuan. Mereka tertipu dengan kebodohan dan kepandiran dalam mengeluarkan pernyataan. Apabila engkau benar-benar ikhlas dalam memberi nasehat dan memahami realita secara jeli serta benar-benar ingin mencari penyebab kelemahan, kekurangan dan kemunduran umat maka lihatlah kebobrokan moral yang menyebar di kalangan umat. Bahkan banyak dari kalangan cendikia dan pemi-kir menutup mata dan tidak peduli dengan kerusakan moral, diawali dengan hilangnya amanat, tidak tanggung jawab dan lemahnya sumber daya dan keahlian bahkan di antara mereka lebih mementingkan urusan pribadi dan melupakan kaidah dasar kehidupan serta kepentingan umat. Sehingga menyebarlah sikap malas, santai, cero-boh, teledor, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang penting dan tidak bermanfaat. Mereka lebih suka menuntut hak-hak pribadi tetapi mengabaikan kewajiban dan hak orang lain serta malas mencari kesempurnaan padahal ia termasuk orang yang mampu. Perkataan dan perbuatan mereka terlihat kasar apalagi dalam muamalah antar sesama manusia. Mudah terpancing emosi dan hanyut dalam perasaan dendam sehingga interaksi sosial dan etika pergaulan penuh dengan suasana riya’ dan basa basi dusta. Dan masih banyak lagi tumpukan keku-rangan dan keganjilan umat ini yang tidak terbilang jumlahnya.
Wahai saudaraku, permasalahan yang banyak menjadi perbincangan di kalangan anak bangsa dan generasi umat yang menisbatkan dirinya sebagai pemikir, pakar, peneliti, cendekiawan baik laki-laki maupun perempuan tidak banyak menyentuh masalah pembinaan moral dan pelurusan akhlak. Bahkan wacana ilmu pengetahuan penuh dengan asap bencana yang mencekik kebenaran dan moral serta penguburan akhlak mulia. Apa komentar anda bila para pakar selalu membuat opini untuk mendiskriditkan nilai moral dan kemurnian ajaran, mereka lebih mengikuti emosi daripada rasio dan lebih bangga terhadap kemajuan semu daripada memacu laju kekuatan agama dan syariat. Mereka lebih pandai membalut keinginan hawa nafsu dan syahwat dengan bungkus dan baju kebenaran dan kepentingan umat bahkan mencari kepuasan pribadi atas nama kepentingan bangsa dan maslahat sosial.
Wahai saudaraku, yang disampaikan di atas bukanlah pendapat yang serampangan tanpa dasar. Beberapa bukti dan contoh dari berbagai pernyataan dan celotehan mereka baik dalam bentuk buku dan karya ilmiyah tidak banyak menguntungkan wanita dan membela hak-hak serta kepentingan hidupnya, sebagaimana yang terlontar dalam pernyataan mereka. Maka masalah emansipasi membutuhkan kajian komprehensif dan pembahasan tuntas guna melihat faktor yang mendorong digulirkannya isu emansipasi di penjuru dunia dengan dalih membebaskan wanita dari kezhaliman dan mengembalikan hak-hak mereka secara adil.
Wahai saudaraku, untuk mengembalikan permasalahan ini kepada intinya harus diperhatikan sejarahnya. timbulnya gerakan emansipasi wanita timbul dari pemikiran untuk menjajah dan mengeksploitasi dunia dan gerakan untuk mengganti aqidah dan agama samawi dan mengubahnya dengan ideologi buatan manusia. Gerakan emansipasi wanita ini tumbuh dari akar sistem sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan dan sebagai gantinya mereka membuat pemikiran dan aliran yang bersumber dari ideologi materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme dan sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran di atas berangkat dari sikap penolakan wahyu dan pengingkaran atas eksistensi (keberadaan) Allah sehingga mereka menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Gerakan emansipasi wanita merupakan gerakan penghancuran sendi dan kaidah dasar kehidupan masyarakat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat sikap hidup egois dan angkuh, sehingga sikap tersebut menjadi musuh utama manusia bagaikan setan yang jahat yang menganggap bahwa bangunan masyarakat terbangun atas kehendak masing-masing individu bukan di atas keluarga dan rumah tangga. Oleh karena itu segala macam kebijakan, pembicaraan dan langkah politik yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan ditentukan oleh suara individu, sedangkan rumah dan keluarga sama sekali tidak mempunyai saham dalam menentukan segala kebijakan. Masyarakat secara individu itulah yang menjadi sasaran baik perempuan atau laki-laki, begitulah pemahaman dan pemikiran yang mereka acak-acak sehingga mereka hidup dengan asas kebebasan yang menjadi cita-cita dan angan-angan mereka. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk menjadi seorang isteri, saudara, ibu atau anak yang taat begitu juga seorang laki-laki tidak mempunyai cita-cita atau harapan untuk menjadi bapak, saudara atau anak yang taat. Ikatan keluarga sudah tidak penting lagi bahkan yang ada hanya teman belajar dan teman kerja serta teman kencan. Tidak seorangpun yang bergairah untuk menikah dan hidup berkeluarga, mereka menganut gaya hidup free sex tanpa mengenal batasan dan tanggung jawab, mereka bebas berganti-ganti pasangan sesuka hatinya. Emansipasi wanita yang sangat giat memutar-balikkan kebenaran dan pemahaman dipengaruhi oleh kepentingan materi dan promosi hasil industri serta pemikiran sosial yang bertujuan menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis, paham kebebasan dan penyelewengan seks. Itulah sosok hasil gerakan emansipasi wanita menurut mereka; merubah tabiat wanita menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti kaum laki-laki. Bisa jadi dia mendapatkan wacana emansipasi, sepintas mampu menjawab problematika dan mengangkat harkat serta martabat wanita, tetapi justru dipahami sebagai sarana untuk mengelak dari kewajiban dan tanggung jawab, maka emansipasi bukanlah gerakan untuk membebaskan wanita dari jeratan kezhaliman tetapi adalah sebuah gerakan kebebasan untuk menzhalimi harga diri kaum wanita. Lepaskan seluruh ikatan moral, etika, tanggung jawab rumah tangga dan hak asasi manusia dan ubahlah kehidupan rumah tangga kepada kehidupan yang hanya menunggu kelahiran anak dan masa hamil. Oleh karena itu, kaum laki-laki enggan menikah karena telah menemukan jalan pintas, mudah dan murah untuk memenuhi kebutuhan seksualnya tanpa harus menanggung beban dan resiko pernikahan yang berat.
Wahai saudaraku, gerakan emansipasi wanita telah menjadi sebuah aliran dan ideologi yang dibela oleh sebagian orang bahkan mereka mensosialisasikan gerakan tersebut melalui seminar dan muktamar serta memperjuangkannya lewat lembaga dan organisasi hak-hak asasi manusia serta yang lainnya. Tidak ada orang yang menanggapi ajakan tersebut kecuali orang yang sudah terkena racun sekuler yang ditebarkan oleh segelintir orang yang memangku jabatan strategis. Sesungguhnya akal mereka tercemar racun pemikiran bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa tercapai kecuali harus mengorbankan nilai-nilai kemuliaan, keimanan dan ikatan ajaran Islam. Akan tetapi itu bukan suatu kemajuan melainkan kehinaan jati diri dan keroposnya mental. Bila seseorang bersikap seperti itu, maka ia telah kehilangan kemampuan untuk memilah antara yang hak dengan yang batil.
Sesungguhnya pelopor dan pejuang emansipasi wanita ala sekulerisme di negara-negara Islam hanya menyuarakan suatu kemustahilan, para pejuang baik laki-laki maupun wanita dalam kesulitan yang nyata dalam memadukan antara kebenaran dan kebatilan, antara keburukan dan kebaikan diaduk dalam satu racikan. Agama Islam merupakan ajaran spiritual yang lengkap dan sempurna, begitu pula ajarannya jelas dan terang sehingga mereka tidak mungkin bisa mengubah alur metode itu. Mereka mencoba dengan tangan gemetaran untuk mencampur antara hawa nafsu dengan lemahnya mental, dan mencoba memperkosa sebagian ayat. Sebenarnya, permasalahannya hanya seputar dua pilihan, tidak lebih dari itu, yaitu antara memilih Islam secara total atau mengekor budaya barat. Mereka menginginkan wanita menjadi lawan bagi kaum laki-laki, pesaing kaum laki-laki, sederajat kedudukannya dengan laki-laki dan memperebutkan posisi bersama laki-laki sementara dalam konsep Islam wanita adalah saudara, teman dan pasangan hidup yang saling melengkapi, laki-laki masih tetap bisa menjaga kejantanannya dan perempuan masih tetap mempunyai kelebihan dengan naluri kewanitaannya. Wanita di dalam konsep mereka hanya sekedar barang dagangan yang dipajang di toko-toko mode pakaian yang menjadi tontonan kaum hidung belang dan disuruh berdendang di pasar kelezatan dan syahwat, menjadi budak nafsu dan seks kaum laki-laki dengan dalih pembebasan wanita dari ketertindasan. Mereka menikmati wanita karena mereka sebenarnya tidak ingin membebaskan ketertindasan wanita tetapi mereka ingin bebas menindas wanita. Dalam konsep agama Islam tidak mungkin mencari kesenangan hidup, memerangi kemiskinan dan kebodohan dengan mengorbankan kehormatan, harga diri dan martabat. Dengan kehilangan harkat dan martabat berarti hilanglah jati diri individu dan umat kalau mereka mau berpikir. Dalam pandangan agama Islam, berzina, hamil dari hasil hubungan gelap dan kebebasan seks bukan hak asasi wanita. Seorang wanita tidak berhak menolak hukum Islam dengan dalih ajaran Islam menjadi musuh dan membuat terbelakang-nya kaum wanita serta menghasung kebebasan wanita. Hak-hak wanita dalam Islam selalu disejajarkan dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga dan keluarga, hak-hak wanita dalam konsep Islam diambil dan dihiasi dengan nilai etika dan kesucian yang didorong dengan semangat keimanan kepada Allah dalam satu habitat umat yang penuh dengan rasa tanggung jawab dan kerukunan jiwa yang sangat kental bukan saling berebut dan ingin mengalahkan, sebagaimana firman Allah:
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan-nya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyianyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” (Ali Imran: 195).
Dan Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97).
Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga dan mengabaikan dalam mengasuh anak karena mereka menyatakan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak mendatangkan keuntungan materi, mengatur rumah tangga dan mengasuh anak hanya sekedar tugas sampingan yang bersifat suka rela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreativitas dan potensi SDM. Jadi pembebasan dan emansipasi wanita tidak terwujud kecuali harus melalui penghancuran nilai dasar kehidupan dan pondasi rumah tangga. Betapa buruknya tampang mereka dan betapa kotornya celotehan mulut mereka.
Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka angggap merugikan dan membunuh kreativitas? Itulah cara mereka menghitung suatu keuntungan dan mengukur suatu kerugian. Semoga dia binasa, bagaimana bisa seperti itu cara mengkalkulasi untung dan rugi suatu kehidupan?
Wahai saudariku, engkau tahu dan semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita dari belenggu pekerjaan rumah tangga hanya akan berujung pada kerusakan dan gerakan untuk mengeluarkan wanita dari benteng yang kokoh yaitu rumah tangga dan hijab yang aman. Meskipun mereka benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat kemampuan, jabatan dan SDM walaupun keturunan hawa tersebut telah menguras keringat dan banting tulang siang malam. Kenapa mereka sekejam itu? Mereka hanya mengacu pada standar materi belaka sebab dalam kamus mereka yang terpenting adalah mengeruk keuntungan materi semata. Apabila kaum wanita sudah gandrung keluar rumah dan senang bekerja kenapa tidak kita manfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyakbanyaknya sehingga wanita yang lemah dengan terpaksa harus menerima interaksi sosial yang egois dan dunia memperlakukannya dengan kasar dalam kehidupannya. Maka merekalah yang menjadi korban utama dari dampak yang ditimbulkan karena kehancuran sosial dan tatanan masyarakat yang porak-poranda. Akhirnya dengan terpaksa ia harus melepas prinsip dan nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serta untuk mempertahankan hidupnya, kemudian terpaksa mengenakan topeng yang seram dan model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik perhatian, siapa tahu ada orang yang tertarik untuk menjadi pasangan hidup meskipun tanpa ada ikatan akad nikah dan perjanjian yang serius. Begitulah kehidupan mereka saat ini penuh dengan ketidakpastian dan masa depan tanpa harapan sehingga sang wanita menceburkan dirinya sendiri dalam telaga kesengsaraan dan menjadi insan terlantar setelah dicampakkan oleh sang laki-laki, ibarat habis manis sepah dibuang. Tidakkah orang-orang yang lalai itu mengambil pelajaran? Betapa mulianya bila sebagian manusia masih mau berpikir.
Allah berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaiakan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maka Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At Taubah: 71).
Wahai saudaraku, itulah propaganda emansipasi dan pembebasan wanita menurut konsep mereka yang terbangun di atas pondasi ideologi sekuler yang hanya menebarkan kesengsaraan dan kehancuran serta kebobrokan moral. Suatu pemikiran yang mencetak manusia lepas dari nilai dan etika serta mengajak manusia untuk hidup tanpa tujuan sehingga menjadi manusia yang tidak berharga dan sia-sia di antara pemikiran dan ideologi serta falsafah kehidupan yang serba materialis dan hewani. Ketahuilah bahwa yang bertahan dan langgeng hanyalah ajakan untuk kembali kepada fitrah manusia, suatu ajakan yang mengatakan bahwa orang laki-laki mencari pasangan hidup untuk mengatur dan membina rumah tangga. Seluruh potensi, gerak-gerik dan perhatian wanita tersebut tercurah penuh untuk mencetak rumah tangga yang bahagia dan tenteram, bukan wanita yang memenuhi lokasi pabrik, meja-meja kantor dan trotoar jalan dengan menelantar-kan pekerjaan rumah sehingga menimbulkan gejolak dekadensi moral di kalangan generasi.
Ajakan kembali kepada fitrah selalu berbicara lantang bahwa wanita mencari pasangan hidup seorang lelaki yang mulia dan terhormat yang mampu melindungi dan menjaga kehidupannya sehingga menjadi wanita teladan dan bermartabat, sang suami menjadi penyejuk bagi sang isteri begitu pula sebaliknya. Karena memang wanita diciptakan sebagai sumber ketenangan laki-laki dan sebagai ibu dari anak-anaknya, dan lelaki berfungsi sebagai pelindung dan pengayom bagi isteri dan putera-puterinya serta menyambung silaturrahim dengan keluar-ga isterinya. Bukan seorang laki-laki yang hanya kagum sebentar saja dan menganggap wanita hanya sebagai penghibur sesaat lalu dicampakkan ibarat pepatah habis manis sepah dibuang. Inilah ajakan yang benar dan selain itu hanya bualan, kebodohan, kepura-puraan dan kedustaan yang nyata.
Wahai saudaraku, barangsiapa menginginkan contoh nyata lagi hidup dan langkahnya bisa ditiru, peradaban yang mengacu pada konsep Islam dan prinsip serta kode etik agama yang mampu memberi faedah setiap saat maka lihatlah peradaban dan langkah yang dicontohkan dan dianut oleh negeri haramain dalam menjaga harkat dan martabat wanita yang disertai fasilitas dan sarana yang cukup memadai baik berupa pendidikan dan pengamalan secara konseptual dan terarah. Setiap kaum wanita diarahkan sesuai dengan medan kehidupan yang cocok dengan naluri dan fitrah mereka baik dalam bidang pengajaran, perkantoran dan kesempatan kerja. Bidang-bidang yang mampu menumbuhkan potensi dan kreativitas wanita dan jauh dari kehancuran dan derita yang menimpa kaum wanita korban kejahatan gerakan emansipasi dan teriakan serigala pembebasan wanita yang penuh kedustaan, rekayasa dan penipuan.
Hal demikian itu tidak terwujud tanpa taufik dan pertolongan Allah kemudian pembinaan yang tulus dan jujur serta terarah dari pemimpin dan para pengelola negeri itu yang selalu memiliki perhatian serius terhadap masalah dan urusan wanita, Allah telah memberi taufik kepada mereka sehingga mereka mampu menerapkan sistim paripurna baik sisi pengajaran dan pengamalan bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam.
Itulah aturan dan sistem yang mampu menjaga bangsa dan negara dari kehancuran dan terpeleset ke dalam kubangan pergaulan bebas dan dekadensi moral. Alhamdulillah, kita masih menyaksikan secara utuh sosok kehidupan wanita yang penuh dengan kesucian, kehormatan dan ketinggian harkat dan martabat. Negeri ini hanya memilih sistim dan peradaban Islam dan tidak rela diganti dengan peradaban lain, meskipun banyak orang berceloteh dan kaum oportunis berkomentar. Semoga Allah memberi berkah atas setiap usaha dan semoga Allah meluruskan langkah mereka kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang berhak atas segala pujian dan sanjungan. Saya memuji dan bersyukur, bertaubat dan mohon ampun kepada Allah. Saya mohon kepada Allah kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat dan saya berlindung kepada Allah dari keburukan orang-orang yang hidup sengsara. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan tiada sekutu bagi rububiyah, uluhiyah dan asma dan sifat-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wasallam adalah hamba dan utusan Allah, dialah nabi terakhir dan rasul terbaik di antara para nabi dan rasul, semoga shalawat dan salam serta limpahan berkah tetap tercurah kepada beliau, keluarga, para sahabat yang mulia lagi bertakwa dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Pembalasan.
Banyak orang mengira bahwa faktor kemunduran umat berasal dari kemunduran mereka di bidang industri atau militer atau lemahnya ekonomi. Artinya, bila mereka menguasai semua itu maka akan menjadi umat terdepan dan terkuat dalam memimpin bangsa-bangsa. Tetapi bila kita renungkan secara seksama pernyataan di atas sangat keliru dan penuh dengan kabut yang menutupi mata orang yang mengeluarkan pandangan tersebut, sehingga tidak mampu memandang secara sempurna. Kelemahan umat yang sebenarnya adalah karena umat mengalami krisis moral dan kualitas sebagai sumber daya manusia baik dari segi intelektual, pemahaman dan kadar kemampuan. Mereka tertipu dengan kebodohan dan kepandiran dalam mengeluarkan pernyataan. Apabila engkau benar-benar ikhlas dalam memberi nasehat dan memahami realita secara jeli serta benar-benar ingin mencari penyebab kelemahan, kekurangan dan kemunduran umat maka lihatlah kebobrokan moral yang menyebar di kalangan umat. Bahkan banyak dari kalangan cendikia dan pemi-kir menutup mata dan tidak peduli dengan kerusakan moral, diawali dengan hilangnya amanat, tidak tanggung jawab dan lemahnya sumber daya dan keahlian bahkan di antara mereka lebih mementingkan urusan pribadi dan melupakan kaidah dasar kehidupan serta kepentingan umat. Sehingga menyebarlah sikap malas, santai, cero-boh, teledor, menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang penting dan tidak bermanfaat. Mereka lebih suka menuntut hak-hak pribadi tetapi mengabaikan kewajiban dan hak orang lain serta malas mencari kesempurnaan padahal ia termasuk orang yang mampu. Perkataan dan perbuatan mereka terlihat kasar apalagi dalam muamalah antar sesama manusia. Mudah terpancing emosi dan hanyut dalam perasaan dendam sehingga interaksi sosial dan etika pergaulan penuh dengan suasana riya’ dan basa basi dusta. Dan masih banyak lagi tumpukan keku-rangan dan keganjilan umat ini yang tidak terbilang jumlahnya.
Wahai saudaraku, permasalahan yang banyak menjadi perbincangan di kalangan anak bangsa dan generasi umat yang menisbatkan dirinya sebagai pemikir, pakar, peneliti, cendekiawan baik laki-laki maupun perempuan tidak banyak menyentuh masalah pembinaan moral dan pelurusan akhlak. Bahkan wacana ilmu pengetahuan penuh dengan asap bencana yang mencekik kebenaran dan moral serta penguburan akhlak mulia. Apa komentar anda bila para pakar selalu membuat opini untuk mendiskriditkan nilai moral dan kemurnian ajaran, mereka lebih mengikuti emosi daripada rasio dan lebih bangga terhadap kemajuan semu daripada memacu laju kekuatan agama dan syariat. Mereka lebih pandai membalut keinginan hawa nafsu dan syahwat dengan bungkus dan baju kebenaran dan kepentingan umat bahkan mencari kepuasan pribadi atas nama kepentingan bangsa dan maslahat sosial.
Wahai saudaraku, yang disampaikan di atas bukanlah pendapat yang serampangan tanpa dasar. Beberapa bukti dan contoh dari berbagai pernyataan dan celotehan mereka baik dalam bentuk buku dan karya ilmiyah tidak banyak menguntungkan wanita dan membela hak-hak serta kepentingan hidupnya, sebagaimana yang terlontar dalam pernyataan mereka. Maka masalah emansipasi membutuhkan kajian komprehensif dan pembahasan tuntas guna melihat faktor yang mendorong digulirkannya isu emansipasi di penjuru dunia dengan dalih membebaskan wanita dari kezhaliman dan mengembalikan hak-hak mereka secara adil.
Wahai saudaraku, untuk mengembalikan permasalahan ini kepada intinya harus diperhatikan sejarahnya. timbulnya gerakan emansipasi wanita timbul dari pemikiran untuk menjajah dan mengeksploitasi dunia dan gerakan untuk mengganti aqidah dan agama samawi dan mengubahnya dengan ideologi buatan manusia. Gerakan emansipasi wanita ini tumbuh dari akar sistem sekuler tatkala mereka memisahkan nilai agama dari kehidupan dan sebagai gantinya mereka membuat pemikiran dan aliran yang bersumber dari ideologi materialisme, rasionalisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme dan sosialisme serta liberalisme. Semua pemikiran di atas berangkat dari sikap penolakan wahyu dan pengingkaran atas eksistensi (keberadaan) Allah sehingga mereka menuhankan diri sendiri dan membuat aturan sendiri. Gerakan emansipasi wanita merupakan gerakan penghancuran sendi dan kaidah dasar kehidupan masyarakat untuk menebarkan benih kebebasan dan pemikiran sesat yang membuat sikap hidup egois dan angkuh, sehingga sikap tersebut menjadi musuh utama manusia bagaikan setan yang jahat yang menganggap bahwa bangunan masyarakat terbangun atas kehendak masing-masing individu bukan di atas keluarga dan rumah tangga. Oleh karena itu segala macam kebijakan, pembicaraan dan langkah politik yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan ditentukan oleh suara individu, sedangkan rumah dan keluarga sama sekali tidak mempunyai saham dalam menentukan segala kebijakan. Masyarakat secara individu itulah yang menjadi sasaran baik perempuan atau laki-laki, begitulah pemahaman dan pemikiran yang mereka acak-acak sehingga mereka hidup dengan asas kebebasan yang menjadi cita-cita dan angan-angan mereka. Akhirnya wanita tidak memiliki harapan untuk menjadi seorang isteri, saudara, ibu atau anak yang taat begitu juga seorang laki-laki tidak mempunyai cita-cita atau harapan untuk menjadi bapak, saudara atau anak yang taat. Ikatan keluarga sudah tidak penting lagi bahkan yang ada hanya teman belajar dan teman kerja serta teman kencan. Tidak seorangpun yang bergairah untuk menikah dan hidup berkeluarga, mereka menganut gaya hidup free sex tanpa mengenal batasan dan tanggung jawab, mereka bebas berganti-ganti pasangan sesuka hatinya. Emansipasi wanita yang sangat giat memutar-balikkan kebenaran dan pemahaman dipengaruhi oleh kepentingan materi dan promosi hasil industri serta pemikiran sosial yang bertujuan menghilangkan nilai agama dan melunturkan aqidah bahkan mempromosikan pemikiran atheis, paham kebebasan dan penyelewengan seks. Itulah sosok hasil gerakan emansipasi wanita menurut mereka; merubah tabiat wanita menjadi jalang, beringas dan reaktif seperti kaum laki-laki. Bisa jadi dia mendapatkan wacana emansipasi, sepintas mampu menjawab problematika dan mengangkat harkat serta martabat wanita, tetapi justru dipahami sebagai sarana untuk mengelak dari kewajiban dan tanggung jawab, maka emansipasi bukanlah gerakan untuk membebaskan wanita dari jeratan kezhaliman tetapi adalah sebuah gerakan kebebasan untuk menzhalimi harga diri kaum wanita. Lepaskan seluruh ikatan moral, etika, tanggung jawab rumah tangga dan hak asasi manusia dan ubahlah kehidupan rumah tangga kepada kehidupan yang hanya menunggu kelahiran anak dan masa hamil. Oleh karena itu, kaum laki-laki enggan menikah karena telah menemukan jalan pintas, mudah dan murah untuk memenuhi kebutuhan seksualnya tanpa harus menanggung beban dan resiko pernikahan yang berat.
Wahai saudaraku, gerakan emansipasi wanita telah menjadi sebuah aliran dan ideologi yang dibela oleh sebagian orang bahkan mereka mensosialisasikan gerakan tersebut melalui seminar dan muktamar serta memperjuangkannya lewat lembaga dan organisasi hak-hak asasi manusia serta yang lainnya. Tidak ada orang yang menanggapi ajakan tersebut kecuali orang yang sudah terkena racun sekuler yang ditebarkan oleh segelintir orang yang memangku jabatan strategis. Sesungguhnya akal mereka tercemar racun pemikiran bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa tercapai kecuali harus mengorbankan nilai-nilai kemuliaan, keimanan dan ikatan ajaran Islam. Akan tetapi itu bukan suatu kemajuan melainkan kehinaan jati diri dan keroposnya mental. Bila seseorang bersikap seperti itu, maka ia telah kehilangan kemampuan untuk memilah antara yang hak dengan yang batil.
Sesungguhnya pelopor dan pejuang emansipasi wanita ala sekulerisme di negara-negara Islam hanya menyuarakan suatu kemustahilan, para pejuang baik laki-laki maupun wanita dalam kesulitan yang nyata dalam memadukan antara kebenaran dan kebatilan, antara keburukan dan kebaikan diaduk dalam satu racikan. Agama Islam merupakan ajaran spiritual yang lengkap dan sempurna, begitu pula ajarannya jelas dan terang sehingga mereka tidak mungkin bisa mengubah alur metode itu. Mereka mencoba dengan tangan gemetaran untuk mencampur antara hawa nafsu dengan lemahnya mental, dan mencoba memperkosa sebagian ayat. Sebenarnya, permasalahannya hanya seputar dua pilihan, tidak lebih dari itu, yaitu antara memilih Islam secara total atau mengekor budaya barat. Mereka menginginkan wanita menjadi lawan bagi kaum laki-laki, pesaing kaum laki-laki, sederajat kedudukannya dengan laki-laki dan memperebutkan posisi bersama laki-laki sementara dalam konsep Islam wanita adalah saudara, teman dan pasangan hidup yang saling melengkapi, laki-laki masih tetap bisa menjaga kejantanannya dan perempuan masih tetap mempunyai kelebihan dengan naluri kewanitaannya. Wanita di dalam konsep mereka hanya sekedar barang dagangan yang dipajang di toko-toko mode pakaian yang menjadi tontonan kaum hidung belang dan disuruh berdendang di pasar kelezatan dan syahwat, menjadi budak nafsu dan seks kaum laki-laki dengan dalih pembebasan wanita dari ketertindasan. Mereka menikmati wanita karena mereka sebenarnya tidak ingin membebaskan ketertindasan wanita tetapi mereka ingin bebas menindas wanita. Dalam konsep agama Islam tidak mungkin mencari kesenangan hidup, memerangi kemiskinan dan kebodohan dengan mengorbankan kehormatan, harga diri dan martabat. Dengan kehilangan harkat dan martabat berarti hilanglah jati diri individu dan umat kalau mereka mau berpikir. Dalam pandangan agama Islam, berzina, hamil dari hasil hubungan gelap dan kebebasan seks bukan hak asasi wanita. Seorang wanita tidak berhak menolak hukum Islam dengan dalih ajaran Islam menjadi musuh dan membuat terbelakang-nya kaum wanita serta menghasung kebebasan wanita. Hak-hak wanita dalam Islam selalu disejajarkan dengan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga dan keluarga, hak-hak wanita dalam konsep Islam diambil dan dihiasi dengan nilai etika dan kesucian yang didorong dengan semangat keimanan kepada Allah dalam satu habitat umat yang penuh dengan rasa tanggung jawab dan kerukunan jiwa yang sangat kental bukan saling berebut dan ingin mengalahkan, sebagaimana firman Allah:
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan-nya (dengan berfirman), “Sesungguhnya Aku tidak menyianyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” (Ali Imran: 195).
Dan Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97).
Hak asasi wanita menurut konsep mereka adalah dengan menelantarkan pekerjaan rumah tangga dan mengabaikan dalam mengasuh anak karena mereka menyatakan bahwa pekerjaan rumah tangga adalah sebagai bentuk usaha yang tidak mendatangkan keuntungan materi, mengatur rumah tangga dan mengasuh anak hanya sekedar tugas sampingan yang bersifat suka rela dan menyibukkan wanita di rumah akan membunuh kreativitas dan potensi SDM. Jadi pembebasan dan emansipasi wanita tidak terwujud kecuali harus melalui penghancuran nilai dasar kehidupan dan pondasi rumah tangga. Betapa buruknya tampang mereka dan betapa kotornya celotehan mulut mereka.
Bagaimana bisa mendidik anak, menjaga martabat, membina keutuhan keluarga dan menciptakan ketenangan jiwa, jika semua itu mereka angggap merugikan dan membunuh kreativitas? Itulah cara mereka menghitung suatu keuntungan dan mengukur suatu kerugian. Semoga dia binasa, bagaimana bisa seperti itu cara mengkalkulasi untung dan rugi suatu kehidupan?
Wahai saudariku, engkau tahu dan semua orang yang berakal sehat pasti paham bahwa cita-cita pembebasan wanita dari belenggu pekerjaan rumah tangga hanya akan berujung pada kerusakan dan gerakan untuk mengeluarkan wanita dari benteng yang kokoh yaitu rumah tangga dan hijab yang aman. Meskipun mereka benar-benar telah memberi kebebasan dan mengadakan pembelaan tetapi tetap saja mereka meletakkan wanita pada barisan yang paling belakang dalam tingkat kemampuan, jabatan dan SDM walaupun keturunan hawa tersebut telah menguras keringat dan banting tulang siang malam. Kenapa mereka sekejam itu? Mereka hanya mengacu pada standar materi belaka sebab dalam kamus mereka yang terpenting adalah mengeruk keuntungan materi semata. Apabila kaum wanita sudah gandrung keluar rumah dan senang bekerja kenapa tidak kita manfaatkan untuk meraih keuntungan sebanyakbanyaknya sehingga wanita yang lemah dengan terpaksa harus menerima interaksi sosial yang egois dan dunia memperlakukannya dengan kasar dalam kehidupannya. Maka merekalah yang menjadi korban utama dari dampak yang ditimbulkan karena kehancuran sosial dan tatanan masyarakat yang porak-poranda. Akhirnya dengan terpaksa ia harus melepas prinsip dan nilai dasar kehidupan untuk menyesuaikan dengan tuntutan zaman, kemudian dia harus melangkahi naluri untuk mendapatkan peluang kerja dan usaha serta untuk mempertahankan hidupnya, kemudian terpaksa mengenakan topeng yang seram dan model pakaian yang melawan fitrahnya untuk bisa bersaing dan menarik perhatian, siapa tahu ada orang yang tertarik untuk menjadi pasangan hidup meskipun tanpa ada ikatan akad nikah dan perjanjian yang serius. Begitulah kehidupan mereka saat ini penuh dengan ketidakpastian dan masa depan tanpa harapan sehingga sang wanita menceburkan dirinya sendiri dalam telaga kesengsaraan dan menjadi insan terlantar setelah dicampakkan oleh sang laki-laki, ibarat habis manis sepah dibuang. Tidakkah orang-orang yang lalai itu mengambil pelajaran? Betapa mulianya bila sebagian manusia masih mau berpikir.
Allah berfirman,
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaiakan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maka Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At Taubah: 71).
Wahai saudaraku, itulah propaganda emansipasi dan pembebasan wanita menurut konsep mereka yang terbangun di atas pondasi ideologi sekuler yang hanya menebarkan kesengsaraan dan kehancuran serta kebobrokan moral. Suatu pemikiran yang mencetak manusia lepas dari nilai dan etika serta mengajak manusia untuk hidup tanpa tujuan sehingga menjadi manusia yang tidak berharga dan sia-sia di antara pemikiran dan ideologi serta falsafah kehidupan yang serba materialis dan hewani. Ketahuilah bahwa yang bertahan dan langgeng hanyalah ajakan untuk kembali kepada fitrah manusia, suatu ajakan yang mengatakan bahwa orang laki-laki mencari pasangan hidup untuk mengatur dan membina rumah tangga. Seluruh potensi, gerak-gerik dan perhatian wanita tersebut tercurah penuh untuk mencetak rumah tangga yang bahagia dan tenteram, bukan wanita yang memenuhi lokasi pabrik, meja-meja kantor dan trotoar jalan dengan menelantar-kan pekerjaan rumah sehingga menimbulkan gejolak dekadensi moral di kalangan generasi.
Ajakan kembali kepada fitrah selalu berbicara lantang bahwa wanita mencari pasangan hidup seorang lelaki yang mulia dan terhormat yang mampu melindungi dan menjaga kehidupannya sehingga menjadi wanita teladan dan bermartabat, sang suami menjadi penyejuk bagi sang isteri begitu pula sebaliknya. Karena memang wanita diciptakan sebagai sumber ketenangan laki-laki dan sebagai ibu dari anak-anaknya, dan lelaki berfungsi sebagai pelindung dan pengayom bagi isteri dan putera-puterinya serta menyambung silaturrahim dengan keluar-ga isterinya. Bukan seorang laki-laki yang hanya kagum sebentar saja dan menganggap wanita hanya sebagai penghibur sesaat lalu dicampakkan ibarat pepatah habis manis sepah dibuang. Inilah ajakan yang benar dan selain itu hanya bualan, kebodohan, kepura-puraan dan kedustaan yang nyata.
Wahai saudaraku, barangsiapa menginginkan contoh nyata lagi hidup dan langkahnya bisa ditiru, peradaban yang mengacu pada konsep Islam dan prinsip serta kode etik agama yang mampu memberi faedah setiap saat maka lihatlah peradaban dan langkah yang dicontohkan dan dianut oleh negeri haramain dalam menjaga harkat dan martabat wanita yang disertai fasilitas dan sarana yang cukup memadai baik berupa pendidikan dan pengamalan secara konseptual dan terarah. Setiap kaum wanita diarahkan sesuai dengan medan kehidupan yang cocok dengan naluri dan fitrah mereka baik dalam bidang pengajaran, perkantoran dan kesempatan kerja. Bidang-bidang yang mampu menumbuhkan potensi dan kreativitas wanita dan jauh dari kehancuran dan derita yang menimpa kaum wanita korban kejahatan gerakan emansipasi dan teriakan serigala pembebasan wanita yang penuh kedustaan, rekayasa dan penipuan.
Hal demikian itu tidak terwujud tanpa taufik dan pertolongan Allah kemudian pembinaan yang tulus dan jujur serta terarah dari pemimpin dan para pengelola negeri itu yang selalu memiliki perhatian serius terhadap masalah dan urusan wanita, Allah telah memberi taufik kepada mereka sehingga mereka mampu menerapkan sistim paripurna baik sisi pengajaran dan pengamalan bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam.
Itulah aturan dan sistem yang mampu menjaga bangsa dan negara dari kehancuran dan terpeleset ke dalam kubangan pergaulan bebas dan dekadensi moral. Alhamdulillah, kita masih menyaksikan secara utuh sosok kehidupan wanita yang penuh dengan kesucian, kehormatan dan ketinggian harkat dan martabat. Negeri ini hanya memilih sistim dan peradaban Islam dan tidak rela diganti dengan peradaban lain, meskipun banyak orang berceloteh dan kaum oportunis berkomentar. Semoga Allah memberi berkah atas setiap usaha dan semoga Allah meluruskan langkah mereka kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Rasul berada dimana-mana???
Apakah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam berada di setiap tempat (di mana-mana)? Dan apakah beliau juga mengetahui hal yang ghaib?
Jawab :
Secara aksiomatis telah diketahui dari dien ini dan berdasarkan dalil-dalil syar’i bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak mungkin berada di setiap tempat (di mana-mana). Yang ada hanyalah jasadnya saja di kuburannya di Madinah Munawwarah, sedangkan ruhnya berada di ar-Rafiq al-A’la di surga. Hal ini didukung oleh hadits yang valid yang berasal dari ucapan beliau ketika akan wafat, “Ya Allah! Di ar-Rafiq al-A’la”( Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Maghazy, no. 4437; Shahih Muslim, kitab Fadla’il Ash-Shahabah, no. 87 dan 2444) . Beliau mengucapkannya tiga kali, lalu beliau menghembuskan nafas terakhir.
Ulama Islam, mulai dari para shahabat dan generasi setelah mereka telah berijma’ bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam telah dikuburkan di rumah isteri beliau, ‘Aisyah Radhiallaahu anha yang bersebelahan dengan masjid beliau yang mulia. Jasad beliau hingga saat ini masih di sana, sedangkan roh beliau, para nabi dan rasul yang lain serta arwah kaum Mukminin semuanya berada di surga namun dari sisi kenikmatan dan derajatnya bertingkat-tingkat sesuai dengan kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada mereka semua dari sisi ilmu, iman dan kesabaran dalam memikul rintangan di jalan dakwah kepada al-haq.
Sementara masalah ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah semata. Rasul Shalallaahu alaihi wasalam dan makhluk lainnya hanya mengetahui masalah ghaib yang diberitakan oleh Allah kepada mereka sebagaimana yang tersebut di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah berupa penjelasan hal-hal yang terkait dengan surga, neraka, kondisi pada hari Kiamat kelak dan lain sebagainya. Demikian pula, dengan apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih seperti kabar tentang Dajjal, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, keluarnya binatang melata yang sangat besar, turunnya ‘Isa Al-Masih pada akhir zaman dan semisal itu. Hal ini berdasarkan firman-firman Allah:
“Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65).
“Katakanlah, “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbenda-haraan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib.” (Al-An’am: 50).
Katakanlah, ’Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188).
Ayat-ayat yang semakna dengan itu banyak sekali. Sedangkan dari hadits adalah sebagaimana hadits-hadits shahih yang bersumber dari beliau yang mengindikasikan bahwa beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, di antaranya hadits seputar jawaban beliau terhadap pertanyaan Jibril ketika bertanya kepadanya, “Kapan Hari Kiamat tiba?” Beliau menjawab, “Tidaklah yang ditanya tentangnya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Kemudian beliau bersabda mengenai: “lima hal yang tidak ada satu pun yang mengetahuinya selain Allah.” Kemudian beliau membacakan ayat (artinya), “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan.” (Luqman: 34).( Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Iman, no. 50; Shahih Muslim, kitab Al-Iman, no. 9 dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.)
Di antaranya lagi, ketika para penyebar berita bohong menyebarkan isu tentang ‘Aisyah bahwa dia telah berbuat mesum, beliau Shalallaahu alaihi wasalam belum mengetahui terbebasnya ‘Aisyah dari tuduhan tersebut kecuali setelah turun wahyu sebagaimana hal ini diungkapkan di dalam surat An-Nur.
Kasus lainnya, ketika pada suatu peperangan ‘Aisyah kehilangan kalungnya, beliau sama sekali tidak mengetahui tempat jatuhnya di mana. Beliau malah mengutus beberapa orang untuk mencarinya namun mereka tidak kunjung menemukannya, baru ketika keledai kendaraan ‘Aisyah akan berangkat, mereka menemukan kalung tersebut di bawahnya. Ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak hadits yang semakna dengannya yang berbicara tentang hal itu.
Adapun klaim sebagian kaum sufi bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengetahui hal yang ghaib dan beliau hadir di tengah mereka pada momen-momen peringatan maulid (hari lahir) beliau dan lainnya; maka ini semua adalah klaim yang batil dan tidak berdasar sama sekali. Yang menyebabkan mereka melakukan semua itu hanyalah kebodohan mereka tentang Al-Qur’an dan as-Sunnah serta manhaj as-Salaf ash-Shalih.
Kita memohon kepada Allah bagi kita dan semua kaum Muslimin agar terhindar dari apa yang telah diuji-Nya kepada mereka (ahli tasawwuf tersebut-penj.) dari hal itu, demikian pula, kita memohon kepada-Nya agar memberikan hidayah-Nya kepada kita dan mereka semua untuk menempuh jalan-Nya yang lurus, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Berkenan.
( Majalah al-Mujahid, 66, tahun ke-3, volume 33 dan 34, bulan Muharram dan Shafar 1412 H. dari fatwa Syaikh Ibnu Baz. )
Jawab :
Secara aksiomatis telah diketahui dari dien ini dan berdasarkan dalil-dalil syar’i bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam tidak mungkin berada di setiap tempat (di mana-mana). Yang ada hanyalah jasadnya saja di kuburannya di Madinah Munawwarah, sedangkan ruhnya berada di ar-Rafiq al-A’la di surga. Hal ini didukung oleh hadits yang valid yang berasal dari ucapan beliau ketika akan wafat, “Ya Allah! Di ar-Rafiq al-A’la”( Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Maghazy, no. 4437; Shahih Muslim, kitab Fadla’il Ash-Shahabah, no. 87 dan 2444) . Beliau mengucapkannya tiga kali, lalu beliau menghembuskan nafas terakhir.
Ulama Islam, mulai dari para shahabat dan generasi setelah mereka telah berijma’ bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam telah dikuburkan di rumah isteri beliau, ‘Aisyah Radhiallaahu anha yang bersebelahan dengan masjid beliau yang mulia. Jasad beliau hingga saat ini masih di sana, sedangkan roh beliau, para nabi dan rasul yang lain serta arwah kaum Mukminin semuanya berada di surga namun dari sisi kenikmatan dan derajatnya bertingkat-tingkat sesuai dengan kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada mereka semua dari sisi ilmu, iman dan kesabaran dalam memikul rintangan di jalan dakwah kepada al-haq.
Sementara masalah ghaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah semata. Rasul Shalallaahu alaihi wasalam dan makhluk lainnya hanya mengetahui masalah ghaib yang diberitakan oleh Allah kepada mereka sebagaimana yang tersebut di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah berupa penjelasan hal-hal yang terkait dengan surga, neraka, kondisi pada hari Kiamat kelak dan lain sebagainya. Demikian pula, dengan apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih seperti kabar tentang Dajjal, terbitnya matahari dari tempat terbenamnya, keluarnya binatang melata yang sangat besar, turunnya ‘Isa Al-Masih pada akhir zaman dan semisal itu. Hal ini berdasarkan firman-firman Allah:
“Katakanlah, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65).
“Katakanlah, “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbenda-haraan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib.” (Al-An’am: 50).
Katakanlah, ’Aku tidak berkuasa menarik kemanfa'atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman’.” (Al-A’raf: 188).
Ayat-ayat yang semakna dengan itu banyak sekali. Sedangkan dari hadits adalah sebagaimana hadits-hadits shahih yang bersumber dari beliau yang mengindikasikan bahwa beliau tidak mengetahui hal yang ghaib, di antaranya hadits seputar jawaban beliau terhadap pertanyaan Jibril ketika bertanya kepadanya, “Kapan Hari Kiamat tiba?” Beliau menjawab, “Tidaklah yang ditanya tentangnya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Kemudian beliau bersabda mengenai: “lima hal yang tidak ada satu pun yang mengetahuinya selain Allah.” Kemudian beliau membacakan ayat (artinya), “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan.” (Luqman: 34).( Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Iman, no. 50; Shahih Muslim, kitab Al-Iman, no. 9 dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.)
Di antaranya lagi, ketika para penyebar berita bohong menyebarkan isu tentang ‘Aisyah bahwa dia telah berbuat mesum, beliau Shalallaahu alaihi wasalam belum mengetahui terbebasnya ‘Aisyah dari tuduhan tersebut kecuali setelah turun wahyu sebagaimana hal ini diungkapkan di dalam surat An-Nur.
Kasus lainnya, ketika pada suatu peperangan ‘Aisyah kehilangan kalungnya, beliau sama sekali tidak mengetahui tempat jatuhnya di mana. Beliau malah mengutus beberapa orang untuk mencarinya namun mereka tidak kunjung menemukannya, baru ketika keledai kendaraan ‘Aisyah akan berangkat, mereka menemukan kalung tersebut di bawahnya. Ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak hadits yang semakna dengannya yang berbicara tentang hal itu.
Adapun klaim sebagian kaum sufi bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam mengetahui hal yang ghaib dan beliau hadir di tengah mereka pada momen-momen peringatan maulid (hari lahir) beliau dan lainnya; maka ini semua adalah klaim yang batil dan tidak berdasar sama sekali. Yang menyebabkan mereka melakukan semua itu hanyalah kebodohan mereka tentang Al-Qur’an dan as-Sunnah serta manhaj as-Salaf ash-Shalih.
Kita memohon kepada Allah bagi kita dan semua kaum Muslimin agar terhindar dari apa yang telah diuji-Nya kepada mereka (ahli tasawwuf tersebut-penj.) dari hal itu, demikian pula, kita memohon kepada-Nya agar memberikan hidayah-Nya kepada kita dan mereka semua untuk menempuh jalan-Nya yang lurus, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Berkenan.
( Majalah al-Mujahid, 66, tahun ke-3, volume 33 dan 34, bulan Muharram dan Shafar 1412 H. dari fatwa Syaikh Ibnu Baz. )
Kamis, 07 Februari 2008
Selasa, 05 Februari 2008
tawakkal
TAWAKAL ADALAH SARANA TERBESAR UNTUK MENDAPATKAN KEBAIKAN DAN MENGHINDARI KERUSAKAN
Oleh
Dr. Muhammad bin Umar Ad-Dumaiji
Tawakal adalah salah satu sarana terkuat di antara sarana-sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan, berlawanan dengan pendapat yang mengatakan : bahwa tawakal hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah (ketika haji), juga berlawanan dengan orang yang berpendapat tawakal berarti men-tiada-kan prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana pendapat yang dilontarkan oleh golongan "Mutakallimin" seperti Al-Asy-ari dan lainnya, dan juga seperti pendapat yang dilontarkan oleh para ahli Fiqh dan golongan shufi, (Risalah Fi Tahqiqi At-Tawakkul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal. 87), hal ini akan diterangkan dalam bahasan mengenai prinsip sebab-musabab, Insy Allah.
Ibnul Qayyim berkata : Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya. [Bada'i Al-Fawa'id 2/268]
Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang disanadkan kepada Ibnu Abbas : Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil, yang artinya : (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), ungkapan ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah Api yang membara, juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk membunuh mu, maka waspadalah engkau terhadap mereka. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir 4563 (Fathul Bari 8/77)]
Ibnu Abbas berkata : Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ketengah bara api adalah : "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung". [Hadits Riwayat Al-Bukhari bab Tafsir 4564 8/77]
Dan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang disanadkan kepada Bastar bin Al-Harits, ia berkata : Ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan kedalam api, Jibril memperlihatkan diri padanya dan berkata : Wahai Ibrahim, apakah Kamu perlu bantuan ?, Ibrahim menjawab : Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan, [Diriwayatkan oleh Ibni Jarir dalam Tafsirnya 17/45, Al-Baghwi dalam tafsirnya 4/243]
Iini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya kepada Allah semata tanpa lainnya.
Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu ?!, Allah berfirman :
"Artinya : Kami berfirman : 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim', mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi". [Al-Anbiya : 69-70]
Dan befirman pula Allah tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya :
"Artinya : Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar" [Ali Imran : 174]
Ibnu Katsir berkata : Setelah mereka bertawakal kepada Allah maka Allah melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka, dan Allah mencegah dari mereka bencana yang telah direncanakan oleh orang-orang kafir, lalu mereka kembali ke negeri mereka sesuai dengan firman-Nya, Dengan ni'mat dan karunia (yang besar dari Allah, mereka tidak dapat bencana apa-apa) dari sesuatu yang tersembunyi dalam hati musuh-musuh mereka dan (mereka mengikuti keridla'an Allah) dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Tafsir Qur'anul Adzhim 2/148]
Dan firman Allah tentang orang-orang beriman.
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal". [Al-Maidah : 11]
Kandungan dari ayat ini adalah bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
Berita yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat ini ada tiga berita, semuanya membuktikan bahwa hanya Allahlah yang menjadi pelindung bagi Nabi-Nya dan Allah pula yang menjaganya dari kejahatan manusia, ketiga berita itu adalah:
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya dari Jabir bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam terpisah dari para sahabatnya lalu bernaung dibawah pohon (Disebutkan bahwa pohon itu adalah pohon yang berduri, An-Nihayah 3/255) beliau menggantungkan pedangnya di atas pohon itu, kemudian datang seorang Arab Badui (Diriwayatkan bahwa nama orang itu adalah Ghurata bin Al-Harits, lihat Shahihul Bukhari dalam kitab Al-Maghazy 4136 V/491 dan lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 3/59) kepada Rasulullah dan mengambil pedang milik beliau, lalu orang itu bediri di hadapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sambil bertanya : Siapakah yang dapat mencegahmu dari aku .?. Beliau menjawab : Allah !, orang Arab Badui itu bertanya dua atau tiga kali : Siapa yang dapat mencegahmu dari aku ?, dan Nabi menjawab : Allah, Jabir berkata : Kemudian orang Arab itu menyarungi pedangnya, lalu Nabi memanggil para sahabatnya, dan mengabarkan kepada mereka tentang kejadian Arab Badui itu, sementara Arab Badui itu duduk di sisi Rasulullah dengan tidak memberi hukuman kepada orang itu. [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/311, Bukhari bab Jihad 2910 6/113, diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/146]
Berita yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lainnya dari Ibnu Abbas -tentang ayat ini ia menyebut ayat 11 dari surat Al-Ma'idah- dan ia berkata : Sesungguhnya orang-orang dari kaum Yahudi membuat makanan untuk membunuh Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian Allah mewahyukan kepada utusan-Nya itu tentang rencana mereka, maka Rasulullah dan para sahabatnya tidak makan makanan itu . [Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya 6/46 dan Ibnu Abu Hatim sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir 3/59]
Dikisahkan bahwa orang-orang dari Kaum Yahudi bersepakat untuk membunuh Nabi dengan cara mengundang Nabi dalam suatu urusan, ketika Nabi datang kepada mereka, mereka membuat siasat untuk melempar beliau dengan sebuah batu besar pada saat Rasulullah bernegosiasi dengan orang-orang Yahudi, lalu Allah memberitahukan rencana mereka ini kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah kembali ke Madinah dengan para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/144) maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat yang berbunyi :
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu" [Al-Maidah : 11]
Dari berita-berita yang menyebabkan turunnya ayat di atas, serta kejadian-kejadian lain yang nyata membuktikan bahwa Allah akan selalu menjaga dan melindungi Nabi utusan-Nya, hal ini tidak lain adalah karena kesempurnaan beliau dalam bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla. Berita dan kejadian seperti ini banyak sekai dan cukup bagi kami dengan apa yang telah kami sebutkan.
[Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 89 - 92 bab Buah Tawakal terbitan Pustaka Azzam, Th 1999, penerjemah Drs Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tarmizi]
Oleh
Dr. Muhammad bin Umar Ad-Dumaiji
Tawakal adalah salah satu sarana terkuat di antara sarana-sarana yang bisa mendatangkan kebaikan serta menghindari kerusakan, berlawanan dengan pendapat yang mengatakan : bahwa tawakal hanyalah sekedar ibadah yang mendatangkan pahala bagi seorang hamba yang melakukannya, seperti orang yang melempar jumrah (ketika haji), juga berlawanan dengan orang yang berpendapat tawakal berarti men-tiada-kan prinsip sebab musabab dalam penciptaan serta urusan, sebagaimana pendapat yang dilontarkan oleh golongan "Mutakallimin" seperti Al-Asy-ari dan lainnya, dan juga seperti pendapat yang dilontarkan oleh para ahli Fiqh dan golongan shufi, (Risalah Fi Tahqiqi At-Tawakkul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal. 87), hal ini akan diterangkan dalam bahasan mengenai prinsip sebab-musabab, Insy Allah.
Ibnul Qayyim berkata : Tawakal adalah sebab yang paling utama yang bisa mempertahankan seorang hamba ketika ia tak memiliki kekuatan dari serangan makhluk Allah lainnya yang menindas serta memusuhinya, tawakal adalah sarana yang paling ampuh untuk menghadapi keadaan seperti itu, karena ia telah menjadikan Allah pelindungnya atau yang memberinya kecukupan, maka barang siapa yang menjadikan Allah pelindungnya serta yang memberinya kecukupan maka musuhnya itu tak akan bisa mendatangkan bahaya padanya. [Bada'i Al-Fawa'id 2/268]
Bukti yang paling baik adalah kejadian nyata, telah diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang disanadkan kepada Ibnu Abbas : Hasbunallahu wa nima Al-Wakiil, yang artinya : (Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung), ungkapan ini diucapkan oleh Nabi Ibrahim saat tubuhnya dilemparkan ke tengah-tengah Api yang membara, juga diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepadanya : Sesungguhnya orang-orang musyrik telah berencana untuk membunuh mu, maka waspadalah engkau terhadap mereka. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam bab Tafsir 4563 (Fathul Bari 8/77)]
Ibnu Abbas berkata : Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim ketika ia dilemparkan ketengah bara api adalah : "Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baik pelindung". [Hadits Riwayat Al-Bukhari bab Tafsir 4564 8/77]
Dan diriwayatkan oleh Al-Baihaqi yang disanadkan kepada Bastar bin Al-Harits, ia berkata : Ketika Nabi Ibrahim digotong untuk dilemparkan kedalam api, Jibril memperlihatkan diri padanya dan berkata : Wahai Ibrahim, apakah Kamu perlu bantuan ?, Ibrahim menjawab : Jika kepada engkau, maka saya tidak perlu bantuan, [Diriwayatkan oleh Ibni Jarir dalam Tafsirnya 17/45, Al-Baghwi dalam tafsirnya 4/243]
Iini adalah bagian dari kesempurnaan tawakal yang hanya kepada Allah semata tanpa lainnya.
Akan tetapi apa yang terjadi setelah itu ?!, Allah berfirman :
"Artinya : Kami berfirman : 'Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim', mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi". [Al-Anbiya : 69-70]
Dan befirman pula Allah tentang Nabi Muhammad dan para sahabatnya :
"Artinya : Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar" [Ali Imran : 174]
Ibnu Katsir berkata : Setelah mereka bertawakal kepada Allah maka Allah melindungi mereka dari bahaya yang mengancam mereka, dan Allah mencegah dari mereka bencana yang telah direncanakan oleh orang-orang kafir, lalu mereka kembali ke negeri mereka sesuai dengan firman-Nya, Dengan ni'mat dan karunia (yang besar dari Allah, mereka tidak dapat bencana apa-apa) dari sesuatu yang tersembunyi dalam hati musuh-musuh mereka dan (mereka mengikuti keridla'an Allah) dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Tafsir Qur'anul Adzhim 2/148]
Dan firman Allah tentang orang-orang beriman.
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), maka Allah menahan tangan mereka dari kamu, Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal". [Al-Maidah : 11]
Kandungan dari ayat ini adalah bahwa sikap tawakal kepada Allah yang ada dalam hati orang-orang yang beriman adalah salah satu sebab Allah menahan tangan orang-orang kafir yang hendak mencelakakan orang-orang yang beriman, Allah menggagalkan apa yang diingini oleh orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
Berita yang menerangkan tentang sebab turunnya ayat ini ada tiga berita, semuanya membuktikan bahwa hanya Allahlah yang menjadi pelindung bagi Nabi-Nya dan Allah pula yang menjaganya dari kejahatan manusia, ketiga berita itu adalah:
Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lainnya dari Jabir bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam terpisah dari para sahabatnya lalu bernaung dibawah pohon (Disebutkan bahwa pohon itu adalah pohon yang berduri, An-Nihayah 3/255) beliau menggantungkan pedangnya di atas pohon itu, kemudian datang seorang Arab Badui (Diriwayatkan bahwa nama orang itu adalah Ghurata bin Al-Harits, lihat Shahihul Bukhari dalam kitab Al-Maghazy 4136 V/491 dan lihat pula Tafsir Ibnu Katsir 3/59) kepada Rasulullah dan mengambil pedang milik beliau, lalu orang itu bediri di hadapan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, sambil bertanya : Siapakah yang dapat mencegahmu dari aku .?. Beliau menjawab : Allah !, orang Arab Badui itu bertanya dua atau tiga kali : Siapa yang dapat mencegahmu dari aku ?, dan Nabi menjawab : Allah, Jabir berkata : Kemudian orang Arab itu menyarungi pedangnya, lalu Nabi memanggil para sahabatnya, dan mengabarkan kepada mereka tentang kejadian Arab Badui itu, sementara Arab Badui itu duduk di sisi Rasulullah dengan tidak memberi hukuman kepada orang itu. [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/311, Bukhari bab Jihad 2910 6/113, diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/146]
Berita yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dan lainnya dari Ibnu Abbas -tentang ayat ini ia menyebut ayat 11 dari surat Al-Ma'idah- dan ia berkata : Sesungguhnya orang-orang dari kaum Yahudi membuat makanan untuk membunuh Rasulullah dan para sahabatnya, kemudian Allah mewahyukan kepada utusan-Nya itu tentang rencana mereka, maka Rasulullah dan para sahabatnya tidak makan makanan itu . [Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam tafsirnya 6/46 dan Ibnu Abu Hatim sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir 3/59]
Dikisahkan bahwa orang-orang dari Kaum Yahudi bersepakat untuk membunuh Nabi dengan cara mengundang Nabi dalam suatu urusan, ketika Nabi datang kepada mereka, mereka membuat siasat untuk melempar beliau dengan sebuah batu besar pada saat Rasulullah bernegosiasi dengan orang-orang Yahudi, lalu Allah memberitahukan rencana mereka ini kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah kembali ke Madinah dengan para sahabatnya. (Diriwayatkan oleh Ath-Thabari dalam Tafsirnya 6/144) maka pada saat itulah Allah menurunkan ayat yang berbunyi :
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu" [Al-Maidah : 11]
Dari berita-berita yang menyebabkan turunnya ayat di atas, serta kejadian-kejadian lain yang nyata membuktikan bahwa Allah akan selalu menjaga dan melindungi Nabi utusan-Nya, hal ini tidak lain adalah karena kesempurnaan beliau dalam bertawakal kepada Allah Azza wa Jalla. Berita dan kejadian seperti ini banyak sekai dan cukup bagi kami dengan apa yang telah kami sebutkan.
[Disalin dari buku At-Tawakkul 'Alallah wa 'Alaqatuhu bil Asbab oleh Dr Abdullah bin Umar Ad-Dumaiji dengan edisi Indonesia Rahasia Tawakal & Sebab Akibat hal. 89 - 92 bab Buah Tawakal terbitan Pustaka Azzam, Th 1999, penerjemah Drs Kamaluddin Sa'diatulharamaini dan Farizal Tarmizi]
ikhlas
Ikhlas kepada Allah Ta’ala maknanya seseorang bermaksud melalui ibadahnya tersebut untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala dan mendapatkan keridhaan-Nya. Bila seorang hamba menginginkan sesuatu yang lain melalui ibadahnya, maka disini perlu dirinci lagi berdasarkan klasifikasi-klasifikasi berikut : Pertama. Dia memang ingin bertaqarrub kepada selain Allah di dalam ibadahnya ini dan mendapatkan pujian semua makhluk atas perbuatannya tersebut. Maka, ini menggugurkan amalan dan termasuk syirik. Di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman. “Aku adalah Dzat Yang paling tidak butuh kepada persekutuan para sekutu ; barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang didalamnya dia mempersekutukan-Ku dengan sesuatu selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya berserta kesyirikan yang diperbuatnya”
Langganan:
Postingan (Atom)